Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
Selama ini sisa seduhan kopi selalu dibuang karena tidak ada manfaatnya lagi. Namun, di tangan orang-orang kreatif, ampas kopi itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pewarna lukisan.
Seperti itulah yang ditekuni oleh Muhammad Fajar Rajasa Fikri, seorang lulusan Institute Teknologi Sepuluh November Surabaya. Pria yang akrab disapa Fikri ini mulai merintis usaha yang diberi nama Coffee Paste itu sejak pertengahan tahun 2012 bersama empat orang temannya di Jalan Asempoyong, Sukolilo, Surabaya.
Kala itu, Fikri masih mahasiswa semester enam. Ide awalnya bermula dari hobinya menikmati kopi. Pernah suatu kali, saat Fikri sedang menikmati segelas kopi tanpa sengaja memecahkan gelas kopinya. Lalu tumpahan kopi membentuk motif di lantai. Dari situ, ia terinspirasi menciptakan motif dari kopi.
Fikri bersama keempat temannya akhirnya mengajukan proposal membuat kerajinan dari ampas kopi ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dan diterima. Dari sana, mereka mendapat modal Rp 6,5 juta.
Produksi pertama Coffee Paste adalah lukisan ampas kopi dengan menggunakan media lukis cangkir atau mug. "Lukisannya tentang hewan, tumbuhan, hingga kaligrafi," kata pria kelahiran 21 Juli 1990 ini.
Prosesnya, diawali dengan mencampur kopi dengan perekat agar bisa menempel. Campuran itu lalu diaduk agar rata dan bisa dibentuk. Setelah kering, campuran kopi dan lem yang sudah menyerupai lembaran itu kemudian digunting dan ditempel pada mug. Lalu dibuatlah motif lukisan sesuai yang diinginkan.
Mug tersebut mereka pasarkan di kampus dan dijual sepasang. Harganya dibanderol Rp 60.000 per pasang. Dari sana, mereka mampu meraup omzet Rp 2 juta per bulan.
Inovasi unik dari Coffee Paste ini ternyata mendapat apresiasi dari banyak pihak. Setelah itu produksi selanjutnya tidak terbatas pada mug lagi. Tapi juga mulai menggunakan media gerabah, kendi, dan kanvas.
Kini, tinggal Fikri yang masih menekuni usaha ini. Satu per satu temannya memilih mencari pekerjaan lain setelah lulus kuliah. Saat ini, Fikri lebih fokus membuat lukisan dari ampas kopi lantaran permintaannya lebih banyak. Dengan dibantu pekerja lepas, pria yang baru lulus pada Desember 2013 ini mampu menghasilkan 30 lukisan dalam setiap bulan.
Lukisan tersebut dijual dengan harga Rp 100.000–Rp 200.000 per buah. Sedangkan ongkos produksi satu lukisan mencapai Rp 50.000. "Saya bisa meraup omzet kotor Rp 3 juta setiap bulan," kata Fikri.
Setiap bulan, Fikri menghabiskan 7 kilogram (kg) ampas kopi sebagai bahan pewarna lukisan. Ia mengaku mendapatkan ampas kopi gratis dari temannya yang bekerja di salah satu Coffee Shop Surabaya. "Saya tidak bayar, paling saya kasih teman saya lukisan sebagai ucapan terima kasih," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News