kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Punya rumah unik, kelomang punya banyak penggemar


Sabtu, 29 September 2018 / 07:30 WIB
Punya rumah unik, kelomang punya banyak penggemar


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Membawa rumahnya ke mana pun, membuat kelomang darat alias umang-umang nampak berbeda dari hewan lainnya. Bentuk rumah yang unik dengan warna-warni yang khas membuatnya nampak menarik dan menggemaskan.

Bagi sebagian orang, kelomang sering dijadikan obyek permainan adu lari. Sederhana tapi mengasyikkan, karena sebagian kelomang suka malu-malu, bersembunyi di balik rumahnya tak bergerak samasekali.

Namun, belakangan, hewan yang tidak memiliki tulang belakang ini kembali populer. Tidak hanya di kalangan anak-anak tapi juga orang dewasa sampai manula.

Stefanus Sugianto, penggemar kelomang asal Surabaya, Jawa Timur mengaku, kini banyak orang mulai menyukai hewan ini. Penampilannya yang fashionable cukup menarik perhatian. "Mereka (Kelomang) sukanya pakai baju bagus, ganti-ganti sesuka hatinya," katanya pada KONTAN.

Selain sebagai penggemar, laki-laki yang lebih akrab disapa Stef ini juga mengadopsikan umang-umang miliknya. Biasanya, dia akan mengenakan biaya ganti perawatan kepada para pengasuh baru.

Tarifnya mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 100.000 per ekor. Pelanggannya pun tidak hanya dari dalam kota pahlawan tapi juga daerah lainnya seperti Medan, Bali, dan lainnya.

Memastikan hewan-hewannya tidak mati dan lemas selama perjalanan, dia menggunakan cara pengemasan khusus dan menjamin makanan dan minuman selalu tersedia.

Pemain lainnya adalah Tony Wicaksono asal Surabaya, Jawa Timur. Dia mengakui masyarakat mulai menyukai umang-umang dan menjadikan hewan peliharaan sejak tiga tahun lalu.

Para adopternya pun berasal dari Sabang sampai Marauke. "Biasanya sebelum mengambil umang dari saya, mereka (adopter) konsultasi dulu dan saat sudah berpindah tangan mereka tetap masih suka tanya-tanya masalah perawatan dan lainnya," katanya.

Umang-Umang miliknya dilepas dengan harga terjangkau mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 250.000 tergantung jenis, ukuran, dan umur. Saat ini dia memiliki ratusan umang yang siap diadopsi. Sayangnya, dia enggan menyebutkan jumlah umang-umang yang sudah dialihkan kepada para pemilik baru.  

Sekedar info, Tony mulai mengadopsikan koleksinya sekitar tiga tahun lalu. Dia pun mengkoleksi sekitar 20 ekor umang-umang yang di pelihara dalam tiga crabitat (akuarium).

Keduanya aktif dalam ajang pemeran hewan peliharaan dan lainnya. Melalui acara tersebut mereka ingin mengenalkan kelomang kepada khalayak luas secara lebih dekat.       

Umang-umang butuh kandang bersih dan pakan alami

Umang-umang tergolong hewan yang sangat peka dengan lingkungan. Alhasil, dalam pemeliharaannya membutuhkan perhatian khusus supaya hidupnya berlangsung lama.

Stefanus Sugianto, penggemar kelomang asal Surabaya, Jawa Timur menjelaskan, hewan tak bertulang belakang ini umumnya hidup di daerah tropis. Sehingga, udara harus dijaga dalam suhu 28-32 derajat Celcius.

Crabitat (akuarium) pun harus dalam kondisi lembab. Caranya dengan memberi alas pasir pantai dengan bebatuan dan tambahan aksesoris lainnya.

Untuk minum, sebaiknya diberi air minum kemasan dan air pantai secara bergantian. "Air minumnya  harus terus terisi supaya umang-umang tak dehidrasi," kata Stefanus.  

Sedangkan, pilihan pakannya bisa berbagai sayuran, roti dan lainnya. Namun, yang harus diperhatikan, umang peka dengan bahan kimia. Mereka tak mau makan pakan yang mengandung pengawet atau lainnya.  
Sama dengan hewan lainnya, untuk menghindari tumbuhnya bakteri dan virus, usahakan kandang umang-umang selalu bersih. Saat pasir mulai terlihat kotor, dapat diganti dengan pasir pantai baru atau dicuci.

Laki-laki yang lebih akrab disapa Stef ini menambahkan bila akuarium tidak boleh dicuci menggunakan sabun. Karena, sisa sabun yang menempel akan membuat umang-umang menjadi lemas dan berujung mati. Bila perawatan dilakukan dengan baik, umur umang bisa mencapai 35 tahun. Bahkan, 150 tahun.

Soal rumah baru bagi umang-umang, bisa diberikan kapan saja. Sebab, menurut Tony Wicaksono, penggemar umang-umang asal Surabaya, umang akan berpindah cangkang sewaktu-waktu saat merasa ada yang cocok dan nyaman ditempati.

Para pemilik umang wajib mengganti makanan secara rutin. Jangan sampai ada yang busuk dan mengundang lalat buah. "Bahayanya saat lalat menempelkan larvanya di perut umang, ini akan menjadi parasit," katanya.

Selain itu, akuarium harus diletakkan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan tikus. Karena, umang bisa dijadikan santapan oleh hewan pengerat ini.

Menurutnya, umang dapat dikawinkan saat berumur lima tahun. Caranya pun cukup mudah, tinggal satukan jantan dan betina dalam tempat yang sama.

Setelah pembuahan terjadi, betina pun mulai bertelur. Telur-telur pun harus dijaga dalam suhu yang pas agar bisa menetas dan tidak rusak.

Setelah menetas, anakan akan berupa plankton dan berubah menjadi kecebong. "Ini masa yang sulit karena kalau tidak pas diberikan makan dan lainnya, anakan akan mati satu demi satu," katanya.

Asal tahu saja, sampai dengan hari ini Tony masih berusaha untuk mengembangbiakkan umang-umang miliknya. Percobaan penetasan telur pun selalu terhenti di tahap kecebong. Sebab, tantangannya, anakan malah dimakan oleh plankton lainnya. Sekedar info, telur umang-umang berukuran seujung jarum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×