Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Tri Adi
Tali rafia memang hanya seutas tali untuk mengikat. Tapi, jangan salah, keuntungan yang diperoleh dari bisnis ini bisa berlipat. Proses produksi tali rafia juga cukup mudah. Bahan baku yang digunakan juga cukup mudah didapatkan.
Hampir setiap industri membutuhkan tali rafia untuk mengemas. Karena itu, bisnis pembuatan tali rafia selalu kebanjiran permintaan. Maklum, tidak hanya satu atau dua bidang bisnis yang menjadi pasar incaran dari para produsen tali rafia. Konsumennya juga dari pengguna rumahan sampai pengusaha pabrik.
Jumlah pengguna tali rafia yang cukup besar ini membuat nilai jual tali rafia masih tetap terjaga. Selain itu, beberapa produsen tali rafia juga meraup keuntungan. UD Nirwana Plastik, salah satu produsen tali rafia di Bogor, Jawa Barat, misalnya, mampu menghasilkan 20 ton tali setiap bulan.
Harga jual tali rafia antara Rp 7.500–Rp 8.500 per kilogram (kg), tergantung dari warna tali rafia tersebut. Sebagai contoh, harga tali rafia warna hitam Rp 7.500 per kg dan tali rafia warna lain Rp 8.500 per kg. Warna hitam jauh lebih murah lantaran tidak membutuhkan pewarna plastik.
Dewi Lestari, bagian pemasaran UD Nirwana Plastik, menjelaskan, karena harga lebih murah, permintaan tali rafia warna hitam jauh lebih banyak dari tali warna lain. “Penjualan tali rafia hitam mencapai 60% dari total penjualan, selebihnya warna lain,” tuturnya. Hitung punya hitung, total penjualan produsen ini bisa mencapai Rp 158 juta per bulan.
Kondisi serupa juga dialami oleh UD Dewi Sri yang berada di Surabaya, Jawa Timur. Penjualan tali rafia bisa mencapai 10 ton–15 ton per bulan. Harga jual produknya tidak jauh berbeda dengan Nirwana, yaitu di kisaran Rp 7.000–Rp 8.000 per kg, bergantung pada kualitas dan warna. “Harga jual tali rafia warna memang jauh lebih mahal,” tutur Setyo Sugianto, pemilik UD Dewi Sri. Tak heran, Setyo mengaku mengantongi omzet lumayan besar, rata-rata bisa Rp 100 juta–Rp 150 juta per bulan.
Marini, Manajer Pemasaran dan Produksi Sapta Sarana di Blitar, Jawa Timur, juga mengaku mendapatkan order yang cukup besar. Menurut dia, penjualan bisa mencapai 4 ton per bulan. Harga jual mulai Rp 7.650–Rp 8.000 per kg. Omzet yang mampu diraup Sapta Sarana bisa mencapai Rp 31 juta per bulan. “Bahan warnanya membuat harga tali rafia warna jauh lebih mahal,” papar Marini.
Pasar tali rafia luas
Para produsen tali rafia ini mengaku rata-rata menjual produknya ke distributor atau agen. Ada juga yang dibeli pabrik untuk pengemasan. Marini menjelaskan, rata-rata pembelinya adalah penjual telur. Maklum di Blitar, banyak penjual telur. Selain pemakai langsung, ada juga beberapa agen yang menjual tali rafia.
Penjualan tali rafia biasanya sistem gelondongan. Selanjutnya, distributor menjual secara ritel. Hanya sedikit produsen yang menjual ritel dengan kemasan kecil. “Penjualan dalam gulungan kecil-kecil seperti itu hanya untuk menambah pendapatan saja tapi itu pun tidak besar,” kata Setyo.
Kalaupun menjual dengan gulungan kecil-kecil, produsen biasanya langsung memasok ke pasar, bukan barang pesanan. Sebab, untuk mengemas tali rafia dalam bentuk gulungan kecil, butuh waktu dan tenaga. Karena itu, rata-rata produsen tali rafia melemparnya kembali ke distributor untuk menggulung dengan ukuran kecil.
Para produsen tali rafia menyatakan, permintaan tali rafia sudah mulai banyak berdatangan dari luar Jawa. Setyo memiliki konsumen dari Kalimantan dan Lombok. Nirwana Plastik juga sering mendapatkan permintaan dari Lampung, Palu, dan Palembang. Hanya saja, permintaan rutin paling banyak dari Jabotabek. Maklum, lokasi ini memang dekat dengan proses produksi.
