kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pusat monza impor masyarakat Medan (1)


Selasa, 13 Agustus 2013 / 12:57 WIB


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

Kata monza sangat akrab di telinga masyarakat Medan, Sumatera Utara. Padahal, monza sejatinya merupakan singkatan Mongonsidi Plaza. Ini sebuah tempat di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Namun, Monza kemudian menjadi sebutan untuk pakaian bekas impor di daerah tersebut. Konon, plaza ini menjadi pelopor penjualan pakaian seken impor.

Meski tempat tersebut sudah lama tutup, namun  penjualan monza masih berkembang di Medan. Salah satunya di Pasar Sambu. Orang juga menyebut pasar ini Pajak Sambu, karena dalam bahasa lokal, pajak berarti pasar. Pasar ini terletak di Jalan Sutomo, pusat kota Medan, bersebelahan dengan Medan Mall. Pasar Sambu berjarak sekitar 10 kilometer dari kantor Gubernur Sumut.

Begitu menginjakkan kaki di Pasar Sambu, pengunjung akan disambut puluhan kios yang berderet rapi. Ketika KONTAN menyambangi sentra ini pada akhir Juli lalu, para pedagang terlihat sibuk di kiosnya. Kebanyakan mereka sibuk memilah-milah dan melipat satu per satu pakaian.

Pakaian yang sudah dilipat dikumpulkan dalam beberapa tumpukan. Selain bertujuan membedakan jenis pakaian, tumpukan juga jadi pembeda harga. Meskipun bukan satu-satunya pusat penjualan pakaian bekas impor, Pasar Sambu termasuk pusat pakaian bekas yang sudah lama ada, sejak puluhan tahun lalu.

Salah seorang pedagang pakaian bekas, Chandra (31) bercerita, Pasar Sambu sudah jadi sentra pakaian seken impor sejak 1990-an. Ia sendiri baru berjualan  sejak 1995. Kala itu, menurut Chandra, hanya ada kurang dari 10 pedagang. Kini, sudah ada lebih dari 50 pedagang pakaian seken impor di Pasar Sambu.

Pedagang lain, Rinda Silaen (48) menambahkan, para pedagang makin banyak bermunculan sejak 1998. Maklum, pamor Pasar Sambu sebagai sentra penjualan pakaian bekas semakin  meningkat. “Malahan, lebih ramai penjual pakaian bekas dibandingkan pakaian baru di pasar ini,” tuturnya.

Awalnya, Rinda menjual baju dan celana bekas. Namun, karena banyak diminati, saat ini ia juga menjual sapu tangan bekas asal Korea Selatan dan Jepang. Satu lembar sapu tangan dijual berkisar Rp 1.000 - Rp 5.000. “Dalam sehari bisa dapat Rp 1 juta,” kata perempuan yang sudah 15 tahun jualan di Pasar Sambu.

Sementara, Chandra sejak awal berjualan pakaian dalam seken untuk laki-laki dan perempuan. Harganya bervariasi, mulai Rp 10.000 - Rp 35.000 per potong. Dalam sehari, ia mengaku bisa melayani 50 pembeli. Tak heran, ia bisa meraup omzet Rp 2 juta - Rp 5 juta sehari.

Ada pula pedagang yang khusus menjual celana jins bekas. Salah satunya, Martua. Ia membanderol satu potong celana berkisar Rp 15.000 - Rp 50.000. Dalam sehari, pria 28 tahun ini bisa menjual 20 - 50 potong jins. Makanya, ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 500.000 per hari.

Dari berjualan seken inilah, mereka mendulang omzet besar, meski bisnis ini sejatinya dilarang. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×