kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Profesi animator yang kian berkibar


Minggu, 11 Februari 2018 / 10:15 WIB
Profesi animator yang kian berkibar


Reporter: Elisabeth Adventa, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID -

Geliat industri animasi Tanah Air semakin berkibar. Sejumlah video bahkan film kartun hasil karya animator lokal makin sering dijumpai, baik lewat televisi maupun layar bioskop. Sebut saja kartun Adit & Sopo Jarwo, film Meraih Mimpi, Uwa dan Rimba Indonesia, Tendangan Halilintar, Keluarga Somat, Kuku Rocky You, Si Entong, film Si Juki The Movie dan masih banyak lagi.

Sejumlah animator Indonesia juga ada yang berkiprah di kancah dunia, bahkan mereka terlibat dalam beberapa film animasi kelas internasional. Animator asal Indonesia pun mulai diperhitungkan sejak dua tahun belakangan. Sekolah khusus animasi di Indonesia juga mulai banyak bermunculan.  

Deswara Aulia Subarkah atau yang akrab disapa Adez Aulia yang sekaligus CEO G7 AR & VR sudah menggeluti pekerjaannya sebagai animator sejak 1995 silam. Tak hanya berhasil mendapatkan proyek dalam negeri, dia juga ikut ambil bagian dalam sejumlah proyek animasi internasional, seperti Tripping The Rift, Sing to the Down, Ecopolis, dan lainnya.

Dia mempelajari animasi secara otodidak, dengan menjajal semua software yang ada. "Bagi saya cukup sulit  belajar animasi itu, apalagi dengan keterbatasan teknologi di sini,” tutur pria kelahiran 12 Desember 1975 ini.

Meski belajar secara otodidak, Adez memberanikan diri untuk menerima proyek dari klien. Selain ingin belajar lebih banyak, saat itu ia juga ingin mengukur kemampuannya. Perlahan tapi pasti, nama Adez mulai dikenal dan satu persatu proyek mulai berdatangan. “Baru-baru ini, untuk proyek di dalam negeri, saya ikut dalam penggarapan fim Meraih Mimpi,” ungkapnya.

Adez menilai perkembangan industri dalam negeri selama dua tahun belakangan cukup bagus. Kondisi perkembangan animasi di Indonesia dapat dilihat dari munculnya film animasi lokal di televisi nasional maupun lokal. Namun, bila dibandingkan dengan perkembangan animasi di luar negeri, menurutnya industri animasi lokal seakan jalan di tempat.

Teknologi belum siap

Di zaman yang serba digital ini, profesi sebagai animator cukup diperhitungkan dan memiliki peluang bisnis cukup luas. Tak hanya sebagai animator, jasa pembuatan animasi 2D maupun 3D untuk video juga mulai banyak ditemui. Bobby Muscar, pemilik Bobby Muscar Film production sekaligus animator mulai merintis jasa pembuatan video animasi sejak tahun 2013 lalu.

Bobby mengatakan, enam tahun lalu, ia mulai merintis video sinteron biasa, belum animasi. Lalu dua tahun setelahnya, ia baru masuk ke animasi. "Waktu itu, dunia animasi di Indonesia masih belum meledak seperti sekarang,” jelas Bobby yang juga belajar animasi secara otodidak.

Sebelum memutuskan terjun di dunia animasi, Bobby sempat menjadi aktor di beberapa sinetron dan menemukan bakat seninya lewat melukis. Keputusannya terjun menjadi animator karena ia beranggapan belum banyak orang yang berani terjun ke dunia animasi. “Sebenarnya animasi itu hobi saja, tapi ternyata saya suka dan keterusan sampai sekarang,” tuturnya.        

Aneka video animasi buatan Bobby kerap digunakan sebagai iklan maupun company profile. Sejumlah perusahaan swasta, BUMN bahkan Kementerian dan lembaga pemerintah lainnya pernah menjadi klien Bobby. Beberapa iklan seperti iklan Pizza Hut, U Mild, Jamu Buyung Upik, Garuda Indonesia, Pertamina, dan OJK pernah digarap oleh Bobby.  

Menurutnya, tantangan profesi ini muncul saat penyelarasan keinginan klien dan menggambarkannya sesuai kemampuan. "Proses awal, story board itu yang paling menantang untuk bisa tahu keinginan klien yang pas seperti apa,” jelasnya.    

Untuk ongkos pembuatan video animasi, Bobby membanderol tarif antara Rp 30 juta–Rp 100 juta per video. Ia mengklaim, tarifnya cukup miring lantaran kebanyakan jasa pembuatan animasi memasang tarif dalam hitungan menit, bukan per video.

Bobby bilang, banyak permintaan untuk membuat video animasi khusus properti. "Di Indonesia masih sangat sedikit yang bisa membuat animasi properti karena harus paham soal perspektif bangunan serta hitungannya,” terangnya.   

