kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Raksasa hotel bujet asal negeri Gangga


Kamis, 01 Maret 2018 / 08:00 WIB
Raksasa hotel bujet asal negeri Gangga


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Mega pendanaan kembali ke India pada 2017 lalu, setelah jeda di 2016. Tapi, kali ini investor raksasa datang dari Timur.

Salah satunya, SoftBank. Masayoshi Son, Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) SoftBank, bilang, India adalah “sebuah lahan” yang memiliki banyak kesempatan.

“Kami ingin mendukung perusahaan inovatif yang merupakan pemenang yang jelas di India. Sebab, mereka punya posisi terbaik untuk memanfaatkan teknologi dan membantu orang menjalani kehidupan yang lebih baik,” katanya.

Tahun lalu, SoftBank mengalirkan total miliaran dollar Amerika Serikat ke sejumlah perusahaan rintisan alias startup di India. Salah satunya, OYO.

Pada September 2017 lalu, raksasa teknologi asal Jepang itu memimpin konsorsium pendanaan untuk startup jaringan hotel bujet tersebut sebesar US$ 250 juta.

Tech in Asia mencatat, suntikan uang itu menempatkan OYO sebagai start-up penerima pendanaan terbesar keempat di India sepanjang 2017, setelah Flipkart, Ola, dan PayTm. Sejak berdiri 2013 lalu, OYO yang merupakan singkatan dari On Your Own sudah mengantongi pendanaan hingga putaran keempat atau Seri D mencapai US$ 450 juta.

Meski start-up yang berkibar lewat merek OYO Rooms ini masih merugi, SoftBank tetap mengucurkan pendanaan untuk ketiga kalinya ke OYO. Kerugian OYO membengkak jadi US$ 77,5 juta setelah meluncurkan brand baru: Townhouse. Jaringan hotel yang membidik pelancong milenial ini masih menjadi “pembakar uang” buat OYO.

Ritesh Agarwal, Founder dan CEO OYO, mengawali bisnisnya dengan satu hotel dengan 11 kamar di Kota Gurgaon empat tahun lalu. Cuma sejatinya, ia memulai usaha itu dengan mengumpulkan hotel bujet dan memasukkannya dalam sebuah situs bernama Oravel Stays pada 2012.

“Saya lalu bisa melihat, mengapa pelancong tidak mempercayai ulasan dan daftar yang ada di situs untuk memesan hotel di bagian lain di negara ini,” kata Ritesh yang membangun OYO lantaran terinspirasi bisnis Airbnb.

Masalahnya, Ritesh mengungkapkan, ada pada standardisasi layanan, fasilitas, dan pengalaman di dalam kamar hotel. Pelancong India dengan anggaran pas-pasan kerap mendapatkan penginapan dengan toilet kotor, keran rusak, seprai tidak bersih, dan tak ada pendingin udara.

Ritesh yang ketika itu berusia 19 tahun akhirnya mendirikan OYO yang bermitra dengan hotel bujet. Start-up ini mengubah wajah hotel bujet di negeri Gangga yang selama ini hanya menjadi mimpi bagi para backpacker India.

Alhasil, kini OYO menjelma jadi jaringan hotel terbesar di India yang tersebar di lebih 230 kota, dengan 8.500 hotel. Start-up yang juga menyediakan kamar hotel premium ini telah melebarkan sayap bisnisnya ke Malaysia akhir 2016 dan Nepal di 2017 lalu.

Tapi, OYO tidak bermain di bisnis homestay, sektor yang sedang dibidik Stayzilla, WudStay, dan Airbnb. Ritesh punya alasan: budaya, keamanan, dan peraturan di India akan menimbulkan tantangan jika masuk ke bisnis tersebut.

Tambah kamar

Hanya, OYO mesti menghadapi persaingan sengit. Selain Treebo, FabHotels, dan Vista Rooms yang didirikan oleh mantan eksekutif OYO, mereka juga mesti bersaing dengan portal perjalanan terkemuka India, MakeMyTrip, yang secara agresif masuk ke bisnis agregator hotel bujet.

“Kami memiliki begitu banyak kompetitor, tapi saat yang sama tidak ada kompetisi,” ujar Ritesh. “Yang jadi fokus kami adalah kesempatan, siapa pun yang tinggal di luar rumah merupakan calon pelanggan potensial kami”.

Untuk itu, OYO bakal terus ekspansi dengan tambahan modal dari konsorsium SoftBank. “Kami bakal menambah 10.000 kamar ke jaringan kami setiap bulan,” sebut Ritesh yang di usia 13 tahun berjualan kartu SIM.

Perusahaan konsultan HVS memperkirakan, sekitar 1,8 juta kamar di India berada di bawah pengelolaan hotel “tidak bermerek”. Tapi, baru 2% yang online. Nah, OYO mengincar kamar-kamar ini.

Tambah lagi, sepekan setelah mendapat pendanaan dari SoftBank, OYO memperoleh suntikan modal dari China Lodging, raksasa jaringan hotel dari China, senilai US$ 10 juta.

“Konsumen di India dan China, dua pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia, membuka peluang pertumbuhan yang sangat besar dan signifikan lewat kekuatan gabungan kami,” kata Ritesh seperti dikutip Tech Crunch.

“China Lodging dan OYO akan mengeksplorasi peluang pertumbuhan di industri perhotelan global,” tambah CEO China Lodging Jenny Zhang seperti dikutip dari Tech Story

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×