Sumber: | Editor: Dikky Setiawan
BAGI Anda yang sedang mempercantik rumah kediaman, ada baiknya mempertimbangkan penggunaan batu alam. Jika ingin mendapatkannya, salah satu alternatifnya, Anda bisa menyambangi sentra batu alam di sepanjang Jalan Raya Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang.
Tempatnya tepat berseberangan dengan lapangan terbang, di depan lapangan golf milik salah satu pengembang properti kenamaan. Di kawasan tersebut, ada sekitar 25 pedagang batu alam yang berjejer menjajakan dagangannya.
Salah satu kios yang menjajakan batu alam di kawasan ini adalah Citra Alam. Menurut sang penjaga kios, Yopi, Citra Alam yang khusus menjual batu-batu alam baru buka tiga tahun lalu.
Kios ini menjual berbagai jenis batu alam. Sebut saja, batu candi, andesit, batu palimanan, purwakarta, dan tasikmalaya. Citra Alam menjual batu-batu tersebut dalam wujud lempengan dengan berbagai ukuran, seperti 10 cm x 20 cm, 15 cm x 30 cm, 20 cm x 40 cm, serta 30 cm x 30 cm.
Pemasok batuan alam ke kios Citra Alam datang dari sekitar Jakarta. Tapi, ada beberapa jenis batu yang mereka peroleh dari beberapa pemosok tetap di Cirebon. Citra Alam juga menjual batu dalam ukuran kiloan. Misalnya, batu yang berjenis lampung, kupang, dan panwarna. Batu-batu ini dijual dalam kemasan 10 kilogram (kg). "Cara memasangnya disusun satusatu," kata Yopi.
Untuk mendapatkan warna batu yang cantik dan mengkilap, pengunjung sentra batu alam ini bisa meminta pemilik kios untuk mengecat pernis khusus batu. Persis di samping Citra Alam, ada kios Fantasi Batu Alam (FBA). Penjaganya bernama Hari. Menurut Hari, pemilik FBA mempunyai tiga kios, yaitu dua di daerah Senayan, Jakarta, dan satu kios di sentra ini.
FBA juga fokus menjual batu alam. Kebanyakan batu yang dijual berasal dari Pacitan dan Tulungagung, Jawa Timur. Jenisnya, seperti marmer, pacitoroso, jawaros, baligreen, dan mozaik marmer. Batu yang paling diminati adalah pacitoroso. Warnanya kuning dan biasa digunakan untuk tebing dan tembok. "Kualitasnya bagus dan tidak gampang berlumut," terang Hari.
Namun, tidak hanya pedagang batu alam yang ada di kawasan ini. Dalam jumlah lebih sedikit, ada juga pedagang pot dan perlengkapan tanaman. Salah satunya adalah Hendy, adik Neneng, pemilik kios pemilik Kios Sri Rejeki. Kios ini menawarkan aneka pot dengan berbagai bentuk dan ukuran. "Kebanyakan yang jualan di sini adalah orang Cirebon," kata Hendy.
Baru tiga tahun Hendy dan Neneng mendirikan kios Sri Rejeki dan mencari peruntungan di sini. Karena itu, dia mengaku tidak persis sejarah dan kapan sentra ini terbentuk.
Hendy bercerita, kebanyakan pot yang dijual di kawasan ini didatangkan dari Purwakarta. Terutama, untuk pot berlekuk yang terbuat dari bahan gerabah. Pot ini biasa disebut pot plered dan pot oval. Namun Kios Sri Rejeki sendiri hanya memproduksi pot minimalis berbahan semen. Selain pot, Sri Rejeki juga menjual media tanam, pupuk, dan paranet, dan ditambah batuan apung.
Bila Cuaca Cerah, Akhir Pekan Meriah
Hampir semua orang lebih suka berbelanja apa saja di akhir pekan. Alasannya tentu saja waktu yang panjang, sehingga bisa lebih leluasa untuk memilih barang. Begitu juga yang dilakukan para pembeli di sentra batu alam Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang.
Sentra batu alam ini terlihat lebih ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Hendy, adik pemilik lapak Sri Rejeki, mengatakan jumlah pengunjung yang datang saat akhir pekan lebih tinggi dua sampai tiga kali lipat daripada hari biasa. "Mungkin sambil jalan-jalan, mereka mampir ke sini," kata Hendy.
Sri Rejeki ini lapak yang lebih banyak menjual pot-pot tanaman dan kebutuhan untuk bercocok tanam. Namun, kios ini juga menjual bebatuan alam. Senada dengan Hendy, Yopi, penjaga lapak Citra Alam, menambahkan, hari libur memang menjadi pilihan orang untuk berkunjung. Tapi, Yopi menggarisbawahi bahwa faktor cuaca pun menentukan ramai-sepinya pengunjung. "Kalau sering hujan, jumlah pengunjung juga menyusut," kata Yopi.
Hampir semua pedagang membuka lapak dari pukul tujuh pagi hingga lima sore. Saat tak ada pengunjung, mereka mengisi waktu dengan mengobrol untuk membunuh kejenuhan. Meski belum lama menjadi penjaga lapak, Yopi fasih menjelaskan berbagai jenis batu dan karakteristiknya. Lapak Citra Alam menawarkan puluhan jenis batu, mulai dari batu candi, andesit, palimanan, purwakarta, dan tasik. Lapak ini menjual bebatuan berbentuk lempengan ini dalam berbagai ukuran, misal 10 cm x 20 cm, 15 cm x 30 cm, 20 cm x 40 cm, 30 cm x 30 cm, dan 30 cm x 60 cm.
