kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rezeki camilan makaroni goreng kian gurih


Selasa, 06 September 2011 / 15:21 WIB
Rezeki camilan makaroni goreng kian gurih
ILUSTRASI. Diperpanjang, yuk cek lagi persyaratan pendaftaran Pengajar Praktik Guru Penggerak.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Bisnis camilan berbahan baku makaroni memang menggiurkan. Itulah, meski baru memulai usaha enam bulan lalu, MakoMako sudah berani menawarkan kemitraan dan kini telah menjaring 20 mitra. Sebelumnya, Mabasa juga sukses menjalin kemitraan usaha makaroni goreng. Kini Mabasa telah menggandeng 250 mitra.

Makaroni goreng bisa menjadi camilan renyah yang lezat. Dengan harga yang terjangkau membuat kudapan ringan ini disukai konsumen. Itulah sebabnya, pemilik usaha ini juga percaya diri untuk mengembangkan usaha ini dengan konsep kemitraan.

Salah satu tawaran kemitraan bisnis makaroni datang dari Pioni Adya Group yang mempunyai produk makaroni goreng aneka rasa merek MakoMako. Meski baru membuka usaha sejak Februari 2011 di Bandung, pada 18 Agustus 2011 lalu, Pioni sudah berani menawarkan kemitraan.

Menurut Muhammad Dana Prihadi, pemilik Pioni, kini MakoMako telah berhasil menggandeng 20 mitra. Hanya saja mereka ini belum beroperasi karena pembukaan usaha baru dilakukan sepekan setelah lebaran.

Dana bilang, dari 20 mitra itu, sebagian besar berasal dari luar Bandung. "Sebanyak 40% justru berasal dari Sulawesi dan Kalimantan, sementara sisanya dari Jawa Tengah, dan Jakarta," terang Dana.

Dana yang saat ini berumur 28 tahun ini sengaja membatasi jumlah mitra di Bandung. Maklum, Dana sudah punya tiga gerai milik sendiri di Bandung dan dua di Solo.

Ia mengatakan, walau baru menjalankan usaha selama enam bulan, ia yakin bisnis makanan makaroni sangat prospektif. "Dalam enam bulan, grafik penjualan selalu meningkat," katanya.

Untuk bisa memiliki usaha makanan ini, MakoMako menawarkan dua paket investasi senilai Rp 3,5 juta dan Rp 5 juta. Yang membedakan dua paket investasi tersebut adalah bentuk gerai atau booth yang diperoleh mitra.

Untuk paket Rp 3,5 juta menggunakan booth permanen, sementara paket Rp 5 juta mendapat booth mobile yang dapat dipindah-pindah. Dengan harga jual Rp 3.000 - Rp 5.000 per porsi ukuran 100 gram, Dana menargetkan penjualan sebanyak 40 porsi makaroni goreng tiap hari. Jika target tercapai, mitra diperkirakan akan mendapat omzet hingga Rp 6 juta per bulan, sehingga mitra balik modal paling lama tiga bulan.

Ada delapan variasi rasa makaroni goreng yang ditawarkan oleh MakoMako, seperti keju, blackpepper steak, jagung manis, dan blueberi. Target pasar MakoMako adalah kalangan pelajar dan mahasiswa, meski melayani juga penjualan untuk umum.

Dana yang juga memiliki kemitraan makanan kentang Pota Potatoes yakin pasar makaroni goreng akan terus berkembang. "Pemainnya masih jarang," katanya.

Atas keyakinannya tersebut, ia menargetkan penambahan jumlah mitra mencapai 120 mitra akhir Juli 2012 nanti. Dia bahkan berencana menawarkan konsep resto serba makaroni. Sayangnya, konsep resto tersebut masih dalam tahap rencana sehingga belum jelas kapan terwujud.

Selain MakoMako, Mabasa atau Makaroni Banyak Rasa juga menawarkan kemitraan di Bandung. Mabasa bisa dibilang lebih senior dibanding MakoMako. Lihat saja, Mabasa mulai menawarkan kemitraan bisnis makaroni goreng sejak Januari 2010.

Sejak ditawarkan, Mabasa telah memiliki 250 outlet yang tersebar di 26 kota di Indonesia. "Bukan hanya Jawa, mitra kami telah sampai hingga Medan, Makassar, Manado, dan lombok," ujar Dian F. Luthfie, pemilik Mabasa.

Sebagai pionir kemitraan camilan makaroni, Dian mengklaim jika Mabasa mengalami perkembangan usaha yang signifikan. Jika pada Januari 2011 lalu baru sebanyak 100 gerai, kini sudah meningkat lebih dari dua kali lipat.

Bahkan, menurut Dian, dalam dua tahun ini usahanya mampu mempertahankan tingkat penjualan per gerai berkisar 200 - 300 porsi dengan harga Rp 2.500 - Rp 3.000 per 100 gram. Dengan jumlah penjualan itu berarti omzet per bulan mencapai sekitar Rp 18 juta.

Nilai omzet itu cukup baik, mengingat biaya investasi yang ditawarkan hanya Rp 3 juta untuk gerobak permanen dan Rp 3,5 juta untuk gerobak dorong.

Walaupun pesaing bisnis makaroni terus bertambah, Dian mengaku tak khawatir. Bahkan, menurut Dian, persaingan diperlukan untuk menjaga motivasi dan kualitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×