kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pionir pusat oleh-oleh asli Batam


Sabtu, 21 Juli 2018 / 08:00 WIB
Pionir pusat oleh-oleh asli Batam


Reporter: Merlinda Riska | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Tak sedikit pengusaha yang mendulang sukses berawal dari sebuah keisengan. Simak saja kisah Melanny dalam merintis bisnis toko oleh-oleh khas Batam.

Pemilik Aroma Cake Buah Naga ini membuka usaha tersebut bermula dari keisengan membuat kue (cake) yang terbuat dari buah naga pada 2011 lalu. Buah asal Amerika itu dia dapatkan saat jalan-jalan ke Jembatan Barelang.

Di sekitar jembatan yang merupakan ikon Batam itu terdapat perkebunan buah naga yang sangat luas, berhektare-hektare. “Namanya wisatawan, pulang pasti ingin bawa oleh-oleh. Saya pun beli oleh-oleh buah naga,” ujar Melanny.

Keisengan perempuan kelahiran Dumai, 5 April 1984, ini membikin kue dari buah naga pun dimulai. Percobaan pertama gagal lantaran kue buatannya malah bergetah dan rasa buah naga tidak terasa. Baru di percobaan kedua, ia berhasil menciptakan kue itu.

Iseng-iseng, Melanny membawa kue tersebut ke kantornya. Ternyata, teman-temannya pada suka. “Terus, ada yang pesan, beli maksudnya. Kemudian, teman-teman bilang, buat usaha saja,” kisah Melanny yang ketika itu bekerja di Bank Tabungan Negara (BTN).

Karena pesanan terus mengalir, setelah berdiskusi dengan sang suami, dia pun membuka usaha kue buah naga. Apalagi kala itu, tidak ada satu pun toko oleh-oleh di Batam yang menjual makanan asli daerah tersebut. Mereka hanya menjajakan oleh-oleh dari daerah Riau lain seperti kue bingka.

Tambah lagi, suami Melanny pernah melakoni usaha toko oleh-oleh di Padang yang menjual dodol khas Sumatra Barat, galamai. “Karena kami berdua yakin, siap capek, siap berkorban, baik waktu maupun uang, kami akhirnya mulai usaha ini  pada 6 Juni 2011,” kata dia. Lokasi gerai pertamanya di kawasan bisnis Nagoya.

Sebetulnya, Melanny tidak memegang uang di tangan. Walhasil, sebagai modal awal, ia pun terpaksa menjual mobilnya yang masih berstatus kredit.  Karena itu, dia hanya mendapat duit sebesar Rp 80 juta dari hasil penjualan mobil.

Modal tersebut, Melanny mengungkapkan, sebagian besar untuk biaya promosi. Ia memasang papan reklame di beberapa titik strategis di Batam hingga iklan di sejumlah radio. “Saya juga keliling, ngomong ke orang-orang untuk berpromosi,” ujar dia.

Itu sebabnya, sejak awal usaha sudah mengusung merek, yakni Aroma Cake Buah Naga. Juga, ikon bergambar dirinya dan sang anak yang ketika itu masih berusia tiga tahun, memakai pakaian melayu. “Brand penting karena menunjukkan identitas kami,” tegasnya.

Strategi pemasaran

Promosi besar-besaran itu membuahkan hasil. Di hari pertama buka, Melanny betul-betul tidak menyangka respons masyarakat sangat bagus. “Yang beli sampai antre, tumpah ruah ke jalan. Kami membuat cake buah naga selama 24 jam, tanpa berhenti,” ungkapnya.

Alhasil, sebulan setelah usahanya jalan, ia memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya di BTN. Dia punya alasan: tidak mungkin buat sang suami bekerja sendiri. Di saat yang sama, suaminya juga menutup usaha toko jamu.

Mereka pun lantas berbagi tugas. Suaminya mengurus bagian operasional dan Melanny di bagian pemasaran, termasuk membangun dan membesarkan merek alias branding.

Namun sebenarnya, saat memutuskan keluar kerja, perjuangan Melanny meminta restu dari orangtua bukan hal mudah. Maklum, dia baru saja mendapat promosi di kantornya. Namun pelan-pelan, ia meyakinkan orangtuanya hingga memperoleh restu.

Melanny bilang, ide bisnisnya seperti hidayah, datang tiba-tiba. Makanya, harus segera beraksi, telat sedikit saja bisa didahului orang. “Jadi pengusaha yang penting adalah action, kemudian tawakal dan istiqomah. Dan yang paling penting, dapat support yang bagus, terutama sebagai suami-istri harus saling dukung dan saling mengisi,” beber dia.

Meski laris manis, tahun pertama usahanya belum mendatangkan keuntungan. Pasalnya, Melanny masih terus membangun dan membesarkan merek dagangnya. Ia sampai mengagunkan rumahnya untuk tambahan biaya pemasaran.

