kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selarik kisah lalu batik betawi (1)


Sabtu, 21 Juli 2018 / 09:05 WIB
Selarik kisah lalu batik betawi (1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki kain tradisional yang menjadi kekayaan khas daerah tersebut. Salah satu kain yang sangat populer  adalah kain batik. Selama ini hanya beberapa daerah seperti Yogya, Solo, Pekalongan, Cirebon, Lasem dan Madura yang terkenal kain batiknya.

Namun siapa sangka, jika Jakarta juga punya kain batik kebanggaan. Produk batik asal ibukota ini akrab disebut batik betawi.

Tak banyak orang mengetahui sentra produksi batik betawi berada tak jauh dari kawasan Pondok Indah. Tepatnya berada di Jalan Terogong III, Kelurahan Cilandak, Jakarta Selatan. Sebuah spanduk bertuliskan 'Kampung Batik Betawi Terogong' menyambut kedatangan pengunjung saat menyambangi sentra ini.

Patokan menuju ke sana adalah sekolah Jakarta International School atau Hotel Kristal. Dari situ, siap-siap masuk jalanan yang sempit dan dipenuhi oleh anak-anak kecil yang riang bermain. Suasana yang benar-benar jauh berbeda dengan kawasan elit di selatan Jakarta.

Jangan bayangkan tempat yang luas dan ramai, Kampung Batik Betawi hanya berupa rumah sederhana dengan sebuah halaman sederhana milik Siti Laela, sang pendirinya. "Kampung Batik Betawi ini saya dirikan tiga tahun lalu karena saya prihatin dengan batik Betawi yang makin langka," ungkap Laela.

Meski dari depan nampak seperti rumah sederhana dengan saung kecil di halaman rumah, Kampung Batik Betawi milik Laela telah memberdayakan 15 perajin. Laela mengajak para ibu rumah tangga di sekitar Cilandak untuk bersama menggarap batik betawi.

"Di saung ini biasanya ibu menggarap batik tulis. Kalau untuk batik cap digarap di belakang rumah ini," kata Laela. Begitu masuk ke Kampung Batik Betawi, pengunjung dapat menikmati lukisan mural di dinding rumah-rumah di sana, yang bertemakan Betawi, mulai dari Ondel-ondel, Tugu Monas, sampai penari Yapong.

Syafia Rahma atau yang akrab dipanggil Fia merupakan salah satu perajin batik di Kampung Batik Betawi Terogong. Sudah setahun ini  ia menjadi perajin di sentra tersebut. "Saya diajak tetangga yang kebetulan perajin juga di sini. Hasilnya lumayan untuk menambah uang belanja," ujarnya.

Fia mengaku tertarik dengan kain batik sejak lama, namun ia tidak tahu harus belajar dengan siapa dan dimana. Adanya tawaran menjadi perajin di Kampung Batik Betawi Terogong langsung diterimanya. "Kebetulan bapak saya juga orang Betawi, jadi saya mau juga melestarikan budaya leluhur saya sendiri. Apalagi sekarang batik betawi sudah langka banget," tuturnya.

Ratusan lembar kain batik betawi baik tulis maupun cap diproduksi di Kampung Batik Betawi Terogong. Fia mengatakan harga batik Betawi termasuk terjangkau, untuk selembar batik cap ukuran 2,5 meter dibanderol mulai Rp 125.000. Sedangkan untuk batik tulis, satu lembarnya dihargai mulai Rp 350.000.

"Ada yang paling mahal, bahan kainnya dari tenun atau sutera. Kalau yang itu harganya bisa di atas Rp 1,5 juta per lembar. Biasanya kami bikin kalau ada pesanan khusus," kata Fia.               

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×