kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pusat wayang golek Loji jadi destinasi wisata di Bogor (1)


Minggu, 18 Februari 2018 / 10:15 WIB
Pusat wayang golek Loji jadi destinasi wisata di Bogor (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bogor memang identik dengan kebun raya dengan beragam jenis pepohonan, tanaman dan bunga,  dan tanaman, baik yang langka maupun yang masih sering dijumpai di sekitar kita. Lantaran kekayaan flora ini, kebun raya sering menjadi destinasi para pelancong. Apalagi, suasana yang teduh membuat nyaman berlama-lama di sana.

Namun, Bogor tak hanya Kebun Raya. Anda bisa mendapati sentra produksi wayang golek yang berada di Kelurahan Loji, Bogor Barat. Wayang golek merupakan salah satu kesenian tradisional khas Jawa Barat, berupa boneka kayu yang dibalut dengan busana daerah.

Meski lokasi sentra cukup sulit dijangkau, banyak wisatawan asing yang menyambanginya. Maklum, lokasi sentra ini tercantum dalam buku panduan perjalanan wisata di Jerman dan Belanda.

Sentra ini terletak di pemukiman yang padat. Oleh karena itu, saat ke sana, ada baiknya Anda tak menggunakan kendaraan pribadi. Lokasi sentra sering disebut sebagai Panca Galih, tak jauh dari Jalan Gunung Batu. Jangan sungkan untuk bertanya pada warga sekitar, untuk mengetahui lokasi yang tepat.  

Aktivitas di pusat workshop tidak terlalu ramai. Yang terlihat hanya ada tiga perajin yang sedang sibuk dengan wayangnya masing-masing. Ada yang unik, salah satu perajin muda menggunakan ikat kepala khas Sunda saat proses pengecatan wayang.  

Berdasarkan penelusuran KONTAN, Kelurahan Loji menjadi pusat produksi wayang golek sejak tahun 2000. Pioner para perajin wayang ini adalah Entang Sutisna. Sampai sekarang ada sekitar 15 orang perajin wayang yang ada disana.

Kebanyakan para perajin didominasi laki-laki dengan usia lebih dari 30 tahun. Saat musim kunjungan turis yang biasanya terjadi pada  bulan Juni hingga September, mereka akan berkumpul di workshop untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi, saat kunjungan turis sepi, para perajin memilih mengerjakan pekerjaannya dirumah masing-masing.

Enday Media, salah satu perajin sekaligus anak dari Entang Sutisna mengatakan bila sentra ini menjadi tempat favorit para wisatawan mancanegara asal Jerman, Belanda, Australia, Amerika, dan negara lainnya. "Saat banyak kunjungan, bisa sampai 50 orang yang berkunjung ke sini. Tidak hanya melihat proses mereka pun juga membeli wayang untuk dijadikan oleh-oleh," katanya pada KONTAN, Jumat (19/1).

Dia membanderol wayangnya dengan dua versi harga. Pertama, untuk pembeli turis asing dipatok US$ 50-US$ 70 untuk satu wayang berukuran 65cm. Kedua, untuk pasar dalam negeri hanya Rp 300.000 per unit untuk ukuran yang sama.

Asal tahu saja, Enday sudah mulai membuat wayang ini sejak masih remaja. Dia pun belajar secara otodidak dengan melihat dan mengamati sang ayah ketika mengukir wayang.

Perajin lainnya adalah Endih Sugandi yang sudah menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2008 lalu. Dia juga belajar secara otodidak. Namun, berbeda dengan lainnya, Endih memilih tak mengukir kayu. Ia memilih untuk menekuni ketrampilan mewarnai wayang.               

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×