Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi
Kian menjamurnya bisnis makanan, turut membuka peluang bisnis bawang goreng masakan. Kini, semakin banyak pelaku usaha bawang goreng kemasan. Contohnya di pasar tradisional Palmerah, Jakarta Barat. Di pasar ini, banyak penjual bawang goreng kemasan skala rumahan. Ada yang produksi sendiri, ada pula yang reseller. Omzetnya bisa mencapai Rp 15 juta per bulan.
Menjadi bumbu penyedap makanan utama seperti nasi goreng, mi ayam, bakso, dan aneka sajian lainnya, bawang goreng jadi peluang bisnis menggiurkan. Maklum, bawang goreng adalah salah satu bumbu dapur yang bisa melezatkan masakan dan mengharumkan aromanya.
Kini, semakin banyak pelaku usaha bawang goreng dari skala industri rumahan hingga pabrikan. Bahkan, di sejumlah pasar tradisional, kini mudah ditemukan para pelaku usaha bawang goreng.
Salah satunya di pasar tradisional Palmerah, Jakarta Barat. Salah seorang pelaku usaha bawang goreng di Pasar Palmerah adalah Nanang. Di pasar ini, sejak tahun 2003, Nanang menjual berbagai bumbu masakan, termasuk bawang goreng kemasan tanpa merek.
Dibantu sang istri, Nanang memproduksi sendiri bawang goreng kemasan. "Kalau buatan sendiri hasilnya jauh lebih baik, karena bukan berisi bahan campuran," kata Nanang ketika ditemui KONTAN, Rabu (11/11) lalu.
Dalam sehari, Nanang bisa memproduksi 10 kilogram (kg) bawang goreng. Dalam dua hari setelah diproduksi, bawang goreng made in Nanang ludes terjual.
Nanang bilang, sebagian besar pelanggannya adalah para pedagang bakso, nasi goreng, dan ibu rumahtangga. Bahkan, Nanang mengaku, pada tahun 2011 lalu ada pelanggannya yang menjual kembali bawang goreng produksinya ke Malaysia.
Pelanggannya itu memesan bawang goreng selama tiga bulan berturut-turut. "Meskipun harga bawang merah dan bawang putih naik, bawang goreng tetap dipesan dan habis terjual habis," ujarnya.
Nanang membanderol harga bawang berdasarkan volume kemasan. Untuk bawang goreng dengan kemasan 1 ons dibanderol
Rp 15.000. Sedangkan untuk kemasan 250 gram Rp 35.000.
Setiap dua hari sekali, Nanang mampu menjual 10 kg bawang goreng. Dari penjualan itu, Nanang mengaku bisa meraup omzet Rp 300.000. Jika ditotal sebulan, omzet penjualan Nanang bisa mencapai Rp 9 juta. "Penjualannya lumayan laris, karena saya jualan dari jam tiga pagi hingga sembilan pagi," imbuh Nanang.
Pedagang bawang goreng lainnya di Pasar Palmerah adalah Enno. Berbeda dengan Nanang, Enno hanya menjadi reseller bawang goreng. Enno mengaku mendapatkan pasokan bawang goreng dari dua distributor di Jakarta Barat.
Di kiosnya, Enno menjual bawang goreng kemasan dengan ukuran 100 gram berisi campuran bawang merah, kol, dan ubi.
Sebagian besar pelanggannya, kata Enno, kalangan pebisnis kuliner seperti pedagang mi rebus, nasi goreng, dan para ibu rumahtangga. "Kalau dari supplier ke kios kami harganya Rp 3.500. Tapi saya jual Rp 5.000 per bungkus," kata Enno.
Dalam satu hari, Enno bisa menjual 100 bungkus bawang goreng. Dari penjualan tersebut, Enno mengaku bisa meraup omzet sekitar Rp 500.000 per hari atau sekitar Rp 15 juta per bulan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News