kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rajin inovasi sejak jadi desa unggulan (2)


Rabu, 23 Oktober 2013 / 11:52 WIB
Rajin inovasi sejak jadi desa unggulan (2)
ILUSTRASI. Manfaat Daun Suji


Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

SURABAYA. Meski sentra produksi kerupuk di Kelurahan Gunung Anyar, Surabaya sudah muncul sejak 1980-an, namun perkembangannya cenderung lambat. Maklum, proses pengerjaannya masih secara tradisional, skala rumahan. Selain itu, perajin belum menggunakan manajemen usaha untuk mengembangkan usaha.

Pemilik usaha kerupuk Pamurbaya, Nur Izul Inayah mengaku, baru sekitar tujuh tahun terakhir, usahanya bisa berkembang lebih pesat.  "Sebelumnya, kami hanya produksi  dan menunggu pembeli datang," ujar perempuan yang akrab disapa Inayah ini.

Ia bercerita, perkembangan dimulai sejak Dinas Perdagangan Pemkot Surabaya menjadikan wilayah itu sebagai kampung unggulan. Sebagai kampung unggulan, para perajin kerap difasilitasi untuk ikut pelatihan dan pameran. Dari sinilah, Inayah bisa meluncurkan inovasi yang berdampak besar.

Kala itu, sekitar 2005, Inayah ikut pameran pembuatan kerupuk di Jakarta. Di sanalah ia mendapat inspirasi membuat dua jenis kualitas kerupuk ikan dan udang. "Ketika ada pengunjung yang mencicipi kerupuk, saya diprotes, katanya: kok kerupuk ikan tidak ada rasa ikannya?" kenang Inayah.

Memang, waktu itu, komposisi ikan dalam kerupuk buatan Inayah tidak banyak. Alasannya, supaya harga jual kerupuk bisa terjangkau konsumen. Ia pun disarankan untuk membuat produk dengan kualitas berbeda, yaitu dengan porsi ikan lebih banyak.

Setelah kembali dari jakarta, ia mulai memproduksi dua kualitas kerupuk. Kualitas spesial dengan kandungan ikan lebih banyak untuk menyasar kelas menengah ke atas. Sejak itu, perajin lain mengikuti inovasi yang dibuat Inayah.

Pemilik usaha kerupuk Jaya Abadi, Nur Muniroh bilang, meski sudah menjadi usaha turun temurun, namun warga belum mengembangkan usaha dengan serius. Bahkan, setelah dibentuk kampung unggulan dan pelatihan, baru ada delapan perajin yang mau ikut dalam kelompok pelatihan, termasuk ia dan Inayah. "Perajin lain enggan ikut pelatihan. Mereka mau usahanya maju, tapi hanya duduk manis di rumah," kata Muniroh.

Jika Inayah bisa menghasilkan inovasi dua kualitas kerupuk, maka Muniroh punya cerita lain. Berkat kampung unggulan dan pelatihan yang digelar, ia kini memiliki bentuk kemasan kerupuk yang menarik. "Dengan kemasan yang bagus, saya lebih percaya diri ikut bazar dan pameran untuk memasarkan produk. Dari acara-acara ini saya agak terbantu," ujar Muniroh.

Inayah mengamininya. Ia bilang, lewat pameran, ia juga bisa lebih tahu keinginan konsumen. "Bahkan, setiap yang diinginkan pembeli, kita harus mencoba, siapa tahu nanti bisa menguntungkan kita," ucapnya.

Baru-baru ini, ia mencoba inovasi dengan membuat keripik dari kulit ikan. Ia pun sedang mencoba membuat kerupuk ikan, udang, dan kerang rasa pedas manis.  (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×