kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,68   7,33   0.79%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petualangan Wira ke berbagai negara berbuah kipas


Sabtu, 19 Mei 2018 / 13:05 WIB
Petualangan Wira ke berbagai negara berbuah kipas


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Ingin keluar dari keterpurukan akibat tragedi bom Bali 2003 lalu, Ketut Wiranantaja pergi ke beberapa negara di Eropa. Ia ingin mempelajari kebutuhan pasar internasional.

Spanyol menjadi negara pertama dia singgah. Ketut pun melihat kipas menjadi salah satu oleh-oleh khas negeri matador itu. Lantas, dia pun terinspirasi untuk membuat kipas dengan kualitas dan desain yang lebih bagus.  

Wira kemudian menggali pengetahuan soal kipas. Dia pergi ke museum kipas di London. Dari London, dia  mengunjungi Kyoto, Jepang, untuk mempelajari kipas khas negeri sakura. Setelah merasa cukup mendapat ilmu soal kipas, anak keempat dari tujuh bersaudara ini baru kembali ke tanah air dan mempersiapkan bisnis barunya. Ia mulai membuat kipas pada tahun itu juga.  

Wira melabeli kipasnya dengan nama Wiracana. Dengan persiapan matang dan kesungguhan, kipas Wiracana dengan cepat meraih popularitas.

Kini, sekitar 65% penjualannya datang dari pasar lokal. Sisanya datang dari Spanyol, London, Filipina, Kuala Lumpur, Thailand, Jepang, Amerika, Jerman, Prancis, Italy, dan lainnya.

Menciptakan kipas dengan memperhatikan komposisi serta perhitungan rangka yang pas dan kenyamanan  saat digunakan, bapak tiga anak ini menyasar konsumen kalangan menengah keatas. Harga kipas Wiracana berkisar Rp 25.000 hingga belasan juta.  

Kipas Wiracana tersedia dalam berbagai ukuran dan desain. Konsumen bisa memilih kain kipas dengan gambar digital print atau lukisan tangan. Namun, yang pasti, Wira selalu menyajikan keindahan dan detil. "Saya membuat kipas  customised, sehingga tiap orang datang akan mendapatkan kipas sesuai keinginannya," katanya pada KONTAN.

Seluruh bahan baku yang digunakan berasal dari dalam negeri. Sayangnya, dia enggan menyebutkan jenis kayu yang digunakan.

Selain itu, dia menilai, usaha kerajinan ini bakal bertahan lama lantaran kipas tetap digunakan sampai kapan pun, tidak hanya oleh kalangan orang tua tapi juga para generasi muda.       

Menantang diri demi kemajuan sendiri

Berkunjung ke beberapa negara demi ilmu tentang kipas, Ketut Wiranantaja membongkar sisa tabungannya selama bekerja di kapal pesiar. Namun, meski sudah beroleh segudang pengetahuan soal kipas, tak mudah baginya untuk merintis bisnis kipas.  

Lantaran punya komitmen untuk menciptakan kipas berkualitas, Wira terus mencari formula yang tepat untuk pembuatan struktur atau kerangka kipas. Butuh waktu berbulan-bulan hingga akhirnya menemukan hitungan yang pas. Pada 2003, produk pertamanya meluncur dengan merek Wiracana.  

Tagline 'Disetiap tas ada kipas' menjadi visi dan misi usaha besutannya. "Saya datang sebagai pendobrak saat banyak perajin kipas kayu ukiran di Bali tak punya tujuan yang jelas," tegasnya.

Namun, alih-alih mendapatkan dukungan, bapak tiga anak ini malah banyak ditertawakan oleh rekan-rekannya. Mereka menganggap usaha kipas tak cukup menjanjikan.  

Tak gentar, Wira tetap fokus membangun usahanya.  Dia mulai mengedukasi pasar  tentang kipas yang tak hanya identik dengan nenek-nenek tapi pas digunakan untuk semua kalangan.

