Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
Selain kayu jati, salah satu jenis kayu keras yang juga banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan properti adalah jenis kayu sonokeling. Kayu ini dihasilkan dari pohon sonokeling atau sanakeling. Karena permintaan terhadap kayu ini cukup besar, budidaya pohonnya pun menjanjikan keuntungan.
Pohon sonokeling merupakan jenis tanaman hutan. Selain baik untuk penghijauan, tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena seperti pohon jati, kayu sonokeling tergolong kayu keras dan indah. Karena itukayu sonokeling banyak dimanfaatkan untuk perlengkapan rumah. Diantaranya untuk lantai dan furnitur.
Salah satu pebudidaya pohon ini yang sudah cukup lama adalah Daryanto. Pria yang berasal dari Cilacap, ini menamai usahanya Nusa Papala. Daryanto sudah membudidayakan Sonokeling sejak 1989, yaitu di Banyumas. Daryanto bilang, budidaya sonokeling sangat menguntungkan, namun memang harus sabar karena butuh waktu panjang. "Semakin tua pohonnya, harga kayunya semakin mahal," ujar Daryanto.
Masa memanen kayu sonokeling yang paling ideal agar kualitas kayunya maksimal adalah setelah pohon berusia 20 tahun. Namun, bisa saja pohon dibiarkan terus bahkan sampai 50 tahun. Semakin tua usianya, harga kayunya semakin tinggi.
Daryanto juga menjual bibit pohon Sonokeling. Harganya bervariasi tergantung ukuran. Bibit setinggi 30 cm dijual Rp 2.000, sedangkan yang setinggi dua meter Rp 50.000 per bibit. Ia bisa menjual 2.000- 4000 batang per bulan dengan omzet sekitar Rp 20 juta per bulan.
Pembudidaya lainnya adalah Jusca Dirja. Pemilik usaha Niaga Lintas Buana asal Bogor membudidayakan Sonokeling sejak 2008. Usahanya terkait dengan pembenihan, konsultasi, hingga investasi Sonokeling. Menurutnya, pohon sonokeling berwarna hitam yang paling banyak dicari karena tampilannya yang mengkilap dan elegan. "Ini jenis kayu unggulan dengan kualitas super," jelas Jusca.
Ia pun mengklaim, sudah banyak sekali yang mengekspor kayu Sonokeling ke luar negeri. Jusca sendiri, sudah menjual bibit dan benihnya ke berbagai wilayah Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.
Untuk di Indonesia ia sudah pernah mengirimkan ke Sumatera, Kalimantan, hingga Papua. Selain itu, ia juga mengirimkan bibitnya ke Malaysia dan kini tengah bekerja sama dengan salah satu perusahaan di Filipina untuk pembibitan dan pelatihan Sonokeling.
Jusca menjual bibit seharga Rp 15.000 untuk usia tiga minggu hingga satu bulan. Ia juga menjual dalam bentuk benih seharga Rp 40.000 per kilogram. Dalam satu bulan, Jusca bisa menjual puluhan ribu bibit dan ratusan kilogram benih. "Omzet kami Rp 500 juta per bulan," ujarnya.
Ia pun sepakat bahwa budidaya Sonokeling terhitung investasi jangka panjang, yakni di atas 10 tahun. Namun, saat ini kayu Sonokeling muda juga sudah banyak digunakan. "Untuk kayu muda usia lima tahun sudah bisa dipanen," ujar Jusca. Kayu muda ini biasanya dirajang atau dijadikan bahan pembuatan lantai kayu. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News