kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra aksesori Legian: Genjot omzet lewat fesyen


Senin, 30 Juli 2012 / 15:20 WIB
Sentra aksesori Legian: Genjot omzet lewat fesyen
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengimplementasikan perdagangan efek dalam pemantauan khusus


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Sentra aksesori di Jalan Legian Kaja, Denpasar, Bali sudah kesohor di kalangan turis. Lantaran ramai, kios-kios aksesori di sepanjang jalan ini kian menjamur. Deretan toko ini memenuhi sisi kanan kiri jalan hingga panjangnya mencapai hampir tiga kilometer (km).

Alhasil, pasar aksesori kini semakin terbagi-bagi ke banyak pedagang. Bagi para pedagang yang sudah senior, masuknya pedagang baru itu menggerus pasar mereka.

Di sisi lain, biaya operasional toko terus naik. Contohnya, biaya sewa toko yang sekarang berkisar Rp 200.000 hingga Rp 1 juta per hari. Itu belum termasuk biaya untuk membayar gaji karyawan.

Di tengah kondisi yang sulit itu, para para pedagang harus memutar otak agar tidak merugi dan gulung tikar. Untuk menyangga pendapatannya, kini banyak pedagang mulai menjual produk-produk fesyen, seperti gaun wanita, celana, kaus, dan tas.

Mahmud, salah seorang pedagang bilang, penjualan produk fesyen itu mulai marak dalam dua tahun terakhir. Ia mengaku, permintaan terhadap produk-produk fesyen itu cukup tinggi. "Mayoritas pembelinya bule," papar Mahmud. Lantaran menyasar turis asing, harga yang ditawarkan juga lumayan mahal, mulai Rp 100.000 sampai jutaan rupiah.

Junup Sulaiman, pedagang lainnya, membenarkan, maraknya penjualan berbagai macam produk non-aksesori tersebut. Menurutnya, penjualan produk fesyen itu bisa menambah pendapatan mereka di tengah ketatnya persaingan pasar aksesori.

Bahkan, kata Junup, belakangan ini penjualan produk-produk fesyen itu lebih laris ketimbang aksesori. "Pembelinya wisatawan mancanegara dan domestik," kata dia.

Kendati demikian, pedagang tetap tidak meninggalkan penjualan produk aksesori. "Pasar aksesori tetap ada," cetusnya.

Kebanyakan yang membeli aksesori ini adalah para wisatawan yang sudah berlangganan. Biasanya mereka memborong aksesori dari tempat ini untuk dijual lagi di negara asalnya. Makanya, para pedagang tetap mempertahankan penjualan aksesori.

Made Sudarso juga ikut menyediakan produk-produk fesyen di kiosnya. Ia mengaku, penjualan produk fesyen lumayan menambah penghasilan tokonya. Terlebih pasar aksesori sekarang cenderung tidak seramai dulu. "Dengan menjual produk fesyen, omzet kami tidak turun drastis," ujar Made Sudarso.

Made mengaku, sebelum menjual produk fesyen, omzet tokonya sempat melorot hingga 50% dari biasanya rata-rata Rp 4 juta per hari. Namun setelah menjual busana, omzetnya mulai kembali normal.

Peningkatan omzet juga dialami Junup dan Mahmud. Mereka mengaku, sejak menjual produk fesyen, kiosnya kembali ramai dikunjungi para turis. "Turis makin berminat karena ada banyak pilihan di kawasan ini tak hanya aksesori," kata Junup.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×