kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra jahit permak legendaris di ibukota (3)


Minggu, 10 Juni 2018 / 14:20 WIB
Sentra jahit permak legendaris di ibukota (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID -  Meski sudah banyak dikenal, penjahit permak di Manggarai tak luput dari kendala usaha. Ahmad Fatona, salah satu penjahit mengeluhkan lokasi yang kurang memadai.   

Asal tahu saja, lokasi yang sekarang ini ditempati merupakan pindahan dari lokasi lama di Taman Segitiga Manggarai. "Saat dipindahkan kami ikuti saja, karena yang minta dari pemerintah daerah (pemda) atau kecamatan," katanya.

Sampai sekarang belum ada perbaikan dari pemda sehingga mereka bertahan dengan kondisi apa adanya. Meski begitu, di lokasi baru ini tak ada lagi kejar-kejaran dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Selain itu, tak ada persaingan dengan para penjahit. Justru mereka saling mendukung dengan berbagi pekerjaan bila terlalu banyak jahitan. Jika ada konsumen baru yang datang, mereka pun tak saling berebut.  

Soal harga, ada patokan yang sama antar penjahit.Kerjasama ini dilakukan untuk menjaga hubungan antar penjahit karena mereka masih satu keluarga besar.

Kemampuan para penjahit ini tak kalah dengan penjahit konveksi. Namun, mereka memang memilih jalur ini lantaran tak mau bergabung dengan perusahaan atau konveksi. Ahmad bilang, ingin bekerja tanpa ikatan dan bebas tidak ada beban target.

Sama dengan lainnya, dia baru menutup lapaknya satu hari sebelum hari raya Idul Fitri. Satu minggu setelahnya, laki-laki asal Kebumen, Jawa Tengah ini baru akan kembali membuka lapaknya.

Rochmad, penjahit permak lainnya mengaku enggan bekerja dengan orang lain atau menjadi buruh konveksi karena merasa tidak bebas. "Di sini, saya dapat bekerja sesuai dengan kapasitas tenaga," ujarnya.

Bila lelah, dia memilih untuk beristirahat. Maklum,  usianya sudah cukup tua untuk bekerja dengan target yang ketat. Dia bercerita, awalnya merantau ke ibukota dan membuka usaha jahit jalanan karena ajakan dari pamannya.

Tidak pikir panjang, dia pun berangkat dengan meninggalkan anak danistrinya di kampung. Sampai sekarang, dia belum mengajak mereka untuk hidup bersama di Jakarta dengan alasan tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sama seperti lainnya, Rochmad tak bersaing dengan para penjahit disana. "Kalau lagi ramai, ya semuanya ramai. Kalau lagi sepi ya sepi saja," tuturnya.

Kendala usaha yang dia rasakan adalah lokasi relokasi yang diberikan pemerintah dirasa kurang strategis karena berada di gang. Sehingga, konsumen harus berjalan cukup jauh dari Stasiun Manggarai.

"Dari tiga tahun lalu dipindahkan kesini, jumlah pengunjung turun tidak ramai seperti di taman," keluhnya.
Sekadar info, para penjahit ini dipindahkan ke tempat yang saat ini ditempati karena Taman Segitiga sedang dilakukan renovasi dan untuk penertiban jalan.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×