Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri e-commerce diyakini punya peluang pertumbuhan bisnis yang besar. Celah bisnis ini pun disebut masih cukup luas untuk dieksplorasi oleh para pemainnya. Termasuk untuk masuk ke segmen e-commerce B to B.
Salah satu pemain yang memutuskan masuk ke segmen ini adalah e-commerce milik Telkom yakni BLANJA.com. E-commerce yang dikelola Telkom dan eBay ini mengumumkan adanya perubahan strategi bisnis yang dilakukan, sehingga terhitung mulai 1 September 2020 seluruh kegiatan pembelian di portal tersebut akan dihentikan.
Direktur Digital Business Telkom, Fajrin Rasyid menjelaskan sejalan dengan program transformasi perusahaan, terhitung 1 Oktober 2020 Telkom hanya akan fokus pada bisnis e-commerce di segmen korporasi dan UMKM melalui transaksi B2B.
Baca Juga: Punya penghasilan Rp 3 juta per bulan? Ini cara daftar Traveloka Paylayter Card
Melihat hal ini, pengamat telekomunikasi Doni Ismanto Darwin menyatakan bisnis e-commerce terutama di sektor C2C memang lumayan keras karena masyarakat masih menjadikan promosi berupa cashback, diskon, hingga subsidi ongkos pengiriman sebagai daya tarik berbelanja.
"Harus dipahami sebagai listed company dan BUMN, Telkom itu tetap orientasinya EBITDA dan Net Income positif dalam mengoperasikan bisnis. Sementara bisnis e-commerce ini yang diincar Gross Market Value (GMV) yang butuh dana besar sebagai bensinnya, tetapi EBITDA dan Net Income belum tentu positif. Melirik lucrative market seperti B2B yang lebih bisa dikelola supply chain tentu langkah rasional jika Telkom masih mau bermain di e-commerce," katanya.
Pengamat ekonomi digital Ignatius Untung menilai jika dilihat kategori di mana BLANJA.com bermain memang ramai dan ketat persaingannya.
Baca Juga: 10 Mobil bekas yang lebih murah dibandingkan harga motor Scoopy baru
"Totalnya ada 10 pemain lebih, di mana 5 di antaranya sudah cukup dominan dan butuh investasi besar untuk mengejarnya. Jadi dugaan saya Telkom berhitung dan mendapatkan hasilnya bahwa investasi di bidang itu Return On Investment (ROI) tidak sebaik ketika mereka masuk ke segmen Business to Business (B2B) yang lebih sedikit pemainnya," ulasnya.
Dengan kekuatan Telkom bersama anak perusahaan, ia menilai hubungan baik sesama BUMN dan akses ke pemerintah membuat bisnis B2B dan Business to Government (B2G) menjadi hitungan yang lebih masuk akal untuk operator tersebut.
Baca Juga: Strategi pelaku usaha tingkatkan penjualan kayu ke luar negeri
"Sebagai listed company itu hal yang wajar dilakukan Telkom karena ada pertanggungjawaban ke investor dari setiap aksi korporasinya. Saya lihat investor quite happy dengan aksi korporasi itu karena sehari setelah diumumkan saham Telkom sempat naik," timpal pendiri aplikasi trading saham Teman Trader Luke Syamlan.
Selanjutnya: Bukalapak mencatatkan kenaikan transaksi hingga 25% di semester pertama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News