kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan sketsel si penyekat ruang terus mengalir


Jumat, 10 Juni 2011 / 15:41 WIB
Permintaan sketsel si penyekat ruang terus mengalir
ILUSTRASI. Petugas melayani peserta BPJS Kesehatan dengan tettap menerapkan protokol kesehatan di kantor cabang BPJS Kesehatan Jakarta, Rabu (29/7)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/07/2020.


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Selain dinding, pemilik rumah acap menyekat sebuah ruangan menggunakan sketsel. Penyekat tak permanen ini pun bisa terbuat dari beragam bahan. Mulai dari bambu, rotan, kayu jati, hingga akar kayu jati. Seorang produsen sketsel di Bantul memproduksi 50 sketsel sebulan. Selain pasar lokal, produk sketselnya juga merambah pasar Eropa.

Lahan yang terbatas melahirkan desain rumah yang terbuka. Ruang-ruang di dalam rumah itu tak dibatasi oleh tembok masif, supaya kesan luas tetap terasa. Nah, untuk memberi batas antar ruang itu, pemilik rumah seringkali memasang penyekat berupa sketsel.

Bahan baku sketsel pun beraneka ragam. Mulai dari bambu, rotan, kayu hingga akar kayu jati. Zaenal Ma'aruf, pemilik Zen Craft di Kasongan Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta, memproduksi sketsel yang terbuat dari bambu. Ia juga membuat sketsel dari paduan bambu dan kayu mahoni.

Dengan 10 pekerja, Zaenal mampu memproduksi 50 sketsel per bulan. Ia tak memberi warna sketsel itu atau dibiarkan berwarna alami. Harga sketsel itu berkisar antara Rp 250.000 hingga Rp 850.000, tergantung dari model dan ukuran.

Zaenal membuat sketsel dengan panjang 150 cm dan tinggi 170 cm. “Saya lebih banyak menjual ke Eropa. Tapi, ekspor saya saat ini menurun 50% dibandingkan jumlah ekspor sebelum gempa 2006 silam,” tutur Zaenal. Selain pasar Eropa, Zaenal juga menjual sketsel buatannya ke Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan Sumatra.

Kalau Zaenal menggunakan bambu sebagai bahan baku sketselnya, maka Wahyu Kusuma Hadi memproduksi sketsel dari akar kayu jati. Lelaki 41 tahun ini mendapatkan pasokan bahan baku dari Cepu, Ngawi, Bojonegoro, Jember dan Situbondo.

Prosesnya tak begitu rumit. Akar kayu jati dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian diamplas sampai halus. “Lalu ditempel pakai paku. Sudah jadi, bisa dibiarkan agar warna tetap natural atau diplitur biar berwarna,” tutur Wahyu, pemilik Putera Nusantara.

Di bengkelnya yang ada di Surabaya, Wahyu dibantu empat pegawai untuk menggarap berbagai kerajinan, termasuk sketsel. Ia memasang harga jual Rp 1,5 juta per sketsel dengan ukuran 1,5 x 1 meter. “Di Surabaya saya bisa menjual tiga sketsel per bulan,” ucapnya. Selain di Surabaya, ia juga menjual sketsel di Jakarta dan Bali.

Sebenarnya, Wahyu menuai banyak pesanan sketsel. Namun, ia belum bisa memenuhi permintaan pembeli karena keinginan mereka bermacam-macam. Misalnya, mereka ingin akar kayu jati yang berukuran atau berbentuk tertentu. Sementara, Wahyu tak menemukan bahan sesuai keinginan pembeli.

Wahyu sebenarnya ingin mengekspor sketselnya. Apalagi, setelah mengikuti pameran Inacraft, April lalu, banyak permintaan untuk ekspor ke luar negeri. “Tapi saya belum punya oven untuk mengeringkan kayu," katanya.

Belum lagi, ia harus menghitung biaya pengiriman. Ia membandingkan, saat dia mengirim sketsel ke Bali, biaya pengiriman hampir sama dengan harga jual sketsel. “Ke Bali pakai pick-up saja bisa Rp 1 juta. Sekarang, saya sedang mencari cara agar biaya pengiriman tak berat,” tuturnya.
Keinginan Wahyu untuk melebarkan wilayah penjualan memang besar. Ia melihat, sketsel masih diminati pemilik rumah sebagai penyekat ruang.

Sketsel memang banyak macamnya. Ngatimin membuat sketsel dari anyaman bambu wulung dan bambu tutul di bengkelnya, Arta Wulung di Purworejo, Jawa Tengah.

Selain sketsel anyaman bambu, Ngatimin juga membuat sketsel dari bilah-bilah bambu wulung dan rotan. Ia menjual sebuah sketsel Rp 450.000 dengan ukuran panjang 170 cm dan lebar 2 meter.

Dalam sebulan, pria 40 tahun ini mampu menjual 10 sketsel. “Saya jual sketsel bambu wulung ini di Jawa Tengah dan Lampung,” ucapnya. Ia pun mengakui, permintaan sketsel yang mampir ke bengkelnya semakin banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×