kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sarang musiman bagi para penjahit sarung (2)


Kamis, 26 September 2013 / 13:01 WIB
ILUSTRASI. Massa Relawan Indonesia Bersatu (RIB) menggelar aksi di depan kantor OJK Pusat di Jakarta, untuk menuntut keadilan bagi Nurhasanah, Ketua Badan Perwakilan Anggota (BPA) Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 yang ditetapkan sebagai tersangka.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

SURABAYA. Gang Pasar Bong di Jalan Slompretan, Surabaya, menjadi tujuan para pembeli grosir busana muslim dan aneka perlengkapan ibadah lainnya. Mereka memilih belanja di tempat ini, lantaran tergiur harga yang lebih murah dibandingkan berbelanja di toko-toko yang menjual secara ritel.

Lantaran harga produk di sentra ini sudah murah, makanya sulit untuk ditawar lagi. Pemilik Toko Mekkah-Madinah, Husen Mustofa mencontohkan, harga satu kodi sarung dibanderol
Rp 800.000. "Kalau pembeli tetap menawar, bisa dikurangi Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per kodi," ucapnya.

Para pedagang tentu punya konsekuensi dengan menjual pada harga murah. Husen bilang, meski omzet yang dihasilkan mencapai ratusan juta rupiah sebulan, namun  keuntungan bersihnya hanya sekitar 5%-10%. Bagi mereka, yang penting, barang dagangan banyak laku.

Barang-barang yang dijual di sentra Pasar Bong kebanyakan dipasok dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Barang-barang tersebut merupakan merek ternama. "Dalam sebulan total pesanan saya kira-kira 25 kodi untuk semua produk," ujar Husen.

Namun, khusus sarung, ia mengaku, rata-rata pedagang di Pasar Bong menjual produk asli tapi palsu, alias barang KW. Sarung kualitas KW ini hasil jahitan warga Kampung Jepun, yang lokasinya berdampingan dengan Gang Pasar Bong.

Kehadiran Gang Pasar Bong memang telah memicu munculnya para penjahit sarung. Warga Kampung Jepun mendadak menjadi penjahit sarung sejak tahun 2000-an. Pasalnya, pedagang di Pasar Bong ingin menjual sarung kualitas bagus, namun dengan harga lebih murah.

Pemilik Kios Azzahra, Abdul Cholik bercerita, para pedagang di Pasar Bong, umumnya memasok bahan kain sarung dalam bentuk bal dari produsen di Bandung. Kemudian, mereka menugaskan para penjahit di Kampung Jepun untuk membuat bentuk sarung, serta melabeli dengan merek-merek ternama, seperti Wadimor dan Gajah Duduk.

Ia mengaku, cara tersebut mampu menekan biaya produksi. Sejauh ini, ada sekitar 20 warga Kampung Jepun yang menjadi penjahit sarung di sana.

Cholik mengklaim, meski sarung yang dijual para pedagang kualitas KW, namun selama ini tidak pernah mendapat komplain dari pelanggan terkait kualitas produk. "Karena kain sarungnya memang bagus. Benangnya juga pakai benang mahal," imbuh pria kelahiran 43 tahun silam ini.

Memang terbukti, Gang Pasar Bong selalu dibanjiri pembeli. Apalagi, menjelang momen Lebaran Haji. Seperti, saat KONTAN menyambangi kawasan ini pada pekan lalu (20/9), kios-kios terlihat disesaki oleh pengunjung. Maklum, tiga minggu jelang Lebaran Haji, mulai banyak yang datang untuk membeli oleh-oleh haji. Ditambah lagi, sejumlah pedagang yang membeli stok barang untuk dijual kembali di daerahnya.

Selain warga Surabaya, tak jarang, pembeli juga berdatangan dari luar kota, seperti dari Mojokerto, Tulungagung dan Madiun.    (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×