kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.411   -24,00   -0,15%
  • IDX 7.180   38,59   0,54%
  • KOMPAS100 1.044   3,57   0,34%
  • LQ45 813   1,81   0,22%
  • ISSI 226   0,56   0,25%
  • IDX30 425   0,99   0,23%
  • IDXHIDIV20 510   -0,30   -0,06%
  • IDX80 117   0,11   0,09%
  • IDXV30 121   -0,36   -0,29%
  • IDXQ30 140   0,20   0,14%

Pusat perbelanjaan dongkrak penjualan sepatu (3)


Senin, 11 Januari 2016 / 14:08 WIB
Pusat perbelanjaan dongkrak penjualan sepatu (3)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Sentra alas kaki di Kelurahan Tambak Osowilangun, Kecamatan Benowo, Surabaya selalu ramai pembeli. Menjamurnya pusat perbelanjaan turut mendorong penjualan sepatu dari daerah ini. Pemasaran umumnya lewat distibutor atau pengepul.

Sentra industri alas kaki di Kelurahan Tambak Osowilangun, Kecamatan Benowo, Surabaya, Jawa Timur tak pernah sepi pembeli. Selain penjualan di tempat, produk sepatu dari daerah ini juga sudah merambah pasar tradisional dan pusat perbelanjaan di Surabaya.

Tingginya permintaan membuat sentra ini banyak menyerap tenaga kerja. Ridwan Rochim, salah seorang perajin sepatu di Tambak Osowilangun, mengatakan, dulu di daerah Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur pernah ada pabrik sepatu Kasogi

Tapi sekitar tahun 2004 pabrik tersebut tutup. Akhirnya banyak tenaga penjahit dari pabrik tersebut membantu para perajin sepatu di Tambak Osowilangun. Bahkan, beberapa dari mereka ada juga yang membuka usaha sejenis di Tambak Osowilangun.

Bergabungnya bekas pekerja pabrik itu turut membantu berkembangnya sentra industri alas kaki di daerah ini. Ditambah banyak pusat perbelanjaan baru di Surabaya.

Menjamurnya pusat perbelanjaan ini mendorong banyak pedagang pengumpul (pengepul) membeli sepatu dalam jumlah lebih banyak dari sebelumnya. "Di Surabaya saja sekarang ada 15 mal, belum lagi pasar-pasar tradisional. Itu setiap dua minggu sekali kami selalu pasok ke sana. Belum lagi ke Madura, Malang, Banyuwangi, dan kota-kota lain di Jawa Timur," kata Ridwan bersemangat.

Soal model, biasanya pengepul punya desain sendiri. Jadi, mereka ini sudah memesan sepatu dengan model tertentu. Nah, para perajin dilarang menyebarluaskan model sepatu yang sedang mereka garap kepada siapa pun.

Namun demikian, model sepatu itu akhirnya akan diketahui juga oleh para perajin lainnya. "Lagipula sulit sekali di Tambak Osowilangun merahasiakan model sepatu karena semua pengusaha sudah seperti keluarga," ujarnya.

Menurut Ridwan, keberadaan para pengepul ini cukup membantu. Saat dirinya sedang kesusahan modal, biasanya pengepul bersedia memberikan pinjaman uang. "Tapi tidak semua pengepul mau seperti itu, paling hanya 50%-nya saja," ucapnya.

Namun kendalanya, pengepul selalu menginginkan orderan sepatu dikerjakan cepat. Bahkan, terkadang mereka meminta ratusan pasang sepatu selesai dalam beberapa hari.

Ridwan berharap, ke depannya bisa memasarkan langsung ke toko-toko baik di pasar tradisional maupun pusta perbelanjaan. Jadi tanpa melalui pengepul agar harganya bisa jauh lebih tinggi. Selama ini, Ridwan masih sibuk dengan urusan produksi sehingga tidak sempat mengurusi pemasaran. Selain ke toko, Ridwan juga berharap bisa memasarkan produk sepatunya ke kampus-kampus yang memang ditujukan untuk kalangan mahasiswa.

Andi Sadeli, perajin lainnya lebih mengeluhkan lonjakan harga bahan baku. Menurutnya, harga bahan baku sulit diprediksi. Kadang secara tiba-tiba harga bahan baku mengalami kenaikan, sehingga mengerek biaya produksi. Sementara mereka tak bisa sembarang menaikkan harga jual produk.     

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×