kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra ikan hias Parung: Tetap bertahan (3)


Selasa, 28 Februari 2012 / 14:16 WIB
Sentra ikan hias Parung: Tetap bertahan (3)
ILUSTRASI. Toyota Avanza


Reporter: Eka Saputra | Editor: Tri Adi

Praktik bajak-membajak ternyata tak terjadi di perusahaan saja. Di pusat penjualan ikan hias pun, praktik itu juga ada. Para pedagang di sentra ikan hias di Parung, Bogor, sempat mendapat tawaran ciamik dari pengelola pasar lain. Namun, semua bujuk-rayu itu tidak mempan.

Sentra ikan hias di Parung, Bogor, merupakan salah satu barometer penjualan ikan hias di Indonesia. Setiap membuka kios saban Senin, Rabu, dan Jumat, tak kurang dari 1.000 pembeli datang ke pasar ikan hias itu.

Inilah yang membuat pengelola pasar lain kepincut untuk "membajak" pedagang ikan hias yang berjualan di Parung. Menurut Sudaryanto, penjual ikan hias di sentra itu, tahun 2002 lalu, pengelola pasar ikan hias di Cibinong pernah merayu beberapa pedagang di Parung agar pindah ke lokasinya.

Saat itu, Sudaryanto mengungkapkan, para pedagang diiming-imingi tempat berjualan yang mewah dengan biaya sewa yang murah. Tawaran ini memang jauh lebih baik. "Pengelola pasar Cibinong bahkan telah menyiapkan lengkap dengan bangunannya," ungkapnya.

Namun, Sudaryanto menegaskan, para pedagang di Parung bergeming. Soalnya, di tempat yang sekarang, mereka sudah memiliki banyak pelanggan tetap. Apalagi, lokasi ini sudah populer ke penjuru Indonesia, khususnya di mata para pedagang ikan hias, eksportir ikan hias, dan juga pehobi ikan hias.

Sumaeni, pedagang ikan hias di Parung, mengamini pernyataan Sudaryanto soal upaya "pembajakan" tersebut. Namun, karena sebagian besar penjual ikan hias di sentra sudah merasakan bertahun-tahun manisnya untung berjualan di sini, mereka pun tak mau ke lain hati. Terlebih, "Pelanggan saya tahunya saya berjualan di Parung, bahkan kalau saya tak buka lapak, mereka malah datang ke rumah saya untuk membeli," beber Sumaeni yang juga pembudidaya ikan hias.

Tak heran, semua pedagang di sentra ikan hias Parung terus memperpanjang kontrak sewa kiosnya, yang tarifnya bervariasi mulai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per tahun. "Pokoknya, selama kontrak lapak bisa terus dilanjutkan, kami akan terus memilih berjualan di sini," tegas Sumaeni.

Salah satu alasan orang datang ke Parung, selain harga ikan hias lebih miring, tidak ada calo berkeliaran. "Calo tidak berani ke sini karena kami memang sudah lama berjualan," kata Sumaeni yang membuka lapak sejak 1994.

Senada dengan Sumaeni, Bobi, pedagang ikan hias lainnya di Parung, mengatakan, dibandingkan berjualan di tempat lain, di Parung paling menguntungkan. Sebab, kiosnya tidak pernah sepi pembeli. "Apalagi, jika lapak buka bertepatan tanggal merah, pasar ini sangat padat," ujarnya.

Dan, ya itu tadi, sentra ini bebas calo. Tak seperti di pasar ikan hias di Sukabumi, tempat Bobi tinggal, contohnya. Alhasil, para pelanggan kapok datang ke sana karena harga ikan menjadi mahal. "Di sini, transaksi enak, langsung antara pedagang dan pembeli," papar Bobi.

Tetapi, ancaman calo masih menghantui. Ini terlihat dari berkeliarannya calo di tempat pedagang bibit ikan konsumsi, seperti bawal, gurami, lele, patin, dan mujair, yang lokasi penjualannya bersebelahan dengan sentra ikan hias Parung.


(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×