kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Putuskan Resign Sebagai Pekerja Kantoran, Ramon Chandra Sukses Rintis Usaha Djamur Qu


Senin, 21 Maret 2022 / 20:10 WIB
Putuskan Resign Sebagai Pekerja Kantoran, Ramon Chandra Sukses Rintis Usaha Djamur Qu
ILUSTRASI. Ramon Chandra Perdana


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Jatuh bangun membangun usaha pernah dirasakan Ramon Chandra (31) Pemilik Usaha Djamur Qu. Pria lulusan Teknik Kimia Universitas Negeri Yogyakarta ini adalah mantan pegawai Bank BRI yang memutuskan untuk menekuni bisnis Djamur QU.

Ramon bercerita, awalnya coba-coba menjadi petani jamur tiram secara otodidak ketika masih kuliah di Jogyakarta tahun 2012. Setelah panen, Ramon menjual jamur yang masih mentah itu ke pasar terdekat dengan kampusnya.

Menjual jamur mentah rupanya tak menghasilkan untung yang lumayan sehingga Ramon berhenti untuk memasok ke pasar, ia kemudian mengubah produk jamur mentah menjadi krispi jamur. Tak berselang lama, pada tahun 2013 Ramon ikut berjualan di bazar dekat kampusnya. "Saya sewa lapak Rp 5.000 per hari. Saya jual kripik jamur saat itu, sambutannya sangat baik," kata dia, ke Kontan.co.id, Senin (21/3).

Produk jamur yang dijual Ramon memang cukup unik saat itu. Ia membuat varian krispi jamur dengan rasa barbeque dan balado. Tak disangka, pembeli di lapaknya setiap hari semakin banyak sehingga dirinya bisa memproduksi krispi jamur sebanyak 3 kilogram.

Setelah bazar usai, Ramon kemudia berpikir untuk terus mengembangkan produknya agar bisa bertahan lama dengan kemasan yang baik. Dia pun mencari cara agar krispi jamur bisa bertahan berbulan-bulan.

Berbekal informasi dari teman satu kosa, Ramon kemudian mendapat pinjaman mesin spinner. "Setelah saya gunakan, benar memang krispi jamur saya tahan sampai 6 bulan," ucap dia.

Setelah mengemas krispi jamur seadanya, Ramon mulai memasarkan produknya ke beberapa warung klontong di daerah Jogyakarta. Setiap dua pekan sekali dia drop produk krispi jamur. " Omzet saya waktu itu Rp 3 juta per bulan, lumayan di tahun segitu. Dari uang itu sangat membantu saya saat menyewa labolatorium dan alat saat saya skripsi tahun 2013," kata dia.

Ramon mengatakan, dari usaha krispi jamur itu kemudian dirinya bisa membiayai tugas akhirnya dan menyelesaikan kuliah pada awal 2014. Setelah lulus, orang tua Ramon ingin dia bekerja dan tidak meneruskan usahanya itu. "Saya akhirnya memenuhi keinginan orang tua saya, saya merantau ke Jakarta dan bekerja di Bank BRI," terang dia.

Selama bekerja di Bank BRI, Ramon banyak mendapatkan relasi di pasar Tanah Abang, waktu itu Ramon kenal dengan pemilik ruko di Tanah Abang yang kemudian menawarkan dirinya untuk berusaha di sana dengan biaya sewa Rp 3 juta per bulan atau lebih rendah dari penyewa lainnya.

"Waktu itu saya langsung jualan ayam geprek tahun 2015, omzetnya Rp 9 juta per bulan," kata Ramon.

Tetapi usaha Ramon tak berlansung lama, hanya satu tahun ruko yang dia sewa ditutup oleh pemiliknya karena ada beberapa kasus keributan antar pedagang.

Tak ingin berhenti berbisnis, Ramon membuka ayam geprek di Ruko Pondok Rangon, Cipayung tahun 2017. "Alhamdulillah ramai, begitu ramai pemilik ruko tidak mau diperpanjang. Kalau mau lanjut harga sewa dinaikan menjadi Rp 20 juta per tahun," ujar dia.

