kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rumput laut kering lebih mahal harganya (3)


Senin, 20 Oktober 2014 / 16:05 WIB
Rumput laut kering lebih mahal harganya (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Membudidayakan rumput laut terbilang tidak terlampau sulit. Tapi, itu bukan berarti membuat para petani rumput laut di Desa Randusanga, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tidak mempunyai kendala usaha. Saat musim penghujan tiba, itu tanda-tanda mereka akan sulit untuk mengeringkan rumput laut.

Djarot, salah satu petani rumput laut di sini, menceritakan, para petani di wilayahnya masih mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan seluruh hasil panen. Kalau cuaca sedang bagus, dalam satu hari seluruh hasil panen akan kering. "Kalau lagi musim hujan, proses penjemuran bisa sampai dua hari hingga tiga hari," jelas Djarot kepada KONTAN.

Hampir seluruh petani di sentra ini menjemur rumput laut hasil panen di depan halaman rumah atau di pinggir jalan rumahnya. Saat KONTAN mengunjungi wilayah tersebut, terlihat jajaran rumput laut basah sedang dijemur di pinggir tambak yang lokasinya tidak jauh dari laut.

Djarot mengatakan, petani lebih senang menjual rumput laut dalam kondisi kering, karena harganya bisa 50% lebih mahal daripada harga jual saat masih basah. Asal tahu saja, harga rumput laut basah saat ini dibanderol sekitar Rp 8.000 per kilogram (kg). Sementara, harga jual untuk rumput laut kering  sekitar Rp 12.000 per kg.

Penduduk di Desa Randusanga rupanya benar-benar menggantungkan hidupnya dari rumput laut. Karena, seluruh warga di sini bekerja sebagai petani dan buruh rumput laut. Slamet Riyadi, petani rumput laut dan pengepul di sentra ini, mengatakan, tidak terlampau sulit untuk mencari karyawan. "Di sini banyak orang yang butuh pekerjaan, jadi semuanya adalah warga desa sendiri," jelasnya.  

Untuk menggarap seluruh lahan dan pengemasan, Slamet dibantu 120 orang karyawan. Meski di sini ada ratusan petani rumput laut, tapi persaingan di antara petani masih sehat. Alasannya, harga jual antar petani sama dan semua hasil panen mereka pasti habis diborong tengkulak atau pengepul.

Djarot berujar, dia tidak bisa melayani konsumen untuk membeli rumput laut dalam jumlah kecil. "Kita memang lebih suka langsung diberikan pada pengepul saja karena tidak repot," katanya.

Nah, justru persaingan yang cukup ketat terjadi di antara para pengepul. Maklum, di sini ada sekitar tujuh pengepul yang bersaing mencari rumput laut. Nantinya, seluruh rumput laut itu akan mereka distribusikan kepada perusahaan agar-agar di berbagai daerah.

Slamet Riyadi, petani yang juga menjadi pengepul rumput laut, bercerita,  kadang ada pengepul yang berlaku curang saat jual beli rumput laut. "Tapi securang-curangnya, pengepul itu masih tahu etika," jelasnya.

Selain melayani kebutuhan perusahaan agar-agar, Slamet  mengaku melayani juga pembelian dalam jumlah kecil, meskipun saat ini tidak banyak konsumen ritel yang datang membeli rumput laut kepadanya.

Biasanya, perusahaan agar-agar yang menyerap rumput laut petani datang ke lokasi untuk mencari pengepul, kemudian mengikatnya lewat kontrak kerjasama selama lima tahun.           n

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×