kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Sentra keramik Cikuda Wanaherang: Pedagang khawatir serbuan ubin impor (3)


Kamis, 17 November 2011 / 14:02 WIB
Sentra keramik Cikuda Wanaherang: Pedagang khawatir serbuan ubin impor (3)
ILUSTRASI. Corona di Afrika. REUTERS/Mike Hutchings


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Persaingan bisnis antarpedagang ubin keramik di Cikuda Wanaherang, Bogor adalah biasa. Para pedagang justru khawatir dengan peredaran ubin keramik impor dari China dan Vietnam. Selain harga miring, ubin keramik impor itu menawarkan motif yang menarik.

Maraknya bisnis properti serta merta turut mendongkrak kebutuhan ubin keramik Ini pula yang membuat pedagang ubin di Cikuda, Wanaherang, Bogor semakin ramai. Jika dulu hanya ada tiga pedagang ubin keramik, kini sudah berdiri 20 kios yang menjual beragam ubin keramik dan granit.

Bertambahnya jumlah pedagang tentu saja memperketat persaingan pasar antarpedagang. Agar tidak terjadi konflik, pedagang menerapkan asas kekeluargaan. Mereka saling membantu dalam menjalankan bisnis ini.

Rudi Halidi, pemilik kios Maura Keramik mengatakan, sesama pedagang bekerja sama dalam menyediakan pasokan ubin keramik. "Jika saya kurang stok, saya akan pesan stok ubin keramik dari pedagang lain dengan cara bagi hasil," terang Rudi.

Selain itu, mereka juga sepakat untuk menjaga harga tetap stabil dan tidak saling menjatuhkan harga jual mereka. "Rata-rata produk sejenis harga sama, kalau beda tidak terlalu jauh," terang Rudi.

Hermawan, pemilik kios Puri Keramik menambahkan, meski ia terbilang sebagai pedagang baru, dia nyaman menjalin kerja sama dengan pedagang lain, termasuk pedagang lawas. "Pedagang di sini sebenarnya kan tetangga. Jadi saling bantu membantu," kata Hermawan.

Agus, pemilik Sahabat Keramik yang merupakan pedagang perintis di sentra ubin keramik Cikuda Wanaherang mengatakan, kehadiran pedagang baru bukanlah ancaman bagi pedagang lama di sentra ini. "Pedagang baru menjadi teman layaknya mitra," jelas Agus. Meski begitu, Agus mengakui bahwa persaingan usaha ubin keramik semakin ketat dengan kedatangan mereka.

Makanya, agar tetap mendapat pelanggan, pedagang harus meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. "Kami terpacu untuk memberikan servis terbaik ke konsumen," ujar Agus yang mengajak dua orang anaknya untuk ikut berbisnis keramik di Cikuda.

Para pedagang keramik Cikuda yakin, bisnis keramik ke depan akan tetap mengkilat. Kedatangan keramik impor dari China dan Vietnam memang membuat konsumen senang lantaran pilihannya beragam.

Namun, kata Rudi, kehadiran keramik impor membuat khawatir produsen keramik lokal. Produk mereka bisa tersisih dari pasar. Apalagi, dari sisi harga, keramik impor asal China dan Vietnam jauh lebih murah ketimbang ubin keramik lokal. Belum lagi soal motif dan desain. "Keramik impor lebih unggul," terang Rudi,

Rudi lantas memberi contoh: harga keramik kualitas satu dengan desain dan motif yang menarik dari China dijual Rp 60.000-Rp 80.000 per meter persegi (m²), sementara keramik lokal kualitas satu dijual Rp Rp 115.000 per m². Padahal, menurut Rudi, ketimbang produk impor, daya tahan keramik lokal lebih unggul.

Selain mengharapkan campur tangan pemerintah untuk bisa membendung serbuan keramik impor, industri keramik harus segera meningkatkan mutu desain dan motif.

Apalagi, "Pembeli sekarang suka membeli ubin keramik yang bermotif menarik dan baru," tambah Rudi.


(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×