kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Sentra cetakan kue Senen: Bertahan di tengah panasnya pasar (3)


Senin, 10 Oktober 2011 / 13:56 WIB
Sentra cetakan kue Senen: Bertahan di tengah panasnya pasar (3)
ILUSTRASI. Manfaat buah sirsak berguna untuk kesehatan tubuh Anda.


Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi

Walaupun bangunan Blok III Pasar Senen sudah uzur, puluhan pedagang cetakan kue tetap mengandalkan pasar itu untuk mencari laba. Namun pedagang mesti kerja keras karena kini mereka harus bersaing dengan pasar swalayan yang juga menjual cetakan kue.

Pasar Senen di kawasan Jakarta Pusat sudah lama dikenal sebagai pasar yang supersibuk. Apalagi setelah Pemerintah DKI Jakarta memugar pasar ini pada 1985 silam. Di pasar ini berkumpul berbagai pedagang, mulai jualan aneka jam, aneka kudapan ringan di pagi, dan juga sentra penjualan cetakan kue.

Masalahnya, keramaian pasar ini tak diimbangi dengan pengawasan keamanan yang baik. Akibatnya, tukang copet dan tukang todong pun merajalela. Pedagang di pasar ini pun mengeluh, tingginya angka kriminalitas membuat pengunjung enggan datang ke pasar ini.

W. Lung, pemilik toko cetakan kue ACC di Blok III, menceritakan, pada 1990-an silam, kejahatan itu sering terjadi dan banyak dikeluhkan pelanggannya, terutama ibu-ibu rumah tangga. Mereka enggan datang ke pasar karena khawatir menjadi korban kejahatan. "Saat itu jumlah pengunjung kami turun," keluh Lung.

Selain masalah keamanan, pedagang juga mengeluhkan soal kenyamanan. Banyak infrastruktur pasar tidak terawat dan usang. Lung memberi contoh, gorong-gorong saluran air sering tersumbat sehingga air meluap dan menyebarkan bau busuk ke seantero pasar. Selain itu, pasar jadi lembab, kumuh, dan licin. "Masalah ini ini membuat orang malas belanja," terang Lung.

Tak hanya itu, minimnya ventilasi udara membuat hawa panas menyengat di Blok III itu. Pengunjung bahkan harus rela bercucuran keringat jika datang belanja. Apalagi pasar BLok III itu tidak memiliki alat penyejuk udara. "Walau kami memakai kipas angin tetap saja hawa terasa panas," kata Lung.

Namun kondisi sekarang agak lebih baik. Banyaknya keluhan itu rupanya sampai juga ke telinga PD Pasar Jaya, pengelola Pasar Senen. Mereka pun sudah memberikan solusi. Pada tahun 2000 lalu, pengelola pasar sudah menambah jumlah pegawai untuk dijadikan petugas keamanan dan juga petugas kebersihan pasar.

Tetapi peningkatan layanan keamanan dan kebersihan itu ternyata membuat pedagang mengeluarkan biaya ekstra. Mereka setiap bulan mesti merogoh kocek mulai dari Rp 240.000 sampai Rp 460.000, tergantung besar kecilnya toko, untuk ongkos petugas keamanan dan kebersihan itu. "Hasilnya memang bagus, sekarang premanisme sudah turun," ujar Majdi Syarif, pedagang cetakan kue dari Toko ABC.

Walaupun sudah ada upaya pembenahan dari pengelola pasar, tapi pedagang cetakan kue tetap saja risau dengan kendurnya penjualan cetakan kue milik mereka. Agar omzet mereka tidak kendor, sebagian pedagang juga berjualan barang pecah belah.

Agus Winoto Halim, pedagang cetakan kue lainnya, menilai bahwa belakangan ini ada tren perubahan pola hidup membuat kue. "Sekarang orang ingin serbapraktis, mereka tidak mau lagi sibuk membuat kue di dapur," kata dia.

Ia bilang, masyarakat lebih gemar belanja kue jadi. Kalau toh butuh cetakan, mereka mencari di pasar swalayan. "Pelanggan lebih senang ke swalayan yang sejuk," keluhnya.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×