kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra Bata Garut: Usaha turun-temurun (1)


Selasa, 09 Oktober 2012 / 19:14 WIB
Sentra Bata Garut: Usaha turun-temurun (1)


Sumber: Kontan 10/10/2012 | Editor: Havid Vebri

Sejak dulu, Garut dikenal sebagai daerah penghasil dodol dan kain sutera. Namun, kabupaten di Jawa Barat juga masih memiliki banyak sentra ekonomi lain.

Salah satunya adalah pusat produksi bata merah. Sentra ini berada di Kampung Tabrik, Desa Linggamukti, Kecamatan Sucinaraja. Sejak 1980 silam, kampung ini sudah beken sebagai sentra produksi bata merah. Hampir separo penduduk Tabrik yang terletak sekitar 20 kilometer dari Kota Garut berprofesi sebagai produsen bata merah.

Gundal Otik, salah satu produsen bata merah di Tabrik mengungkapkan, ada sekitar 60 warga yang menekuni usaha pembuatan  bata merah di desanya. Tapi, menurut Gundal, banyak produsen bata merah dulunya bekerja sebagai kuli batu bata. "Termasuk saya,"  ujar Gundal.

KONTAN sempat menyambangi kampung ini pada Jumat (5/10) pekan lalu. Hampir semua rumah penduduk memajang bata merah untuk dijual. Sentra produksinya sendiri berada di ujung kampung.

Di sekitar lokasi pembuatan batu bata ini sudah tidak terdapat rumah warga. Sebagian besar pekerja dan pemilik tempat produksi bata ini adalah penduduk Tabrik. Kebanyakan dari mereka sudah menekuni usaha ini sejak turun-temurun.

Gundal bilang, pada 1980, pembuatan bata masih dilakukan manual. Namun, saat ini para perajin telah menggunakan mesin penggiling dan cetak. Gundal mengaku, bisa mencetak dan membakar bata sebanyak 100.000 buah per tiga bulan. Bata itu dia jual dengan harga Rp 300 per buah. Dan, ia bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta atau Rp 10 juta per bulan.

Produsen lainnya, Dadang memproduksi bata sebanyak 75.000 per tiga bulan. Dengan produksi sebanyak itu, ia mengantongi omzet Rp 24 juta per tiga bulan atau Rp 8 juta per bulan.

Namun, bila sedang banyak pesanan, omzet Dadang bisa lebih besar lagi. "Kalau pesanan banyak, saya bisa memproduksi 200.000 bata per tiga bulan," ujarnya.

Sementara Benny, produsen bata lainnya bisa memproduksi rata-rata 100.000 bata per tiga bulan. Harga jual bata seragam, yakni Rp 300 per bata. Tapi, kalau permintaan tinggi, harganya bisa Rp 350 per bata.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×