Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini
Aisyah Baidah sukses menekuni usaha pembuatan jaket bertemakan karakter animasi Jepang dan Korea. Merintis usaha pada 2013, kini ia sudah memiliki konveksi pribadi.
Guna mengimbangi pesanan yang terus meningkat, bengkel konveksinya terus meningkatkan kapasitas produksinya. Bengkel itu kini memiliki 30 mesin jahit untuk produksi.
Aisyah bilang, selama menekuni usaha ini, ia belum pernah menemukan kendala besar. Bisnisnya bahkan cenderung terus bertumbuh.
Aisyah pun makin bersemangat untuk membesarkan bisnis pembuatan jaket bertemakan karakter animasi Jepang dan Korea ini. Rencananya, tahun depan, ia bakal membuka satu lagi bengkel konveksi di Bandung.
Aisyah juga terus berusaha meningkatkan kapasitas produksi di tengah tingginya permintaan pasar. Menurut Aisyah produk jaketnya sangat disukai di kalangan remaja.
Selain itu, Aisyah juga akan merambah penjualan offline. Selama ini, dia lebih fokus memasarkan produk jaketnya lewat media digital. Terkait dengan penjualan offline ini, ia berencana membuka jaringan toko di sejumlah lokasi, termasuk di pusat perbelanjaan. "Saya ingin punya gerai di mal, dan tersebar di banyak outlet," ujarnya.
Bila tidak ada aral melintang, rencana Aisyah membuka toko mulai direalisasikan pada tahun depan.Untuk memperkuat bisnisnya Aisyah juga akan memperbaiki sistem organisasi usahanya. Aisyah berencana menambah jumlah karyawan untuk membantunya dalam mengelola manajemen. "Saat ini, semuanya yang mengerjakan masih saya," jelasnya.
Selain sibuk mengembangkan bisnis fesyen-nya, wanita berhijab ini juga menyiapkan langkah pengembangan bisnis kue keringnya. Rencananya tahun depan Aisyah bakal membuka gerai kue kering perdananya.
Sayang, Aisyah belum mau menyebut lokasi toko kuenya tersebut. "Pesanan kami sudah semakin banyak tahun ini, ada rezeki sehingga saya bisa buat toko," jelasnya. Asal tahu saja, dalam empat bulan terakhir, pesanan yang masuk sudah sekitar 5.000 toples.
Strategi penjualan juga akan diubah. Ia tidak lagi melayani pembeli eceran, dan akan fokus melayani penjualan di tingkat agen yang melakukan pembelian dalam partai besar.
Strategi ini sengaja dipilihnya untuk menghindari rusaknya produk sampai ke tangan konsumen. "Kalau konsumen ritel pesannya hanya sedikit, saat pengiriman akan lebih mudah rusak. Tapi kalau dalam jumlah banyak, justru tidak," jelasnya.
Untuk itu, Aisyah ingin memiliki agen di tiap-tiap daerah. Para agen ini yang nanti akan menjaring konsumen di daerah masing-masing.
Menurut Aisyah, mengelola bisnis kue kering lebih menyita waktu ketimbang bisnis fesyen. Soalnya, di bisnis ini ia harus meluangkan banyak waktu untuk melatih para karyawannya.
Asal tahu saja, semua karyawannya adalah ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar rumahnya. Ia pun rutin mengajarkan keterampilan membuat kue kering berkarakter yang diberi nama Cupreme Cookies. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News