kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra anyaman rotan Rajagaluh: Jaga stok rotan agar produksi aman (2)


Selasa, 15 November 2011 / 15:19 WIB
Sentra anyaman rotan Rajagaluh: Jaga stok rotan agar produksi aman (2)
ILUSTRASI. Virus corona mutasi, inilah gejala akibat infeksi varian baru. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi

Perajin anyaman rotan Rajagaluh, Majalengka, Jawa Barat kerap kesulitan pasokan rotan. Utamanya saat musim hujan. Agar produksi tidak terganggu, para perajin mesti pintar-pintar menjaga stok. Caranya: membeli dalam jumlah banyak.

Terletak di Kecamatan Rajagaluh, Majalengka, Jawa Barat, Anda bisa datang ke sentra kerajinan rotan dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Dari kota Majalengka, Anda hanya akan menghabiskan waktu 30 menit menuju sentra ini. Namun, bila Anda tengah berada di Cirebon, butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai.

Umumnya, perajin anyaman rotan Rajagaluh mengandalkan Pasokan rotan dari pedagang rotan di Cirebon. Rotan-rotan itu yang diperdagangkan itu berasal dari Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi.

Dari banyak daerah sumber rotan, perajin rotan Rajagaluh lebih menyenangi rotan Kalimantan. "Harganya lebih murah," celetuk Ikhwan Hidayanto, pengusaha kerajinan rotan dari Tjakil Furniture cepat.

Berdasarkan jenis rotan, banyak perajin rotan Rajagaluh yang membuat produk kerajinan dari rotan taman sega (Calamus caesius). Tapi, mulai tahun 2004, sebagian perajin mulai membuat anyaman rotan dari rotan jenis Soft koboo. Istimewanya rotan jenis ini adalah warnanya yang putih serta ringan.

Meski banyak orang bilang, pasokan rotan di Indonesia melimpah, perajin rontan Rajagaluh kerap kesulitan mendapatkan bahan baku kerajinan mereka. Penyebab utamanya adalah cuaca. "Saat musim hujan, suplai rotan seret," ujar Ikhwan.

Agar produksi anyaman aman, Ikhwan mengaku harus pintar mengatur stok rotan. Ia memilih membeli dalam jumlah banyak bila pasokan tengah melimpah. Sekali beli, Ikhwan membeli rotan hingga 30 ton. Dengan cara ini, Ikhwan bisa terus berproduksi.

Sekadar informasi, rotan yang baru dibeli tidak langsung bisa dibuat anyaman. Terlebih dulu, rotan harus diolah menjadi warna abu-abu. "Warna ini disenangi pembeli Eropa," katanya.

Proses mengolah rotan cukup sederhana. Perajin hanya merendam rotan dalam kolam yang sudah dicampur racikan pewarna alami dari daun jenis semak. Usai perendaman, rotan harus dikeringkan, lantas baru dianyam.

Dalam sepekan, Ikhwan mengaku mengolah rotan Soft koboo sebanyak lima ton hingga delapan ton. Ia mempekerjakan 50 perajin untuk mengolah 12 ton-18 ton rotan per bulan hingga menjadi produk anyaman

Kerajinan anyaman yang dihasilkannya adalah pot bunga, tempat baju kotor, peti, hingga lemari. Semua hasil produksi itu Ikhwan ekspor ke Belanda. Saban bulan, ia mengekspor dua sampai empat kontainer produk anyaman ke sana. "Nilai ekspor saya US$ 14.000-US$ 17.000 per bulan," terang dua.

Pemain lain, Undi memilih berbisnis rotan sisa ekspor. Ia membeli produk rotan yang tak layak ekspor untuk dijual kembali ke pasar domestik. Umumnya, produk itu adalah produk yang sedikit cacat atau rusak.

Sebelum melempar produk ke pasar. Undi yang sudah melakoni bisnis ini sejak tahun 90-an terlebih dulu akan memperbaiki produk yang cacat atau rusak. Undi yang biasanya membeli satu produk anyaman Rp 40.000 itu mendapat omzet Rp 25 juta per bulan dari bisnis ini.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×