Sumber: Kontan 9/1/2013 | Editor: Havid Vebri
Sejak tahun 1954, Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) menjadi tempat wisata rohani umat Katolik. Sejak itu pula, sentra penjualan benda-benda rohani berdiri di kawasan GMKA. Tempat ini bahkan menjadi salah satu sentra penjualan benda rohani terbesar di Jawa Tengah.
Lokasi GMKA tidak sulit dijangkau. Jalan masuk menuju lokasi GMKA berada persis di seberang terminal bus Ambarawa. Dari arah Semarang, diperlukan jarak tempuh 27 kilometer ke sebelah selatan menuju terminal bus Ambarawa.
Lokasi GMKA berada di Jalan Tentara Pelajar, Dusun Kerep, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Bila sudah sampai di Ambarawa, hampir semua orang mengetahui GMKA karena tempat wisata religi ini memang sangat populer.
Sartini (51), salah seorang pedagang benda rohani di GMKA mengatakan, sentra penjualan benda rohani sudah ada sejak GMKA berdiri. Pendirian sentra ini atas inisiatif dari pihak pengelola GMKA.
Pasalnya, setiap pengunjung wisata religi ini membutuhkan alat pendukung, seperti lilin, kalung, patung, poster, dan buku.
Selain untuk mendukung kegiatan rohani yang dilakukan di GMKA, benda-benda itu juga bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.
Dulu, sentra ini hanya terdiri dari enam kios besar yang disebut devosionalia. Letaknya pun berada di dalam kawasan GMKA.
Namun, sejak 2002, pengelola GMKA memindahkan sentra ke seberang gua. “Mungkin mengganggu pengunjung yang berdoa, makanya dipindah,” ujarnya.
Sartini menjual pelbagai alat rohani, seperti lilin, patung, kalung rosario, dan salib. Harga produknya berkisar Rp 15.000 – Rp 200.000 per buah. Dalam sebulan, ia meraup omzet sekitar Rp 5 juta – Rp 10 juta.
Devita Christianti (31), pedagang lainnya, menambahkan, setelah pindah ke seberang GMKA, jumlah kios di lokasi ini bertambah. Bila sebelumnya hanya ada enam devosionalia, kini berdiri juga 24 kios kecil.
Dulunya, orang tua Devita merupakan salah satu pemilik devosionalia yang berjualan di sentra ini sejak GMKA berdiri. Ketika sentra pindah, Devita pun meneruskan usaha orang tuanya. “Sejak pindah, omzet turun karena jumlah pedagang makin banyak,” katanya.
Menurut Devita, di zaman orang tuanya, omzet kios bisa mencapai Rp 30 juta per bulan. Namun, saat ini, ia hanya bisa meraup omzet Rp 5 juta – Rp 15 juta per bulan.
Pedagang lain, Wasis (48) berjualan di sentra ini sejak 2002. Ia bergabung sejak sentra dipindah ke seberang GMKA. Ia mengaku, setiap hari selalu ada yang membeli produknya. “Orang berdoa di Gua Maria pasti butuh setidaknya lilin,” katanya.
Dalam sebulan, Wasis bisa memperoleh omzet Rp 10 juta – Rp 12 juta. Kiosnya buka pukul 08.00 - 21.00 WIB. Kebanyakan pembeli datang pagi hari dan malam hari untuk berdoa.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News