Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Pusat perdagangan kancing di Pasar Tanah Abang, Jakarta, memiliki masa penjualan sendiri. Pasar kancing ini biasanya sepi dari pembeli saat akhir tahun. Pembeli akan ramai menjelang Lebaran, seiring dengan kenaikan produksi pakaian di perusahaan konfeksi.
Walaupun nama besar Pasar Tanah Abang Jakarta sudah tenar di seantero Indonesia, ketenaran itu tidak menjamin jumlah pengunjung pasar bisa selalu ramai setiap saat. Tanpa terkecuali pusat perdagangan kancing di Blok F2.
Kedatangan pembeli kancing ternyata punya siklus sendiri. Pada masa tertentu jumlah pengunjungnya ramai, bahkan membeludak. Namun di saat yang lain, jumlah pengunjungnya melorot tajam.
Evan Muryanto, pemilik toko kancing Sinar Pagi bilang, penurunan jumlah pengunjung itu terjadi setiap November, Desember, dan Januari. Di bulan-bulan itu, para pelanggan yang kebanyakan pengusaha konveksi memang lagi menurunkan produksi pakaian.
Penurunan produksi pakaian itu tentu berimbas pada penjualan kancing. "Akhir tahun omzet kami rutin turun," kata Evan.
Itulah "hukum alam" di Pasar Tanah Abang. Bagi Evan atau pedagang kancing lainnya, hal itu tak mereka risaukan. Seperti usaha lainnya, kadang penjualan memang sepi, kadang memang ramai, bahkan berlimpah. "Pedagang di Tanah Abang memiliki keterkaitan bisnis. Kalau omzet pakaian sepi, penjual benang dan kancing juga bakal sepi," timpal Tri, pemilik Toko Doa Bunda.
Saat penjualan sedang sepi, saban bulan, Tri hanya mampu menjual 500 gros (12 lusin) kancing untuk setiap jenis kancing. Bandingkan saja kalau pasar lagi ramai. Di saat ramai itu, Tri mampu menjual hingga sebanyak 1.500 gros per bulan untuk setiap jenis kancing.
Untuk menyiasati penurunan omzet tersebut, Tri biasanya mengurangi penumpukan stok kancing di tokonya. Penurunan stok itu dilakukan dengan cara mengurangi jumlah pembelian kancing dari pabrik.
Sepinya penjualan kancing pada akhir tahun juga dirasakan pedagang kancing bungkus (kancing berbungkus kain). Evan, pedagang kancing jenis bungkus, menyatakan, belakangan ini ia hanya mampu menjual sebanyak 20.000 kancing per hari. "Biasanya saya menjual bisa menjual sebanyak 65.000 butir kancing per hari," ujar Evan, santai.
Bahkan Suhendra, pemilik toko kancing Abang Adek hanya bisa mendapat omzet Rp 1 juta per hari dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini. Padahal, waktu pasar ramai ia bisa mendapat omzet sebesar Rp 5 juta sampai dengan Rp 9 juta per hari. "Pelanggan kami sudah banyak yang belanja kancing sebelum Idul Fitri," kata Suhendra.
Begitu juga dengan penjualan kancing pakaian berbahan jins yang juga bakal mengalami penurunan omzet pada akhir tahun ini. Wawan Saputra, pemilik Wahana Kencana yang khusus menjual kancing jins bilang, banyak pelanggannya yang sudah berbelanja kancing sebelum Lebaran Idul Fitri tiba. "Mereka sengaja memesan jauh-jauh hari, karena membuat kancingnya lama," kata Wawan.
Menurut Wawan, untuk membuat kancing celana jins berlogo membutuhkan waktu produksi sekitar tiga bulan. "Untuk membuat desain saja membutuhkan waktu satu bulan," katanya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News