kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saling pinjam alat produksi wingko (2)


Senin, 14 September 2015 / 09:37 WIB
Saling pinjam alat produksi wingko (2)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Dikky Setiawan

Sentra produksi wingko babat di Desa Rambaenak, Magelang, masih sederhana. Produsen melakukan produksi di belakang rumah masing-masing. Pemerintah daerah pernah memberikan fasilitas oven untuk mendorong perkembangan usaha di tempat ini.

Sentra produksi wingko babat di Desa Rambeanak, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah sudah eksis cukup lama. Hampir 20 rumah di daerah ini memproduksi wingko. Ketika KONTAN menyambangi sentra ini, cuaca tidak terlalu panas. Tampak di salah satu rumah pegawai sedang memarut kelapa sebagai salah satu bahan baku pengolahan wingko babat.

Tempat produksi wingko di wilayah ini umumnya berada di bagian belakang rumah warga. Sehingga bahan-bahan baku terlihat banyak tertumpuk di dapur. 

Muhajari, salah satu produsen mengatakan, bahan baku wingko yang sederhana membuatnya tidak pernah kesulitan mendapatkan bahan baku. Bahan-bahan yang digunakan pun dapat dibeli di warung-warung terdekat seperti tepung ketan, kelapa, gula, garam dan margarin.

Untuk memproduksi wingko cukup sederhana. Santan kental hasil parutan kelapa direbus sampai mendidih, ditambah garam dan gula pasir. Kemudian tepung ketan, tepung kanji dan kelapa parut serta bahan lainnya dicampur rata dan santan kental dimasukkan perlahan hingga adonan menjadi kalis.   

Setelah itu adonan dimasukkan ke dalam loyang dan dipanggang di dalam oven. Setelah adonan matang, wingko dipotong kecil-kecil dan dibungkus plastik bening. Plastik untuk membungkus wingko ini dia juga bisa dapatkan di warung-warung. Lantas, untuk tas kertas jinjing, dia pesan dari pabrik di daerah Magelang.

Setelah dinyatakan sebagai sentra produksi wingko babat oleh pemerintah daerah setempat pada 2012, mereka mendapatkan sejumlah fasilitas gratis. Diantaranya satu unit oven untuk memanggang dan satu mixer untuk mencampur bahan baku yang ditempatkan di rumah Muhajari sebagai ketua di sentra ini.

Muhajari memiliki sekitar 30 buah loyang untuk produksi. Dalam pengerjaan Muhajari dibantu oleh istrinya dan tujuh pegawai. Muhajari mengaku dapat membuat 350 bungkus wingko babat ukuran kecil dan 150 wingko babat ukuran sedang dalam sehari semalam.

Muhajari cukup merogoh kocek sekitar Rp 10.000 untuk menghasilkan satu bungkus wingko babat yang berisi 12 wingko berukuran kecil. Produknya dia namakan wingko babat Heaven. Dia mengaku tidak melakukan produksi setiap hari. Jika persediaan sudah menipis baru dia akan kembali memproduksi.

Rahman, produsen wingko lainnya dengan merek wingko babat cap kereta api juga tidak memproduksi wingko setiap hari. Produksi dilakukan tergantung musim-musim ramai wisatawan yang berkunjung ke Magelang.  

Dia hanya dibantu istrinya untuk produksi dengan menggunakan kurang lebih 10 loyang. Lantaran tidak memiliki oven sendiri, Rahman harus ke tempat Muhajari untuk memanggang.

Dia butuh waktu setengah jam untuk menghasilkan dua loyang yang bisa menjadi 30 bungkus kecil. Rahman mengaku, semua bahan baku wingko tidak menggunakan bahan pengawet sehingga aman dikonsumsi. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×