Pria kelahiran Jakarta ini menilai perkembangan dunia animasi di Indonesia berkembang sangat pesat. Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), ia menilai Indonesia memiliki SDM yang handal dan mampu bersaing di kancah internasional. Namun, kesiapan dan ketersediaan teknologi untuk mendukung pembuatan animasi masih memprihatinkan dan tertinggal jauh.

Lain cerita dengan Farah Qoonita yang memiliki ketertarikan kepada desain, grafis, dan motion ketika mengikuti kuliah Komunikasi Visual pada 2014. Sejak itu, Qonit panggilan perempuan ini kerap membantu rekannya dalam mendesain animasi dua dimensi (2D).

Semakin besarnya permintaan untuk mendesain, Qonita pun melihat hal ini sebagai suatu bisnis yang layak untuk dikembangkan. Pada 2015, kala itu Qonita yang masih mahasiswa mendirikan Kanan Studio bersama 3 teman lainnya Fakhrul Azharie, Dian Chairunisa, dan Ria Kartika.

"Waktu itu jadi lebih percaya diri untuk bangun studio profesional lantaran ada permintaan dari dosen untuk ilustrasi penelitian" kenang Qonita. Lantas, dia mengumpulkan teman yang menyukai  desain dan punya keresahan ingin mengembangkannya sebagai usaha.

Saat ini, Kanan Studio memberikan layanan jasa desain grafis dan animasi 2D. Adapun tarif yang dipatok oleh Kanan Studio untuk animasi 2D dari Rp 1 juta hingga Rp 4 juta. Perbedaannya pada durasi waktu dari 30 detik hingga 160 detik, jumlah karakter dari 50 hingga 200 kata, serta jumlah revisi.

Begitu pun dengan penambahan revisi akan dikenakan biaya tambahan Rp 100.000 hingga Rp 200.000 per hari. Penambahan per 10 karakter huruf atau angka akan dikenakan biaya tambahan Rp 200.000 hingga Rp 300.000.

Sedangkan untuk desain grafis Kana Studio menerima layanan brand identity, pamflet, infografis, wedding invitation, packaging, book layouting, ilustration, character. Adapun tarif yang ditetapkan mulai dari R0 150.000 hingga Rp 700.000.

Biasanya Kanan Studio dapat menyelesaikan 10 hingga 15 hari untuk satu proyek animasi. Proyek ini dikerjakan oleh satu orang. Sedangkan, untuk proyek desain grafis dibutuhkan 3 hingga 7 hari.

Saat ini, Kanan Studio dijalani oleh Qonit dan tiga pekerja lepas. Nah, setiap proyek yang diterima Kanan Studio dan dikerjakan oleh pekerja lepas, nilai proyek akan dibagikan kepada pekerjaan lepas dengan skema 10% untuk Kanan Studio dan 90% untuk pekerja lepas.

Qonit bilang sejak 2015 hingga 2017 Kanan Studio masih mencari model bisnis yang tepat.  "Kanan masih akan fokus pada desain grafis 2D sebab peluangnya per proyek bisa sampai lebih dari US $ 1.000 per proyek yang durasinya satu menit. Menurut saya pospek 2D ke depan masih bagus," jelasnya.

Adapun brand-brand yang sudah menggunakan jasa Kanan Studio adalah Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kempora), Danone, Dompet Dhuafa, Unpad Media, el zatta, Goola Media, dan Manis Hijub.

"Kanan Studio itu ciri khasnya adalah selalu menjaga nilai-nilai islam. Di MoU bila tidak sesuai maka akan ditolak. Pernah produknya tidak jelas kehalalannya jadinya tidak kita terima," kata Qonit.      

Modal menjadi kendala animator lokal

Tak dipungkiri pembuatan animasi membutuhkan waktu lama karena proses pembuatannya rumit. Pembuatan animasi juga tergolong mahal. Ini pula yang menjadi tantangan bagi para animator lokal dalam mengembangkan karyanya.  
Deswara Aulia Subarkah atau yang akrab disapa Adez Aulia, animator lokal sekaligus CEO G7 AR & VR berpendapat, agar animator lokal bisa bersaing dengan animator mancanegara, merela harus memiliki dukungan permodalan untuk produksi atau membangun intellectual property (IP), marketing dan penjualan.  
Bobby Muscar, pemilik Bobby Muscar Film Production menambahkan, dari segi teknologi animasi, Indonesia masih tertinggal. Dalam teknologi editing video animasi, dibutuhkan mesin khusus yang harganya mencapai ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Makanya, para animator lokal perlu dibekali dengan teknologi terkini agar proses produksi lebih efisien, baik dari segi waktu maupun finansial. “Kalau mesin rendering seadanya, begitu mati lampu, kami harus ulang proses rendering dari awal lagi. Itu juga take time,” ungkap Bobby.  
Proses rendering video membutuhkan waktu lama hingga setahun untuk film gabungan antara animasi dan manusia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×