kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi bisnis start up bisa melaju kencang


Jumat, 16 Agustus 2019 / 10:15 WIB
Potensi bisnis start up bisa melaju kencang


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri start up digital di Tanah Air semakin berkembang pesat. Sejak empat start up asal Indonesia ditetapkan sebagai unicorn, geliat perusahaan rintisan berbasis digital ini semakin bergairah.

Ini semakin dipertegas dalam laporan Global Startup Ecosystem Report (GSER) yang dirilis Startup Genome pada Mei 2019, yang menempatkan Jakarta di urutan 33 (The Next Top 30 Global Start up) dengan kategori challenger. Artinya, Jakarta masuk kategori penantang terkuat sebagai kota dengan ekosistem start up potensial di kancah global, setara dengan Seoul, Moskow dan Tokyo.

Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (Mikti) juga merilis hasil riset posisi industri start up Indonesia pada 2018. Ketua Umum Mikti, Joddy Hernady mengungkapkan bahwa total start up Indonesia yang masih aktif hingga saat ini berjumlah 1.009 start up. "Kami survei langsung ke lapangan. Dan tidak semua start up aktif beroperasi," katanya di Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kamis (8/8).

Baca Juga: Qlue makin gencar menawarkan smart city ke korporasi

Dari hasil riset Mikti tersebut sebanyak 52,72% atau sebesar 532 start up tersebar di wilayah Jabodetabek. Sedangkan wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat rata-rata memiliki sekitar 9% dari total jumlah start up. Dan wilayah di luar Jawa hanya sekitar 2%–3%.

Sejatinya geliat start up Tanah Air mulai bermunculan sejak 2008 dan terus bertambah hingga 2018. MIKTI mencatat sepanjang 2013–2018 ada 255 start up yang berdiri dan merupakan periode terbanyak. Malah sudah merambah Indonesia Timur. "Kami pun membuat inkubator di Makassar untuk mendorong perkembangan start up di bagian Timur Indonesia," tandasnya.

Baca Juga: Jakarta penantang terkuat startup di kancah global setara Seoul, Moskow dan Tokyo

Di Jakarta sendiri terdapat 428 start up dengan tiga sektor terbanyak yakni e-commerce, financial technology (fintech) dan gim. Menurut Joddy, sektor gim memiliki peluang besar untuk berkembang mengingat penggemar gim (gamers) semakin banyak.

Melihat potensi tersebut Joddy optimistis, pertumbuhan start up bakal terus berkembang ke depannnya. Sayang, ia tidak memproyeksi jumlah start up ke depannya. "Kami belum mendata pasti pertumbuhan per tahunnya, tapi saya yakin bakal pesat," kata Joddy.

Baca Juga: SpotQoe menawarkan 3.600 ruang di seluruh Indonesia

Perkembangan start up ini juga ditangkap perusahaan, seperti bidang perbankan untuk berinvestasi di usaha rintisan tersebut. Misal Bank Rakyat Indonesia (BRI). Menurut Indra Utoyo, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI telah menjalankan tiga langkah bisnis di bidang tersebut.

Seperti dengan menjadi anggota Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech). Lantas ada program inkubasi berlabel BRIIncubator, serta menyediakan kantor bersama di beberapa kampus. BRI menyokong program tersebut via BRI Ventures dan sudah anggarkan US$ 250 juta. "Yang disetujui OJK dan Komisaris BRI sekitar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1 triliun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×