Untuk mempromosikan Aroma Cake Buah Naga sebagai oleh-oleh asli Batam, dia memasang iklan di bus bandara milik Perum Damri. “Saya benar-benar habis-habisan, modal nekat dan yakin aja,” ucapnya.

Strateginya tidak sia-sia. Di tahun kedua, ia bisa mendekap keuntungan. Jumlah tokonya pun bukan cuma satu, tapi bertambah menjadi 10 gerai. Produksinya juga terus meningkat.

Dari awal hanya menggunakan bahan baku belasan kilogram buah naga per bulan, naik jadi satu ton, lalu dua ton, sampai tiga ton sebulan. Sayangnya, Melanny menolak menyebutkan penghasilan tiap bulan.

Kesuksesannya berbisnis mengantarkannya pula keluar sebaga Juara II Wanita Wirausaha Mandiri Femina 2013. Kemudian, Juara II Wirausaha Muda Mandiri 2016 untuk Kategori Boga Kelompok Alumni dan Mahasiswa Pascasarjana.

Tapi di balik penghargaan Wanita Wirausaha Mandiri Femina 2013, ada derita. Saat menerima penghargaan di Jakarta, Melanny sedang hamil tua. “Itu merupakan kesempatan emas bagi saya bisa mempromosikan cake buah naga ke luar kota, khususnya Jakarta. Makanya, saya tetap berangkat walau hamil besar,” ungkapnya.

Tak lama setelah kembali ke Batam, dia melahirkan. Tapi ternyata, Allah berkehendak lain, anak keduanya meninggal dunia di usia tiga hari. Dua bulan kemudian, sang ibu meninggal karena kanker rahim.

Dua kejadian itu sangat berpengaruh terhadap mental Melanny. Ia jadi tidak fokus mengurus usaha. Sembilan bulan setelah kisah sedih itu, dia melahirkan anak ketiga. “Saya merasa semangat, bisa bangkit lagi dalam bisnis dan terus konsisten untuk membesarkan usaha ini,” tambahnya.

Pada 2013, Melanny membuka tiga cabang lagi sehingga total ada 13 gerai, dengan jumlah pegawai mencapai 150 orang. Produksinya mencapai tiga ton lebih buah naga per bulan.

Ia kemudian membuka kafe di Tanjung Piayu atas permintaan pelanggannya. Dia juga menjajakan produk lain buatan 100 usaha kecil dan menengah yang ada di Batam.

Keluar Batam

Namun ujian datang lagi pada tahun kelima usahanya. tahun 2016, kondisi perekonomian Batam lesu darah, dan berlangsung sampai sekarang, bahkan lebih parah.
Kepulauan Riau saat ini menduduki peringkat ketiga terbawah dari 34 provinsi untuk urusan pertumbuhan ekonomi. Padahal sebelumnya, menempati urutan ketiga paling atas. Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau hanya 2,01%.

Dan, Batam yang paling terpukul. Saat ini, banyak toko yang tutup, industri melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. “Dalam kondisi susah begini, buat makan saja sulit, apalagi beli oleh-oleh, kan. Otomatis, kami terkena dampaknya,” ujarnya.

Buntutnya, agar bisnis bisa terus bertahan, Melanny menutup tiga cabang yang penghasilannya turun drastis. Jumlah karyawan pun menyusut, jadi tinggal 100 orang. Produksinya sekitar dua ton buah naga.

Toh, Melanny tetap ekspansi. Ini juga bagian dari strategi untuk bisa bertahan. Tapi, ia tidak membuka cabang di Batam, melainkan di luar kota yang pertumbuhan ekonominya masih tinggi. “Ekonomi di Batam, kan, sedang jelek, kenapa tidak buka di kota lain dengan konsep oleh-oleh yang sama kayak yang di Batam,” ucapnya.

Kota pertama yang jadi pilihan Melanny adalah Medan. Cuma kali ini, ia menggandeng mitra. Menyusul di tahun ini, dia akan masuk ke Tanjung Pinang, Bandung, dan Bali.

Walau konsepnya sama, sebagai pusat oleh-oleh, namun menggunakan bahan baku asli dari daerah itu. Di Medan, misalnya, memakai kentang lalu di Bandung menggunakan ubi. “Brand-nya juga berbeda masing-masing kota akan ada brand sendiri,” sebut dia.

Selain itu, setahun terakhir Melanny menggunakan executive chef pastry. Sebab, yang mengikuti jejaknya membuat kue buah naga semakin banyak. Sehingga, bukan lagi hanya merek jadi perhatian, juga rasa. “Dengan executive chef pastry, produk kami semakin kaya akan inovasi serta kuat ciri khas rasanya,” tegas Melanny.

Sebelumnya, tiap tahun dia terus berinovasi. Makanya, produknya beragam, ada kue kering buah naga, bilis gulung buah naga, juga pangsit buah naga. Ia membuat itu semua di tiga rumah produksi miliknya. “Saya harus berjuang untuk tetap bisa survive. Usaha ini punya banyak karyawan, mitra UKM dan petani,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×