Dengan uang sewa yang naik itum, Ramon merasa sangat berat karena juga harus membayar dua karyawannya, akhirnya dia tak melanjutkan usahanya di sana. Padahal saat itu usahanya sedang berkembang dengan membuat dua cabang.

Tak ingin menyerah begitu saja, Ramon kemudian menghidupkan lagi usaha krispi jamur. Dia kemudian melakukan suvei produk jamur kecil-kecilan di Jabodetabek. Hasilnya, produk yang dibuat berbeda dengan yang ada di pasaran. Maka, dia memberanikan diri membuka usahanya dengan menyewa Ruko di Depok.

Untuk mendapatkan bahan baku, Ramon setiap pulang bekerja selalu datang ke Pasar Keramat Jati. Ia kemudian mencari pengepul jamur di sana untuk bisa dibeli. "Saya kalau ke Pasar Keramat Jati jam 10 malam, di sana baru turun jamur dari Bogor dan Cianjur," terang dia.

Meski sudah kenal dengan pengepul, Ramon tidak lantas bisa membeli jamur dalam jumlah besar. Dia hanya mendapatkan bagian 20 kilogram jamur tiram mentah. "Saya produksi hanya Jumat-Sabtu-Minggu, sebab kalau hari biasa saya kerja," kata dia.

Setelah berjalan bisnis jamur pada tahun 2019, Ramon berpikir untuk mendapatkan lebih banyak bahan baku dengan bekerjasama ke saudaranya di Tuban. Kebetulan Tuban merupakan salah satu penghasil jamur tiram. Disana banyak petani budidaya jamur. "Saya sewa rumah di sana untuk dijadikan pusat produksi," ujar Ramon.

Ia mengatakan, produksi dari Tuban bisa 50 kilogram per hari dengan produk jadi jamur krispi yang kemudian diubah branding-nya menjadi Djamur Qu hanya sekitar 25 kilogram. jamur yang sudah diproduksi dan digoreng itu kemudian dikirim ke Jakarta untuk dikemas. "Saya kirim pakai Kereta Api Logistik, itu biayanya murah setiap 10 km Rp 50.000," uja dia.

Ia mengatakan, usaha Djamur Qu mulai dikenal memang dari berbagai saluran, dari relasinya di Bank BRI sampai dengan pameran yang diikuti semasa menjadi binaan di Rumah BUMN BRI. "Saya sering ikut pameran dari Rumah BUMN BRI, dari sana banyak dapat nomor kontak relasi saya," ujar dia.

Setelah usahanya sudah mulai mapan, Ramon memutuskan untuk keluar dari Bank BRI pada akhir 2020. "Saya ingin fokus berusaha," kata dia.

Setelah dia keluar dari Bank BRI. Hubungan BRI dengan dirinya tak lepas lantaran Rumah BUMN BRI sudah banyak membantu dalam mengembangkan bisnisnya. Saat ini, Ramon juga sudah mengirim produknya ke Singapura, Malaysia, dan beberapa negara yang ada TKI. "Omzet saya sekarang Rp 11 juta per bulan," ungkap dia.

Ramon menjelaskan, saat ini yang cukup memberatkan usahanya adalah harga minyak goreng yang mahal. Dalam satu pekan Ramon bisa menghabiskan 50 liter minyak goreng. Maklum, produknya tidak memakai minyak goreng curah. "Saya pakai minyak goreng kemasan, harganya sudah mahal sekarang," kata dia.

Dia mengatakan, harga Djamur Qu belum ada kenaikan. Namun, jika harga terus bertahan tinggi ada kemungkinan harga Djamur Qu akan naik. Saat ini Ramon juga melayani maklon, ada beberapa pelanggannya meminta produk jamurnya dengan syarat memakai brandingnya. "Produk Djamur Qu sudah ada di e-commerce juga," kata dia.

Ia menjelaskan, pengembangan usaha Djamur Qu kini difokuskan di luar Jawa, hal ini lantaran produk jamur belum banyak di sana. "Saya sudah punya 25 reseller, ada juga distributor dan agen," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×