kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Secercah harapan di sentra perkebunan kelapa di Minahasa Selatan (bagian 2)


Sabtu, 02 Maret 2019 / 14:00 WIB
Secercah harapan di sentra perkebunan kelapa di Minahasa Selatan (bagian 2)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - MINAHASA SELATAN. Tatapan wajah sayup dan sendu dari para petani kelapa di Minahasa Selatan mulai berubah. Secercah harapan muncul dari petani kelapa di salah satu sentra perkebunan kelapa terbesar di negeri ini. Untuk bisa bangkit menghadapi persoalan harga kopra yang terus anjlok dalam beberapa tahun terakhir ini.

Ini setelah Ditjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementrian Perindustrian (Kemperin) meresmikan program pengembangan IKM kelapa terpadu di Minahasa Selatan. Sebanyak 50 petani kelapa terpilih akan bergabung dalam sentra pengolahan kelapa tersebut.

Di program tersebut, para petani akan mendapat bimbingan teknis membuat produk olahan kelapa yaitu minyak kelapa serta pengembangan IKM arang kelapa. Para petani turut diberikan mesin teknologi tepat guna pendukung pengolahan kelapa.

Program ini diharapkan bisa membantu petani kelapa membuat minyak kelapa dari bahan baku yang ada. Jadi tidak sekedar membuat kopra yang harganya kini cuma sekitar Rp 3.000 - Rp 4.000 per kg.

Salah satu petani kelapa,  Jenny Runtuwene.  menilai program tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan sejak lama menantikan program tersebut untuk bisa membuat minyak kelapa. Tapi terkendala modal dan teknologi. "Mulai sekarang, saya dan petani kelapa lain bisa membuat minyak kelapa yang harganya lebih stabil ketimbang kopra yang seringkali anjlok," ujar Jenny kepada KONTAN.

Lebih lanjut Jenny menjelaskan bahwa program ini juga bisa meningkatkan kembali gairah para petani kelapa di Minahasa Selatan. Ia berharap program ini juga diperuntukkan bagi seluruh petani kelapa skala rumah tangga lainnya yang tersebar di Minahasa Selatan.

Tak hanya Jenny, Alex Sinaulan pun merasakan manfaat program ini. Sebab sebagai pelaku pembuat arang kelapa, program tersebut juga  memberikan mesin pembakaran arang kelapa.

Dengan mesin itu, produktivitas serta profit yang dikeruk Alex bisa menjadi lebih baik. "Pembuatan arang kelapa dengan mesin ini membuat kualitas pembakaran jadi lebih baik ketimbang pembakaran di atas tanah. Harganya jadi lebih mahal  yakni Rp 4.500 - Rp 5.000 per kg dari sebelumnya cuma Rp 2.500 per kg," jelasnya.

Untuk itu ia  berharap program ini bukan hanya program sekali jalan saja dan langsung bubar atau berhenti. Justru program tersebut harus terus dikawal dan diperhatikan oleh para pemangku kepentingan.

Semisal, terus ada pendampingan ke para petani dan ada program lanjutan. "Minahasa Selatan itu isinya pohon kelapa semua, harusnya para petani tidak menderita," harap Alex.

Dirjen  Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemperin, Gati Wibawaningsih berujar bahwa pihaknya bersama pemerintah daerah setempat akan terus mendukung pengembangan dan pemberdayaan petani kelapa Minahasa Selatan.

Ia menargetkan pada 2020 nanti, Minahasa Selatan bisa menjadi pusat sentra olahan kelapa dan turunannya. "Sebagai center of excellent of coconut," targetnya.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×