kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Punya rasa manis, jamblang putih banyak dikonsumsi


Minggu, 05 Agustus 2018 / 14:05 WIB
Punya rasa manis, jamblang putih banyak dikonsumsi


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Apakah Anda pernah makan jamblang atau yang juga sering disebut duwet? Saat ini, buah dengan warna ungu kehitaman dengan ukuran mungil atau mirip dengan anggur ini memang susah ditemukan di pasar atau toko buah. Rasanya yang masam dan sedikit sepet membuatnya kurang disukai.   

Namun, boleh jadi Anda akan jatuh hati pada  duwet putih. Jenis duwet ini banyak diburu oleh penggemar tanaman lantaran rasanya yang manis. Duwet putih pun bisa jadi pilihan tanaman untuk mengisi halaman atau kebun di sisi rumah.

Apalagi, selain dimakan langsung, daging buah duwet putih bisa diolah menjadi minuman sari buah atau campuran jelly. Duwet putih juga punya banyak khasiat untuk kesehatan, seperti, mengontrol diabetes, mencegah kanker, menjaga kesehatan tulang dan gigi, serta dapat mencerahkan kulit karena mengandung vitamin C dan anti oksidan.

Sayang, Lensi Kumalasari, pemilik Jopa Green asal Yogyakarta bilang, masyarakat masih belum familiar dengan duwet putih. Dalam sebulan, Lensi pun hanya bisa menjual lima bibit duwet putih. Ia menjualnya  dengan harga Rp 50.000 per bibit. Bibit yang Lensi jual biasanya berumur sekitar enam bulan.

Selain di gerainya, Lensi juga menawarkan bibit duwet putih ini di media sosial. Alhasil, konsumennya pun datang dari berbagai kota, seperti Salatiga, Purbalingga hingga Jakarta.

Tidak ada perlakuan khusus untuk pengiriman tanaman ke luar kota. Bibit duwet putih dikemas menggunakan kardus berbentuk balok tanpa menggunakan polybag. Sehingga, akar hanya ditutupi tanah yang menempel. "Saat tanaman baru sampai baiknya jangan langsung diletakkan dibawah sinar matahari. Tunggu empat sampai lima hari baru mulai diberikan sinar matahari secara perlahan," katanya.

Rodhia Muhajidin, pemilik Ahya Garden asal Kediri, Jawa Timur mengatakan duwet putih kini mulai dikenal oleh masyarakat. Namun, pembeli biasa menanamnya sebagai tanaman tabulampot.

Rata-rata dalam sebulan, Rodhia bisa menjual sekitar 30 bibit dengan ukuran beragam. Harganya dipatok sesuai umurnya. Tanaman berumur empat sampai lima bulan dibanderol sekitar Rp 30.000 sampai Rp 35.000 per pohon. Sedangkan, untuk tanaman yang sudah berbunga atau berbuah, harganya Rp 200.000 sampai Rp 400.000 per pohon.  

Sama seperti Lensi, penjualan Rodhia juga sudah mencapai luar Kediri. Mulai dari Situbondo hingga kota-kota di Sumatra dan  Kalimantan. Khusus pengiriman luar pulau, tanaman dikemas dengan plastik wrap sehingga lebih rapi dan aman dalam pengiriman.

Untuk tanaman yang sudah berbunga atau berbuah, Rhodia akan mengirim dengan pot atau polybag-nya. Sementara, untuk pengiriman jarak jauh, dia hanya melayani pembelian dalam jumlah besar. "Sebab, pengiriman untuk tanaman yang sudah tinggi, biayanya cukup mahal," jelas Rhodia.       

Jamblang putih rentan terserang hama kutu putih

Seperti pohon jamblang atau duwet dengan buah berwarna ungu kehitaman, pohon jamblang putih tak butuh perhatian khusus dalam perawatannya. Hanya, yang wajib diwaspadai adalah serangan kutu putih saat masuk musim pancaroba.

Lensi Kumalasari, pemilik Jopa Green asal Yogyakarta menjelaskan, hama dapat dibasmi menggunakan semprotan obat kimia dan ramuan organik yang terdiri dari campuran bawang putih dengan sabun.

Saat tanaman mulai  dewasa, baiknya ditempatkan pada lokasi yang terterpa sinar matahari langsung. Tanaman ini akan mulai keluar bakal buah saat berumur enam bulan. Dua bulan berikutnya, buah siap dipanen.

Pengembangbiakkan duwet putih banyak menggunakan sambung pucuk. "Batang bawah memakai duwet hitam, sementara batang atas diambil dari  indukan duwet putih berkualitas baik," jelas Lensi.  

Untuk tanaman yang baru disambung sebaiknya ditutup plastik dan ditempatkan pada tempat teduh. Setelah dua minggu, tanaman baru bisa mendapat sinar matahari secara perlahan. Selain itu, jangan disiram terlalu basah, karena akar dan batang bisa rusak dan berjamur.

Media tanamnya adalah campuran sekam, tanah dan pupuk kandang (kotoran kambing) dengan perbandingan 1:1:1. Duwet putih tidak terlalu suka air, sehingga penyiramannya cukup dua hari sekali. Sedangkan, pemupukan cukup seminggu sekali dengan pupuk organik.  

Berbeda dengan Lensi, Rodhia Mujahidin, pemilik Ahya Garden asal Kediri, Jawa Timur, mengembangbiakkan duwet putih dengan okulasi atau tempel mata.

Batang bawah digunakan duwet lokal atau jambu air yang batangnya sudah sebesar rokok, kemudian ditempel mata tunas duwet putih. Tanaman baru ini harus mendapat sinar matahari penuh dan disiram tiap hari.

"Dibandingkan tanaman lainnya masa keluar tunas baru lebih lama sekitar 25 sampai 45 hari," katanya pada KONTAN.

Untuk media tanamnya, laki-laki yang lebih akrab disapa Odhie ini menggunakan campuran sekam, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:2:1. Banyaknya sekam ini berfungsi untuk menyerap air lebih banyak.  

Tanaman dewasa cukup disiram dua hari sekali, saat musim penghujan baiknya daun  rutin disiram agar tidak rusak akibat jamur dan kotoran. Saat hama putih muncul, dapat dihilangkan menggunakan obat kimia atau obat organik dari rendaman tembakau. Laki-laki berusia 25 tahun ini bilang, semprotan obat organik harus dilakukan beberapa kali agar kutu putih tidak lagi kembali dan benar-benar mati.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×