Sumber: Kontan 16/8/2013 | Editor: Havid Vebri
Pamor Bali sebagai penghasil aneka kerajinan tangan tak terpungkiri. Di sana, tangan-tangan kreatif mampu menyulap batu, kayu, logam, hingga limbah tanaman jadi kerajinan cantik. Jika sedang bertandang ke Bali, dan ingin berburu cinderamata, Anda bisa menyambangi Desa Tegallalang di Kabupaten Gianyar.
Untuk mencapai desa ini, Anda harus berkendara sekitar 1,5 jam dari Bandara Ngurah Rai, Bali. Pintu masuk wilayah Desa Tegallalang ditandai gerbang bertuliskan: Selamat Datang di Pusat Bisnis Kerajinan Tradisional.
Memang, mayoritas penduduknya bekerja sebagai perajin, sekaligus pedagang kerajinan tradisional. Tak heran, di sepanjang Jalan Raya Tegallalang berdiri lebih dari 100 art shop atau kios yang menjual aneka kerajinan, seperti gerabah, ukiran batu, pahatan kayu, serta pernik khas Bali semacam mozaik kaca.
Kios-kios itu berdiri hampir di depan setiap rumah warga. Ukurannya beragam, mulai dari 3 x 3 meter (m), hingga 6 x 5 m. Bahkan, ada warga yang menjadikan rumahnya sebagai art shop sekaligus tempat produksi. Pengunjung bisa memarkir kendaraan dengan leluasa, karena setiap art shop menyediakan halaman untuk parkir.
Kios-kios tersebut buka setiap hari, dan tak ada batas jam operasional. Ini lantaran para perajin rata-rata menggunakan kios milik sendiri. Kalaupun ada yang menyewa, tidak dibatasi jam operasional oleh pemiliknya.
Nama Desa Tegallalang populer di kalangan wisatawan, hingga pebisnis dari luar Bali. Mayoritas pelanggan dari Eropa dan Asia. Salah seorang perajin, Nyoman Sugita bercerita, keberadaan Desa Tegallalang sebagai pusat kerajinan sudah dikenal sejak 1990-an. Kala itu, kebanyakan masih menjual kerajinan dari kayu.
Seiring waktu, produk yang dijual kian beragam. "Para perajin di sini saling menularkan ide. Kalau lihat tetangga bikin kreasi kerajinan baru, dan disukai pembeli, pemain baru akan bermunculan," ujar pemilik Antari Artshop ini.
Sejak enam tahun lalu, pria yang akrab disapa Sugita ini fokus membuat kerajinan mozaik dari kaca dan keramik. Beragam bentuk dihasilkannya, seperti hiasan dinding, tempat buah, dan cermin hias. Mozaik kaca terlihat menarik, karena ia memadukan warna terang, seperti merah, hijau dan biru.
Kata Sugita, banyak perajin di Desa Tegallalang yang kini membuat mozaik dari kaca, lantaran sedang tren dan digemari pelanggan. "Para perajin di sini melihat pamor kerajinan dari kayu sudah mulai turun, " ujar pria kelahiran Tegallalang, 45 tahun silam ini.
Perajin lainnya, Erna Kusuma menjual lampu hias. Desain andalannya berbentuk bunga mawar dan sabit berbahan rotan, kulit jagung, benang, kulit kayu, lidi, hingga pelepah kelapa.
Pemilik Iracoco Artshop ini membuat berbagai ukuran lampu hias. Yang terkecil setinggi 30 cm, dan paling tinggi mencapai 1,5 meter.
Dari bisnis ini, Erna mampu meraup omzet Rp 30 juta sebulan. Sementara, Sugita bisa mengumpulkan omzet Rp 10 juta sebulan. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News