kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra burung Splendid: Datang dan pilihlah sendiri ratusan jenis burung (2)


Senin, 09 Mei 2011 / 14:06 WIB
Sentra burung Splendid: Datang dan pilihlah sendiri ratusan jenis burung (2)
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Terkenal hingga luar Pulau Jawa, sentra burung Splendid menyediakan ratusan jenis burung. Para pedagang kebanyakan menjual burung yang bisa berkicau. Dengan harga burung mulai dari Rp 7.500, para pedagang burung ini mengantongi omzet Rp 30 juta per bulan.

Para pedagang burung di sentra burung Splendid, Malang menyediakan puluhan jenis burung setiap harinya. Tapi jangan harap Anda bisa menemukan burung langka seperti kakatua, nuri, dan rajawali.

Sarnam, salah satu pedagang di pasar ini mengatakan pedagang tidak ada yang berani menjual burung seperti itu. Harga yang mahal dan izin yang sudah diperoleh menjadi alasannya. "Kalau pemerintah mengizinkan, kami sebenarnya ingin beternak burung-burung langka," ujar Eddy Sugiharto, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Burung dan Ikan Kota Malang dan pemilik Brawijaya Pet Shop.

Omzet Eddy dari penjualan burung tidak terlalu besar. Makanya, dia juga menjual makanan anjing dan kucing yang turut menyumbang omzetnya di kisaran Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulan. "Tempat ini strategis, jadi banyak pembeli dari luar kota Malang kerap datang ke sini," kata Eddy.

Sarnam memiliki koleksi hingga 100 burung, mulai dari burung kacamata yang harganya Rp 7.500, burung prenjak yang harganya
Rp 25.000 sampai burung harganya ratusan ribu seperti anis merah Rp 550.000, anis kembang Rp 300.000, dan murai nias Rp 350.000.

Sarnam mendapatkan pasokan burung dari wilayah Jawa Timur seperti Situbondo dan Banyuwangi serta luar Pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatra. Selain warga Malang, pembeli burung juga datang dari luar kota. "Saya juga mengirim ke pasar burung Pramuka," ujar Sarnam. Dia pun memasok burung ke Jakarta, salah satunya burung jalak hitam.

Dalam sebulan Sarnam mampu meraih omzet Rp 30 juta. Namun, ia menghitung margin keuntungannya tidak besar. "Yang penting cukup untuk makan dan biaya anak sekolah," imbuhnya. Dia menambahkan, sebenarnya, para pedagang dapat hidup layak dari berjualan burung, tapi banyak yang bangkrut karena suka main judi.

Pasar burung ini semakin ramai saat hari libur. Tapi penjualan tiap bulan relatif tetap. Para pedagang di sini mengutamakan koleksi burung yang banyak agar konsumen leluasa memilih. Burung yang tidak laku bisa dijual ke pedagang lain.

Sarnam sering menjual burung ke sesama pedagang dengan keuntungan hanya Rp 5.000 atau Rp 10.000 per burung. "Asal burungnya laku, saya senang" ujarnya. Soalnya, biaya makan dan perawatan burung cukup tinggi. Belum lagi risiko kematian burung. "Kadang ada burung yang tiba-tiba mati," ujarnya.

Panji hanya menjual burung yang bisa berkicau seperti anis. Burung yang dijual di Malang terkenal dengan suaranya yang bagus dan sering memenangkan kontes. "Di sentra ini jenis burungnya lengkap dan tidak hanya burung luar negeri seperti poksay," kata Panji. Pembeli di toko Panji ada yang berasal dari Yogyakarta dan Kalimantan.

Panji mendapat pasokan burung dari temannya yang mencari di kampung-kampung. Ini terbilang mudah karena orang Malang terkenal suka membeli burung yang belum jadi, merawatnya sampai bisa berkicau, dan menjualnya lagi. Panji tak membeli burung yang belum bisa berkicau karena perawatannya susah. Panji mengantongi Rp 1,5 juta atau Rp 500.000 sehari. Tapi, teradang, tak satu pun burung yang laku terjual.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×