kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra batu alam Lenteng Agung: Hidup harmonis (2)


Rabu, 12 September 2012 / 14:10 WIB
Sentra batu alam Lenteng Agung: Hidup harmonis (2)
ILUSTRASI. Periksa kurs dollar rupiah di BRI jelang tengah hari ini, Senin 26 Juli 2021./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/01/2021.


Reporter: Marantina, Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Semua pedagang batu alam di Lenteng Agung, Jakarta Selatan berasal dari Cirebon. Sebagai sesama pedagang dari Kota Udang, mereka membentuk paguyuban. Kendati saling bersaing, tidak ada pedagang yang saling menjatuhkan. Selain menjual batu alam, mereka juga menawarkan jasa pembuatan taman.

Sentra batu alam di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan sudah berdiri sejak tahun 1998 silam. Hingga saat ini, lebih dari 20 pedagang batu alam meramaikan kawasan tersebut.

Meskipun sudah banyak kios tumbuh di sentra ini, para pedagang mengaku tingkat persaingan di antara mereka masih sehat. Maklum, semua pedagang batu alam yang menempati kawasan ini berasal dari dari daerah yang sama, yakni Cirebon, Jawa Barat.

Selain pedagang atau pemilik kios, karyawan yang bekerja di sentra ini juga berasal dari Cirebon. Banyak dari mereka yang dulunya karyawan, akhirnya memulai usaha sendiri setelah punya modal dan keahlian.

Sanusi, pemilik CV Taman Telaga Kautsar, bilang, persaingan antarpedagang di tempatnya berjualan sudah lumayan ketat. Kendati saling bersaing mendapatkan pembeli, toh, hubungan sesama pedagang tetap terjalin harmonis.

Lantaran sudah saling mengenal, sesama pedagang di sentra ini tidak pernah saling menjatuhkan. "Kami memiliki semacam perkumpulan, sehingga kami tetap hidup harmonis satu sama lain," ungkap Sanusi.

Pedagang batu alam lain di sentra ini Nana Suryana mengatakan, di paguyuban itu mereka sering melakukan kegiatan bersama. Contohnya saat Lebaran kemarin, mereka melakukan acara mudik bareng ke kampung halaman di Cirebon.

Selain itu, paguyuban juga kerap mengadakan pertandingan olahraga antar-pedagang. "Jadi, jami tetap harmonis," ucap Nana.

Nana sendiri mempekerjakan lima karyawan di kiosnya. Mereka semua juga berasal dari Cirebon. Begitu juga dengan Sanusi.

Walai berasal dari daerah sama, para karyawan tetap dituntut memiliki keahlian. Salah satunya harus punya keahlian khusus di bidang pembuatan taman.

Soalnya, tidak hanya menjual bermacam jenis batu alam, semua pedagang di sentra ini juga menyediakan jasa pembuatan taman. Jasa pembuatan taman ini memberikan sumbangan lumayan besar terhadap pendapatan mereka. Sanusi, misalnya, bisa meraup omzet hingga Rp 45 juta per bulan.

Proses pembuatan taman bisa berlangsung selama dua hingga tiga minggu, tergantung tingkat kerumitannya. Pasalnya, banyak juga konsumen yang meminta dibuatkan beberapa elemen, seperti relief. Hal ini dilakukan agar tampilan tamannya bisa lebih cantik.

Nana merupakan salah seorang pedagang batu alam di sentra ini yang kerap mendapat order pembuatan relief taman. Desain reliefnya bermacam-macam, seperti tebing dan air terjun.

Dalam sebulan, Nana menangani minimal dua proyek pembuatan taman. Dengan tarif Rp 600.000 per meter, ia bisa mengantongi omzet Rp 18 juta per bulan. Itu belum termasuk dari penjualan batu alam.

Saripudin, pedagang lainnya, juga sering mendapatkan order membangun taman di kompleks perumahan. Bahkan, ia pernah membuat taman di rumah mantan Presiden Megawati Soekarnoputri Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×