kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan membubung, pengusaha lampion girang


Senin, 16 Februari 2015 / 16:02 WIB
Permintaan membubung, pengusaha lampion girang
ILUSTRASI.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

dalam beberapa hari ke depan, warga Thionghoa bersuka cita merayakan tahun baru China. Tidak hanya masyarakat Tionghoa, para pengusaha lampion pun ikut bersemangat menyambut tahun baru ini. Terang saja, setiap kali tahun baru Imlek tiba, para produsen dan penjual lampion kerap memanen untung berlipat.

Agus Neo misalnya, pria asal Malang ini sudah menjadi produsen lampion sejak tahun 1998. Dia mengaku sudah mendapatkan pesanan puluhan ribu lampion berbagai model dan ukuran untuk menyambut tahun baru Imlek bulan ini. Merek dagang yang dia beri nama Kampoeng Lampion ini, diproduksi di Jalan Juanda, Kota Malang, Jawa Timur.

Pesanan mulai ramai datang sejak tiga bulan lalu. Dia mengaku memproduksi sekitar 10.000 lampion dalam tiga bulan ini untuk memenuhi permintaan yang datang. "Jumlah produksi meningkat berkali-kali lipat dari kapasitas produksi di bulan-bulan biasa yang hanya memproduksi sekitar 1.000 lampion per bulan," ujar Agus.

Dia bilang, semua lampion ini dibuat berdasarkan pesanan dari jauh-jauh hari. "Sehingga sekarang, kami sudah tidak terima pesanan lagi," kata dia.
Sebagian besar pelanggan yang datang dalam partai besar untuk kebutuhan dekorasi mal dan kantor. Agus mencontohkan, dekorasi lampion di Mal Ciputra, Jakarta adalah salah satu karyanya.

Manajemen mal sudah memesan sejak Desember 2014 lalu sebanyak 850 buah lampion. Sementara 200 lampion dipesan untuk dekorasi hotel, dan ratusan lampion lain untuk kantor seperti bank BCA dan beberapa restoran.

Agus mengaku permintaan yang datang berasal dari para pelanggan lama yang sudah biasa memesan lampion ke padanya. "Saya mengirimkan ke Jakarta, Surabaya, bahkan sampai ke Singkawang di Kalimantan," kata dia.

Agus menjual produk lampion rata-rata seharga Rp 60.000 per unit. Lantaran sudah pesanan sudah membeludak, sejak awal Februari ini, dia sudah tidak lagi menerima pesanan.

Otomatis, omzet yang diraup Agus pun ikut terkerek. Dia mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 400 juta dalam momen Imlek tahun ini. Omzet sebesar itu meningkat sekitar tiga kali lipat dari biasanya.

Sementara, Khoiran Mahmudi, pemilik usaha Jezina Light yang juga memproduksi lampion ikut merasakan peningkatan permintaan. Biasanya Khoiran hanya membuat lampion untuk acara keagamaan atau dekorasi taman. Kapasitas produksinya hanya 100 lampion per hari. Namun sejak Desember tahun lalu, produksi sudah bertambah hingga 200 lampion per hari karena banjir pesanan.

Khoiran menjual lampion mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 100.000 per unit. Dia mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 200 juta dua bulan terakhir. Umumnya dia mengirim pesanan ke mal-mal di Surabaya, Bali, Kalimantan, Semarang, bahkan sampai Palembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×