Harganya bervariasi. Batu candi, purwakarta, dan palimanan ukuran 10 cm x 20 cm, misalnya, bernilai Rp 65.000 per m². Sedangkan harga batu tasik ukuran serupa itu Rp 70.000 per m². Harga batu paling mahal itu andesit, harganya mencapai Rp 90.000 per m².
Selain batu berbentuk lempeng, ada juga bebatuan dalam ukuran kiloan. Beberapa jenis batu kiloan ini antara lain batu lampung, kupang, dan pancawarna. Harganya antara Rp 30.000–35.000 per 10 kilogram. Beda lagi barang dagangan lapak Fantasi Batu Alam. Kios ini lebih banyak menjual bebatuan dari daerah Jawa Timur, seperti Pacitan dan Tulungagung.
Bebatuan jenis marmer, pacitoroso, jawaroso, dan baligreen dijual dalam empat bentuk, yakni marmo (bermuka seperti gelombang laut), bakaran (permukaannya dibakar), keprik (bermuka gerigi), dan napoli (bermuka gerigi tapi geriginya lebih besar ketimbang keprik). Setiap bentuk tersedia dalam berbagai ukuran.
Harga tiap bentuk juga berbeda. Ambil contoh pacitoroso ukuran 15 cm x 30 cm. Untuk bentuk marmo harganya Rp 100.000 per m², napoli Rp 115.000 per m², bakaran Rp 120.000 per m². Paling mahal keprik Rp 130.000/m². Selain menjual batu, para pedagang batu alam juga melayani pembuatan taman dan tebing dari berbagai batuan. Biaya pembuatan taman ini Rp 300.000 per m². Namun, jika hanya jasa pemasangan, harganya Rp 50.000 per m².
Hendy mengatakan, harga pembuatan kolam berukuran 3 m x 6 m Rp 6 juta. "Kalau dekorasi taman sudah termasuk tanamannya Rp 1 juta per m²," ujar Hendy.
Harga Miring Memikat Banyak Pelanggan
Merebaknya sentra penjualan batu alam dan pot di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) memberikan dampak positif bagi pembeli. Pembeli bisa memilih sentra yang paling dekat dengan tempat tinggal mereka. Tak hanya itu, jika mau sedikit repot, mereka bisa membandingkan harga.
Terletak di pinggiran kota Jakarta, sentra batu alam yang terletak di sepanjang Jalan Raya Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang, ini menjadi salah satu sentra batu alam yang ikut berebut pembeli. Para pedagang di sentra ini pun mengakui, padatnya pemain di bisnis ini membuat mereka harus rela berbagi rezeki.
Hendy, adik pemilik lapak Sri Rejeki yang menjual aneka pot, media tanaman, dan bebatuan, adalah salah satu penjual yang mengakui persaingan ini. "Pembeli memang mencari barang yang murah," kata Hendy.
Dampak persaingan dan tabiat pembeli yang mencari harga termurah menyebabkan para pedagang terpaksa rela memotong harga berikut laba mereka. Karena itulah, dalam sehari, Hendy mengaku, lapaknya hanya mampu mengantongi penjualan sekitar Rp 150.000.
Yopi, penjaga lapak Citra Alam, juga menyebut, faktor harga menjadi pertimbangan utama pembeli. Agar persaingan usaha tetap sehat, para pedagang di sentra batu alam Pondok Cabe pun membuat kesepakatan tentang harga minimal sebuah barang. "Supaya tidak saling menjatuhkan harga," kata Yopi.
Namun berbeda dengan Hendy, persaingan antar pedagang yang kian sengit ternyata masih menyuguhkan perolehan yang lumayan bagi Citra Alam. Menurut Yopi, setiap bulan, Citra Alam mampu meraup omzet Rp 15 juta-Rp 20 juta. Namun, Yopi tak mengetahui margin labanya.
Cuma, penjaga lapak Fantasi Batu Alam (FBABA) yang bernama Hari mengungkapkan, harga bebatuan di Pondok Cabe rata-rata lebih murah ketimbang barang serupa di Jakarta. Kebetulan FBABA juga memiliki lapak di daerah Senayan, Jakarta Selatan.
Harga bebatuan di Senayan lebih mahal karena letaknya berada di tengah kota. Hari mengaku, ada selisih harga hingga 30%. Alhasil, omzet yang ditangguk bosnya di ketiga lapak itu pun berbeda. Omzet lapak FBABA di Pondok Cabe sekitar Rp 7 juta per bulan. "Kalau di Jakarta pasti lebih besar tapi saya enggak tahu tepatnya berapa," ujar Hari.
Asal Anda tahu, pembeli bebatuan di sentra Pondok Cabe ini tak hanya pembeli perorangan. Pengembang apartemen dan pusat perbelanjaan pun kerap berbelanja batu di sini.
Hari mengaku, FBABA pernah mendapat pesanan dari Apartemen Pakubuwono, Jakarta Selatan. Sedangkan Hendy mengaku pernah memenuhi pesanan pusat perbelanjaan di Serpong, Tangerang, tahun lalu.
Agar tetap bisa berjualan, setiap tahun, para pedagang di sentra ini membayar sewa Rp 1,5 juta untuk satu kavelingnya kepada pemilik lahan, yakni pengelola lapangan golf yang tepat berada di belakang kawasan ini.
Kebanyakan pedagang menyewa dua kaveling sekaligus. Tak hanya itu, mereka juga mengaku mesti membayar Rp 10.000 per minggu kepada kelurahan setempat. "Untuk uang keamanan," kata Hendy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News