kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Produk handmade dengan seni tinggi kian diminati


Rabu, 08 April 2015 / 19:25 WIB
Produk handmade dengan seni tinggi kian diminati
ILUSTRASI. Jadwal SIM Keliling Bekasi & Bogor Hari Ini (27/10), Perpanjang SIM Sejam Jadi


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Produk buatan tangan atau handmade menjadi trend seiring maraknya pameran kerajinan. Meski muncul banyak pemain, persaingan usahanya pun masih belum ketat. Para pemain baru seperti Corpies dapat mengantongi omset Rp 20 juta per bulan.

Perkembangan jaman rupanya tidak membuat produk kerajinan dengan proses tradisional ditinggalkan. Bahkan, para konsumen gencar berburu produk handmade. Seperti Ayu Winda yang bilang dia suka produk handmade lantaran bentuknya yang unik dan mempunyai nilai seni lebih.

Makanya saat ini makin banyak bermunculan para pengrajin produk handmade. Salah satunya adalah Corpies yang memproduksi beberapa jenis produk handmade seperti sepatu lukis, lukisan kayu, gantungan kunci, tas lukis, dan lainnya.

Usaha besutan, Joni Agung Sudarmo ini terbilang cukup laris dipasaran, buktinya baru empat tahun memulai usaha dia bisa meraup omset sekitar Rp 20 juta per bulan. Bila sedang ikut dalam ajang pameran omsetnya bisa naik signifikan.

“Produk buatan tradisional ini makin lama makin dicari karena orang-orang sudah banyak yang menghargai kreativitas,” katanya pada KONTAN saat ditemui dalam pameran Inacraf 2015 yang digelar di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Laki-laki asal Tulung Agung, Jawa timur ini bilang ke depan produk handmade ini masih akan terus booming dan tidak akan pernah mati. Laki-laki yang lebih akrab dipanggil Joni ini dibantu delapan orang karyawannya untuk memproduksi seluruh koleksinya.

Terbatasnya jumlah karyawan membuatnya hanya mampu memproduksi sekitar 300 piece produk baru. Maklum saja, proses pembuatan yang cukup lama membuat jumlah koleksinya terbatas. Seperti, proses pembuatan sepasang sepatu lukis memakan waktu sekitar dua sampai tiga jam.

Meski begitu, keuntungan bersih yang dia dapatkan cukup besar sekitar 50% dari omset tiap bulannya. Saat ini, dia hanya menjual produknya di Malang dan Bandung. “ Kita lebih sering jualan di pameran dan online,” katanya.

Pemain lainnya adalah Retno Astuti pemilik usaha GS4 Woodcraft asal Malang. Perempuan berhijab ini bilang bila produk homemade tidak akan ditinggalkan pasar. Buktinya, sudah 22 tahun dia memproduksi aksesoris rumah tangga dari kayu pinus masih terus dicari. Bahkan pasarnya kini makin meluas sampai ke Sulawesi, Kalimantan, Jakarta, dan lokasi lainnya.

Sekedar info, GS4 Woodcraft memproduksi barang-barang rumah tangga seperti keranjang buah, tempat minum, tempat kue, tempat tisu, nampan, dan lainnya. Agar tampil berbeda dengan produk kayu lainnya, produknya dibuat dari kayu pinus dan dilukis secara manual.

Rata-rata produk buatannya dijadikan souvenir pernikahan. Dalam sehari dia dapat memproduksi sekitar 100 piece barang rumah tangga tanpa lukis. “Yang lama adalah proses lukisnya karena harus satu-satu,” jelasnya.

Retno membandrol harga produknya cukup terjangkau mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 400.000 per piece. Dalam sebulan, dia dapat meraup omset sekitar Rp 25 juta sayang keuntungan bersih yang didapatkannya hanya sekitar 25% dari omset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×