Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Meski mencuci dan menyeterika baju merupakan pekerjaan yang bisa dilakukan siapa saja, toh banyak orang membutuhkan jasa cuci setrika dari pihak lain. Jamaknya, kesibukan yang kelewat padat atau keinginan hidup praktis menjadi alasan. Ini pula yang terus memunculkan bisnis jasa cuci alias binatu, mulai dari perorangan sampai kelas waralaba.
Satu satu pebisnis yang masuk dalam bisnis ini adalah Suharni. Mengusung merek Primalaundry, Suharni menawarkan waralaba laundry cuci setrika baju, setelah lima tahun usahanya berdiri.
Menawarkan waralaba sejak Februari lalu, Primalaundri semakin menyemarakkan persaingan bisnis laundry, terutama di Semarang yang menjadi pusat bisnisnya. "Jasa cuci baju selalu dibutuhkan, saat krisis atau tidak," ujar Suharni. Sulitnya keluarga mencari pekerja di rumah juga menjadi alasan bisnis ini tetap menjanjikan.
Tiga bulan menawarkan waralaba, kini Primlaundry menggaet tiga mitra. Satu mitra ada di Pemalang, lainnya di sekitar Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang.
Suharni menawarkan dua paket waralaba: Paket Rumahan dengan nilai investasi Rp 24,5 juta dan Paket Gold dengan investasi awal Rp 98 juta. Ketiga mitra Prima mengambil Paket Rumahan.
Paket Rumahan mencakup biaya waralaba Rp 4,5 juta, peralatan, dan perlengkapan promosi. Mitra akan mendapat peralatan berupa satu mesin cuci dan mesin pengering serta dua setrika, detergen dan pewangi untuk stok sebulan, keranjang, gantungan baju, dan penanda pakaian.
Isi paket ini serupa dengan Paket Gold, hanya berbeda dari sisi kuantitas. Misalnya, bila Paket Rumahan dapat satu mesin cuci, maka Paket Gold memperoleh tiga mesin cuci.
Suharni menekankan perlunya promosi yang gencar karena persaingan bisnis laundry ketat. Ia pun menyediakan spanduk, banner, brosur yang bisa dibagikan ke banyak orang.
Suharni mematok harga jasa laundry Rp 3.000 per kg. Ada juga patokan harga untuk pakaian potongan, seperti jas dan kebaya. "Ini harga Semarang. Kalau buka di Jakarta, bisa lebih mahal," katanya. Terwaralaba bisa menaikkan harga laundry hingga Rp 5.000 atau Rp 6.000 per kg. Dari omzet, mitra harus menyetor biaya royalti 5% .
Menurut hitungan Suharni, terwaralaba Paket Rumahan bisa mendapat minimal 20 pelanggan per hari dan satu konsumen membawa minimal 5 kg pakaian kotor. Dengan harga Rp 5.000 per kg, omzet mitra Rp 15 juta per bulan.
Suharni meminta mitra membuka usaha di pemukiman padat penduduk, sekitar kampus dan perkantoran yang dikelilingi kos-kosan. Luas tempat usaha minimal 40 m² dengan pintu depan berkaca.
Di satu tempat usaha, setidaknya ada tiga pegawai yang bertugas menerima pesanan, mencuci, dan menyetrika. "Kami pantau kerjanya sampai dua bulan. Kalau lancar, kami lepas," ujarnya.
Suharni menargetkan penambahan 10 mitra baru bulan ini. Mitra baru ini tidak hanya di Semarang, tapi juga di Jakarta. Saat ini dianggap momen tetap karena jelang Lebaran. "Biasanya, permintaan jasa cuci menjulang," ujarnya.
Pengamat waralaba Erwin Halim menuturkan, bila Primlaundry hendak merambah Jakarta, waralaba ini harus mengubah konsep menjadi kerja sama, bukan waralaba. "Penetrasi di Jakarta itu sulit. Sudah banyak usaha laundry," katanya. Dia menyarankan Primlaundry memakai sistem bagi hasil sehingga kedudukan mitra akan sejajar.
PrimLaundry
Ruko Bukit Kencana Jaya
Jl. Kelapa Kopyor I BH 12
Tembalang, Semarang
082134367358
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News