Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Havid Vebri
Pada era teknologi seperti sekarang, menuangkan keluh kesah atau curahan hati yang populer disebut curhat sudah tidak lagi harus bertemu langsung atau surat menyurat lewat pos. Orang-orang kini makin gemar curhat lewat media sosial yang telah banyak beredar. Contoh saja Twitter dan Facebook.
Di situ pengguna bebas memperbaharui status ataupun mengomentari berbagai hal hingga berdiskusi. Efeknya terlihat dari jumlah pengguna Twitter di Indonesia pada tahun 2013 menduduki ketiga terbanyak di dunia. Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pengguna Facebook terbanyak.
Meskipun banyak jejaring sosial yang telah menjadi wadah berkomunikasi, namun terkadang kebebasan berekspresi para penggunanya untuk mengungkapkan curahan hati malah berdampak negatif. Tidak sedikit sampai menuai kecaman dari banyak pihak lantaran informasi cepat sekali tersebar.
Oleh karena itu, pengembang aplikasi digital, Creative Hot House, memunculkan konsep aplikasi yang menggaransi tidak menyebarkan informasi penggunanya, alias anonim.
Aplikasi bernama LegaTalk ini menawarkan tempat curhat bagi penggunanya dan muncul sebagai anonim, alias tak diketahui identitasnya. LegaTalk ini merupakan aplikasi lokal dari Creative Hot House yang diluncurkan secara resmi pada September 2014.
Asmara Wreksono, Head of Communication Creative Hot House, mengatakan, dia optimistis aplikasi dengan fitur 'curhat' ini digemari masyarakat Indonesia dan terus berkembang. Sebab, selama ini kebebasan jejaring sosial yang ada masih semu dan belum menjamin pengguna untuk berkomentar secara leluasa.
Sebaliknya, ia mengklaim para pengguna LegaTalk dapat menyampaikan unek-unek mereka dengan lega, dengan keamanan privasi yang terjamin. "Di LegaTalk, identitas pengguna tak dapat diketahui atau anonim. Kerahasiaannya pun terjaga dengan baik," ujarnya kepada KONTAN.
Meski demikian, jika ada komentar yang menggunakan kata-kata tidak etis atau bersifat iklan, postingan komentar itu bisa dihilangkan dari permukaan linimasa. "Kami masih memiliki moderator untuk menyaring komentar yang tidak baik," ujarnya.
Untuk menjadi anggota, para pengguna hanya perlu memasukkan nomor telepon dan akan terenskripsi secara acak oleh sistem. Sehingga identitas pengguna tak bisa terlacak. Target pasarnya adalah para pengguna yang berumur 17 tahun ke atas, seperti kalangan remaja yang suka 'curhat' di media sosial.
Aplikasi yang berpenampilan sederhana ini hanya menampilkan komentar para penggunanya dan setiap postingan hanya dilengkapi dengan keterangan tempat. Pengguna bisa memberikan komentar atau mengklik bentuk hati di setiap curhatan yang masuk.
Terus dikembangkan
Aplikasi ini dilengkapi tiga fitur, yakni hot, friend, dan all. Fitur hot untuk melihat semua status yang ada dan berkomentar. Adapun, fitur friend dapat mencari teman-teman yang nomornya sudah tersimpan pada ponsel dan yang juga telah mengunakan LegaTalk. Namun, si pengguna tidak tahu identitasnya. "Yang pasti mereka adalah orang yang ada di daftar kontak telepon," jelasnya.
Sementara, fitur all untuk melihat semua status yang ada di seluruh penjuru Indonesia. Maklum, LegaTalk dapat mencakup radius hingga 500 kilometer (km), sehingga para pengguna aplikasi di luar negeri pun masih dapat terdeteksi.
Nantinya, aplikasi ini juga akan dilengkapi beberapa fitur baru, seperti fitur pencarian atau search. Namun, penggunaan fitur ini masih dirahasiakan. Asmara menjelaskan, awalnya aplikasi LegaTalk yang dibuat April 2014 ini ditujukan untuk pengguna Android.
Namun, aplikasi ini mulai menyebar dengan sendirinya dan digunakan banyak pengguna sejak Juni 2014, ketika para pengembang tengah melakukan pengujian beta dan uji layout secara tertutup. Animo pengguna aplikasi ini cukup banyak. Padahal, saat itu mereka masih terus melakukan percobaan dan pengembangan.
Namun, akhirnya banyak permintaan untuk bisa digunakan di software iOS. "Sehingga kita menaruh aplikasi ini di App Store pada Juli 2014," ujarnya. Sejak Juni 2014 hingga saat ini, Asmara mengklaim jumlah pengguna LegaTalk telah mencapai sekitar 45.000 pengguna. Ia berharap, di akhir tahun, para pengguna aplikasi curhat ini dapat berjumlah lebih dari 100.000 pengguna.
Meski aplikasi ini telah digunakan secara viral, Creative Hot House belum mempromosikan LegaTalk secara gencar. "Kami belum bekerjasama dengan provider atau operator telekomunikasi. Tentu ke depannya kami pasti akan kerjasama," tuturnya.
Hingga saat ini, aplikasi ini hanya dipromosikan melalui media sosial, seperti Twitter, Facebook, maupun Instagram. Pengembangan aplikasi LegaTalk berlangsung cukup lancar dan tak menemukan kendala besar. Kendala yang dihadapi hanya masalah teknis untuk mencari cara meningkatkan pengguna LegaTalk.
Walau terbilang sebagai aplikasi yang masih baru, tingkat keterlibatan pengguna dengan LegaTalk cukup baik. "Jumlah pemakaian aplikasi LegaTalk berkisar antara 15 menit hingga 45 menit. Sebuah ukuran yang cukup tinggi bagi aplikasi baru," tambahnya.
LegaTalk belum menjadi aplikasi yang komersial. Dana pengembangan aplikasi didapat dari internal seperti investor yang menanamkan modal. Saat ini, manajemen masih fokus untuk meningkatkan pengguna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News