Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Setiap akhir pekan, sentra buah alkesa di Jalan Cipatat, Jawa Barat selalu dibanjiri pembeli. Jumlah pembeli juga membeludak saat libur panjang, seperti libur sekolah, Idul Fitri, dan Natal. Alhasil, omzet pedagang melonjak. Untuk mengantipasi permintaan, mereka menstok buah dalam jumlah besar.
Sentra buah Alkesa yang berada di Kampung Margaluyu, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat biasanya ramai dikunjungi pada saat akhir pekan dan libur panjang. Maklum, di akhir pekan banyak warga Jakarta, Bogor, dan Cianjur berkunjung ke Bandung melewati puncak.
Para pedagang buah alkesa ini mangkal di sepanjang Jalan Raya Cipatat. Muhammad Yayat, pemilik salah satu kios buah alkesa bilang, setiap akhir pekan, calon pembeli yang mendatangi kiosnya melonjak hingga 100%.
"Selain akhir pekan, pembeli juga banyak berdatangan saat libur panjang, seperti liburan sekolah, Idul Fitri, Natal, dan tahun baru," ujarnya.
Pada hari biasa, Yayat hanya bisa menjual rata-rata delapan ikat buah alkesa dengan harga Rp 20.000 per ikat. Sementara di akhir pekan, ia bisa menjual hingga 25 ikat per hari.
Penjualan saat libur panjang, seperti Idul Fitri, Natal, dan tahun baru bisa lebih tinggi lagi. "Saat itu kami bisa menjual sampai 50 ikat per hari," jelasnya.
Yayat mengaku, omzetnya pada hari biasa rata-rata sebesar Rp 160.000. Di akhir pekan, bisa melonjak hingga mencapai Rp 300.000 - Rp 400.000 per hari. Yayat sendiri memiliki tiga kios. Kalau ramai, Yayat bisa mendapatkan omzet Rp 1,2 juta dalam sehari.
Berbeda lagi saat liburan panjang. Ia bisa meraup omzet dua kali dari yang didapat pada akhir pekan.
Karena pengguna Jalan Raya Cipatat cukup ramai, Yayat membuka kiosnya selama 24 jam. Jadi, praktis seluruh aktivitasnya, seperti memasak, makan, dan tidur dilakukan di kios. "Saya, istri, dan anak saya masing-masing menjaga satu kios," katanya.
Tapi, karena tidak setiap jam selalu ada pembeli, mereka pun agak santai menjajakan dagangannya. Kecuali saat akhir pekan dan liburan panjang. Bila masa libur tiba, Yayat telah memesan dua sampai sembilan kuintal alkesa dari para petani di daerah Cikalong, Jawa Barat.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi membeludaknya permintaan. Kalau tidak pesan duluan, ia bakal kesulitan mendapatkan alkesa dari petani. "Sebab sudah keduluan pedagang lain," ujarnya.
Maklumlah, hampir semua pedagang di sentra ini mengalami lonjakan permintaan di akhir pekan. Contohnya Pakanda, pedagang lain yang sudah enam tahun berjualan di sentra tersebut.
Ia bilang, saat akhir pekan bisa menjual 15-20 ikat alkesa per hari. Saat libur panjang, penjualannya malah bisa mencapai 25-30 ikat per hari. "Omzet saya di hari biasa Rp 150.000, tapi kalau akhir pekan dan liburan panjang Rp 250.000-Rp 350.000 per hari," jelas Yayat. Begitu pula Nono yang mengaku omzetnya naik dua kali lipat dibandingkan dengan hari biasa.
Untuk menarik perhatian pembeli, Pakdan selalu memajang buah yang warnanya sudah kuning. Sementara, yang masih hijau disimpan dalam karung sampai warnanya kuning. "Pelanggan lebih suka warna kuning bersih," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News