kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra Jeruk Garut: Berburu jeruk di Situgede (1)


Kamis, 08 November 2012 / 12:26 WIB
Sentra Jeruk Garut: Berburu jeruk di Situgede (1)
ILUSTRASI. Customer service melayanai klien di kantor cabang Mandiri Tunas Finance (MTF) Jakarta, Selasa (2/3). ./pho KONTAN/Carolus Agus waluyo/02/03/2021.


Sumber: Kontan 8/11/2012 | Editor: Havid Vebri

Garut merupakan salah satu daerah penghasil jeruk di Indonesia. Di daerah ini terdapat satu varietas jeruk unggul yang diberi nama jeruk keprok garut. Pusat pembibitan jeruk keprok garut ini terdapat di Desa Situgede, berjarak sekitar 10 kilometer (km) dari pusat Kota Garut.

Di desa ini terdapat sekitar 20 petani bibit jeruk keprok garut. KONTAN sempat menyambangi pusat pembibitan jeruk ini pada Sabtu (6/10). Begitu memasuki desa ini, nampak areal lahan pembibitan jeruk yang cukup luas.

Lahan itu ditumbuhi bibit-bibit jeruk dengan ketinggian sekitar 10 centimeter (cm) sampai 15 cm dari tanah. Dadang, salah seorang petani jeruk di desa ini menuturkan, sentra pembibitan jeruk di Desa Situgede sudah ada sejak tahun 1980-an. "Sentra ini sudah ada bersamaan dengan meletusnya Gunung Galunggung," ujar Dadang. 

Berdasarkan catatan sejarah, Gunung Galunggung meletus terakhir kali pada 5 April 1982. Petani jeruk di desa ini umumnya memiliki lebih dari satu lahan tempat pembibitan. Dadang, misalnya, memiliki tiga lahan pembibitan jeruk. Setiap lahan pembibitan rata-rata memiliki luas 1.400 meter persegi sampai 1.500 meter persegi.

Setiap lahan bisa ditanami sebanyak 15.000 bibit jeruk. Dengan tiga lahan pembibitan , ia bisa menanam sebanyak 45.000 bibit jeruk.Bibit itu baru dipanen setahun setelah ditanam.

Setiap bibit dihargai mulai Rp 2.000 sampai Rp 3.500 per pohon. Bibit tersebut sudah berusia sekitar satu tahun, dengan ketinggian mencapai satu meter.  Dari usaha pembibitan jeruk ini, Dadan bisa meraup omzet sekitar Rp 150 juta per tahun.

Petani jeruk lain, Agus mengaku, sudah membudidayakan bibit jeruk garut sejak tahun 1990.  Awalnya, ia melanjutkan usaha orangtua yang menjadi petani bibit jeruk garut. Agus memiliki dua bidang lahan yang dijadikan tempat pembibitan dengan luas sekitar 1.200 meter persegi.

Dalam setahun, ia bisa menjual 13.000 bibit jeruk per tempat pembibitan. Lantaran memiliki dua lahan, maka ia bisa menjual sebanyak 26.000 bibit pohon dalam setahun. Setiap bibit dijual seharga Rp 3.500 per pohon. Dalam setahun, ia bisa meraup omzet lebih dari Rp 90 juta.

Hendrik, petani lain, hanya memiliki satu lahan pembibitan jeruk keprok garut. Luas lahan yang dimiliknya sekitar 1000 meter persegi. Di lahan seluas itu, ia membudidayakan 1.100 bibit jeruk. Bibit itu ia jual Rp 3.000 per pohon.

Menurutnya, jeruk keprok garut saat ini telah mampu bersaing dengan produk sejenis, seperti jeruk medan atau jeruk pontianak. Bahkan, bisa juga bersaing dengan jeruk impor, seperti jeruk mandarin.  Makanya, ia optimistis, usahanya ini akan terus berkembang.   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×