Selain omzet yang cukup menggiurkan, keuntungan bersih yang mampu diperoleh juga lumayan. Rata-rata produsen mampu mengantongi margin bersih sekitar 20%–25%.
• Modal awal
Memulai bisnis ini sebenarnya cukup mudah. Anda tidak membutuhkan keahlian khusus. Sebab, peralatan yang wajib Anda miliki sudah bisa mengerjakan secara otomatis. Anda hanya membutuhkan beberapa karyawan untuk mengoperasikan mesin.
Ada dua tipe pembuatan tali rafia. Pertama, mulai mengolah biji plastik kemudian dijadikan tali rafia. Kedua, ada yang membeli biji plastik kemudian diolah menjadi tali rafia. Dua pola ini menentukan modal yang Anda butuhkan.
Produksi tali rafia yang mengolah sampah plastik menjadi biji plastik membutuhkan modal lebih besar. Maklum, mesin yang dibutuhkan juga lebih banyak. Nirwana Plastik mengaku membutuhkan tiga jenis mesin utama: mesin penghancur plastik, mesin pembuat biji plastik, dan mesin pembuat tali rafia.
Jelas, kalau harus membeli tiga mesin ini, modal yang harus disediakan cukup besar. Harga mesin penghancur plastik bisa sekitar Rp 10 juta. Adapun mesin pembuat biji plastik (pelet) sekitar Rp 25 juta per unit. Nah, harga mesin pembuat tali rafia sendiri sekitar Rp 60 juta–Rp 80 juta. “Tergantung kondisi mesinnya,” ujar Setyo.
Dalam sehari, satu mesin ini sebenarnya bisa menghasilkan 500 kg tali rafia. Syaratnya, karyawan bekerja dalam dua sif sehari, yaitu mulai jam 07.00 sampai 19.00, dilanjutkan dari 19.00 hingga 07.00. Tapi, rata-rata produsen menyesuaikan kapasitas produksi dengan permintaan. Artinya, mereka tidak selalu memaksimalkan kapasitas produksinya.
Kebutuhan lain yang perlu disiapkan berupa timbangan barang. Jika harus membuat biji plastik sendiri, Anda juga perlu menyiapkan blower pengering bahan baku. Total kebutuhan modal jenis usaha tali rafia dengan menghasilkan biji plastik diperkirakan sebesar Rp 150 juta, sudah termasuk pembelian bahan baku di awal usaha senilai Rp 30 juta.
Jika ingin lebih menghemat modal, Anda bisa memilih usaha tali rafia tanpa harus membuat biji plastik. Modalnya sekitar Rp 100 juta, sudah termasuk termasuk membeli bahan baku awal dengan nilai sekitar Rp 30 juta.
Sebaliknya, modal menjadi lebih besar lagi jika Anda ingin memproduksi tali rafia dalam gulungan kecil. Sebab, Anda mesti membeli mesin gulung rafia ukuran kecil seharga Rp 3,5 juta–Rp 6 juta per unit.
• Proses pembuatan
Cara membuat tali rafia sebenarnya hanyalah mengolah biji plastik dalam sebuah mesin sehingga menghasilkan tali rafia. Jika Anda memulai dari pembuatan biji plastik, Anda harus mencacah sampah plastik berupa botol plastik, atau sampah plastik yang lain. Hasil cacahan masuk ke mesin pemeletan yang akan menghasilkan biji plastik.
Biji plastik yang sudah dalam kondisi kering lantas diproses dan dimasukkan ke mesin pembuatan tali rafia. Mesin akan mengolah secara otomatis dari biji plastik menjadi tali rafia. “Di mesin tersebut ada sistem pemanasan yang membuat biji plastik menjadi lembaran tali,” kata Setyo.
• Karyawan
Jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam pembuatan tali rafia ini tidak banyak. Jika memulai dari mengolah biji plastik, menurut Setyo, Anda cukup mempekerjakan dua hingga tiga karyawan. “Dua orang memegang mesin cetak rafia dan mesin penggulung rafia,” kata dia. Seorang lagi di bagian pengemasan. Tapi, jumlah karyawan bisa bertambah jika kapasitas produksi terus meningkat. Selain menerapkan sistem shif, bisa saja Anda menambah mesin produksi.
Sistem pembayaran karyawan bisa menggunakan sistem borongan atau harian. Setyo misalnya, membayar karyawan dengan sistem harian, yaitu Rp 45.000 per hari. Atau berdasarkan volume seperti Marini di Blitar yang membayar pegawai Rp 175 per kg. Kalau Dewi, membayar Rp 500 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News