kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.211   70,15   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   13,11   1,20%
  • LQ45 880   13,40   1,55%
  • ISSI 221   1,38   0,63%
  • IDX30 450   7,23   1,63%
  • IDXHIDIV20 541   6,43   1,20%
  • IDX80 127   1,62   1,29%
  • IDXV30 135   0,66   0,50%
  • IDXQ30 149   1,87   1,27%

Perusahaan akselerator startup, Antler akan ekspansi ke Indonesia tahun 2020


Selasa, 10 September 2019 / 19:18 WIB
Perusahaan akselerator startup, Antler akan ekspansi ke Indonesia tahun 2020
Perusahaan akselerator startup, Antler akan ekspansi ke Indonesia tahun 2020


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekosistem industri startup di Indonesia tengah mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Nilai pasar ekonomi digital Asia Tenggara pada tahun 2025 nanti diprediksi bakal mencapai US$ 240 miliar atau sekitar Rp 3,36 kuadriliun.

Merujuk pada laporan Google Temasek, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan berkembang hingga US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1,4 kuadraliun pada tahun 2025.

Berdasarkan hasil riset perusahaan media asal Malaysia dan Singapura, Catcha Group, pada tahun 2018, valuasi pendanaan yang didapatkan oleh startup unicorn Indonesia nilainya hampir sama dengan para unicorn asal Singapura.

Baca Juga: Incar perusahaan rintisan, Agung Podomoro Land (APLN) luncurkan SOHO Pancoran

Empat startup unicorn asal Singapura, seperti Grab, Lazada, Razer, dan Sea telah mengumpulkan total pendanaan sekitar US$ 22 miliar atau sekitar Rp 308 triliun. Jumlah tersebut ditandingi oleh total pendanaan di Indonesia, yaitu sekitar US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun yang berhasil didapatkan oleh empat unicorn Tanah Air, yakni Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.

Melihat besarnya peluang tersebut, akselerator startup asal Singapura, Antler berencana untuk melakukan ekspansi ke Indonesia pada semester pertama tahun 2020 mendatang.

Co-Founder and Managing Partner Asia Antler, Jussi Salovaara menilai perkembangan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara mulai menyaingi China dan India. Selain memiliki pasar yang luas bagi para startup, kawasan Asia Tenggara juga menarik perhatian para investor global.

“Ekosistem startup di Asia Tenggara sedang tumbuh pesat, terbukti dari lahirnya berbagai unicorn dan decacorn di kawasan ini. Setelah menjajaki Singapura sejak tahun 2018, awal tahun 2020, kami akan membidik Jakarta sebagai kota pertama,” kata Jussi saat konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (10/9).

Jussi menjelaskan, sejauh ini Antler telah berinvestasi senilai US$ 8,3 juta kepada 70 startup dalam portofolionya, sejak pertama kali memulai program inkubasinya di Singapura pada Juli 2018 lalu.

Saat ini, secara global Antler memiliki 8 lokasi operasional dengan 6 program yang tengah berjalan. “Setiap tahun, targetnya terdapat 100 startup, secara global yang bisa kami cetak setiap tahun,” ujar Jussi.

Antler menggelar program pembinaan secara intensif selama 6 bulan dalam bentuk inkubasi bagi para calon pengusaha startup. Jussi melihat bahwa pasar domestik di Indonesia sangat besar untuk membangun startup.

Baca Juga: Bersiap masuk ke segmen ritel, BGR Logistics jajaki kerja sama dengan Triplogic

Namun masih banyak kekurangan pada wadah dan ekosistem bagi individu yang ingin membangun startup dari awal. Antler ingin menjembatani persoalan ini.

Dari program Antler yang berlangsung di Singapura, saat ini terdapat 4 startup asal Indonesia yang lahir, yaitu Sampingan, Robin, Base, dan Bubays. “Untuk ekspansi di Indonesia ini, Antler setidaknya bisa membantu 20 startup untuk beroperasi setiap tahunnya. Tapi tidak menutup kemungkinan jumlahnya lebih atau kurang, tergantung kondisi lokal,” jelas Jussi.

CEO Sampingan, Wisnu Nugrahadi adalah salah satu partisipan asal Indonesia yang tergabung dalam program pertama Antler di Singapura. Ia menyatakan jika selama masa inkubasi, Antler banyak membantu memberikan panduan seputar merintis startup, mulai dari soal produk, pemasaran, funding, pengelolaan SDM sampai finansial.

Baca Juga: Tak rumit menadah dana modal ventura

“Dalam industri startup, ada tiga tantangan yang masih kurang di Indonesia. Pertama soal knowledge tentang startup itu sendiri. Tidak banyak mentor ahli yang benar-benar concern untuk membina startup. Kedua, soal networking yang juga belum begitu luas dan hanya terpusat di pulau Jawa. Ketiga adalah soal pendanaan atau funding, yang ini hubungannya kuat dengan persoalan networking,” jelas Wisnu.

Dari masa inkubasi intensif tersebut, Wisnu mengakui bahwa dirinya juga dijembatani, bertemu dengan para investor dari perusahaan Ventura. Para peserta juga diberi kesempatan untuk mempresentasikan proposal startup mereka kepada para calon investor.

“Hari ini, banyak sekali anak muda yang ingin buat startup tapi tidak tahu harus mulai darimana. Gimana biar bisa dapat pendanaan dan sebagainya. Nah, selama program Antler, kami dibina untuk paham step by step membangun startup,” terang Wisnu.

Dari program Antler, Sampingan berhasil mendapatkan pendanaan seri pertamanya sebesar US$ 100.000 dari Golden Gate Ventures dan Antler.

Baca Juga: Aplikasi klaim asuransi berebut pasar

Diluncurkan sejak Agustus 2018 lalu, kini Sampingan telah memiliki 150.000 mitra pekerja yang tersebar di 25 kota dan puluhan mitra perusahaan. “Waktu awal Sampingan launching, mitra pekerja kami hanya ada sekitar 300 – 400, sekarang sudah tembus ratusan ribu,” pungkas Wisnu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×