Bahkan, melihat besarnya potensi pasar, Wira menantang dirinya untuk menciptakan mesin produksi kipas. "Mesin ini dibutuhkan untuk produksi dalam jumlah besar karena proses tradisional tak akan mungkin bisa memenuhi besarnya jumlah permintaan," jelasnya.

Tidak hanya menyasar pasar lokal, Wira mengirim lebih dari 50% produksinya ke Spanyol, London, dan lainnya. Pameran menjadi ajang perkenalan produknya dan mendapat buyer asing.  

Namun, berkerjasama dengan konsumen internasional tidaklah selalu menyenangkan. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini pernah menanggung rugi puluhan hingga ratusan juta, karena salah satu buyer lari dari kewajiban pembayaran setelah mendapatkan kiriman sebanyak tujuh kontener.

Tidak diam saja, Wira bertolak ke luar negeri untuk mencari dan menagih pembayaran kepada buyer. Meski sempat merasakan pahitnya dunia usaha, tidak membuatnya kapok menjalin kerjasama dengan pembeli di luar negeri. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran untuk lebih selektif dan berhati-hati.    

Makin fokus garap pasar kipas lokal

Pernah tertipu ratusan juta tak menciutkan nyali Ketut Wiranantaja untuk membesarkan Wiracana. Tak hanya melayani permintaan dari para buyer, kini Wira mulai serius menggarap pasar lokal. Bahkan, lebih dari 50% kipas Wiracana diserap pasar lokal.  

Potensi pasar domestik yang besar jadi peluangnya. Ia pun tak pernah meremehkan daya beli konsumen lokal yang ia nilai cukup bagus. Saat ini, kipas Wiracana banyak bertengger di peritel modern seperti Sarinah, Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia dan tiga galerinya.  

Meski sudah terkenal dan berhasil membentuk pasar laki-laki asal Denpasar, Bali ini masih rajin berpartisipasi dalam ajang pameran kerajinan lokal. "Event itu bagus sebagai ajang perkenalan ke pasar," katanya.

Untuk menggebrak pasar,  pada 2010 lalu bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Wira membagikan 1.000 kipas gratis kepada pengunjung salah satu pusat belanja di Bali yang tak ada kipas di tasnya. Aksi marketing ini sejalan dengan visi usahanya yaitu ada kipas di setiap tas.

Berharap hempasan kipasnya terus berkembang, kini Wira dibantu oleh ketiga anaknya dalam menjalankan roda bisnis kerajinan ini. Dia bersama sang istri hanya mengawasi serta pemberi semangat dalam bekerja. "Semangatnya perlu dibina karena anak-anak jaman now ini sudah terlalu enak, berada di zona nyaman dan posisinya berada pada penikmat," tegasnya.  

Disisi lain, dia masih mengeluhkan sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang terampil. Maklum saja, membuat produk kerajinan dibutuhkan rasa dan ketelitian. Maka mau tidak mau, dia harus memberikan pelatihan bagi setiap karyawan yang baru bergabung.

Sebagai pemimpin pasar di kerajinan kipas, Wira tidak pernah khawatir dengan munculnya para pengusaha kipas baru. Baginya, setiap orang mempunyai karakter pada setiap produk yang dibuatnya.

Mempertahankan kualitas produk dan menyajikan desain kipas yang segar, cantik dan modern menjadi salah satu senjatanya untuk tetap bertahan dan yakin tidak akan ditinggalkan pasar.

Asal tahu saja, Wira bisa mendapatkan inspirasi desain dari berbagai hal yang ditemui atau dilakukan. Dia mengaku sampai sekarang belum memberikan jadwal khusus untuk meluncurkan desain-desain baru. "Saya membuat desain baru sesuai dengan mood," katanya.

Selain itu, tragedi letusan Gunung Agung yang melanda Bali pada beberapa waktu lalu rupanya memberikan efek pada usaha yang telah dibesutnya lebih dari 10 tahun. Dia mengaku, mengalami penurunan omzet cukup drastis lantaran tidak ada wisatawan yang berwisata dan berbelanja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×