kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.913.000   17.000   0,90%
  • USD/IDR 16.250   24,00   0,15%
  • IDX 6.848   -67,26   -0,97%
  • KOMPAS100 996   -11,37   -1,13%
  • LQ45 761   -9,08   -1,18%
  • ISSI 225   -2,50   -1,10%
  • IDX30 393   -4,37   -1,10%
  • IDXHIDIV20 455   -3,65   -0,80%
  • IDX80 112   -1,33   -1,18%
  • IDXV30 113   -0,88   -0,77%
  • IDXQ30 127   -1,10   -0,85%

Sentra konveksi primadona yang jadi buruan pedagang Tanah Abang (3)


Sabtu, 27 Oktober 2018 / 06:25 WIB
Sentra konveksi primadona yang jadi buruan pedagang Tanah Abang (3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Deretan puluhan kios tersebut terletak berdekatan. Bahkan, antara satu kios dengan kios lainnya menempel atau bersebelahan. Beberapa kios nampak jadi satu dengan rumah tinggal warga. Namun, ada juga sebagian kios yang khusus untuk berjualan saja.

Dahrianta Tarigan atau yang akrab disapa Ria, pemilik gerai Alice Collection menuturkan, tak semua kios yang ada di sentra konveksi Bulak Timur memproduksi pakaiannya sendiri. Ada beberapa kios yang mengambil pasokan dari sentra konveksi lain, seperti Pasar Cipulir, Jakarta Selatan. Tetapi sebagian besar pemilik kios bekerjasama dengan penjahit di sekitar Depok untuk memproduksi aneka jenis pakaian.

Ria bekerjasama dengan  empat bos usaha konveksi. Satu bos biasanya punya belasan sampai puluhan penjahit. "Di sini macam-macam, ada yang kerjasama seperti saya, ada yang ambil barang di tempat lain, seperti dari Cipulir, ada juga yang punya tempat produksi sendiri," jelas Ria.

Ria sengaja memilih bekerjasama dengan  penjahit - penjahit terdekat. Alasannya, supaya produk dagangannya bisa dengan mudah dikontrol.

Lain cerita dengan Sutisna, pemilik toko Tasik Betawi (Tasbeh) Barokah. Ia memilih untuk memproduksi beberapa jenis pakaian seperti kemeja dan baju anak-anak sendiri. Sedangkan, untuk produk lain, seperti aneka jenis celana, ia bekerjasama dengan tiga usaha konveksi di sekitar Bulak Timur.

"Sebagian saya bikin sendiri, ada rumah produksi nggak jauh dari sini. Kalau yang celana-celana ini saya ambil dari usaha konveksi sekitar sini juga. Biasanya mereka produksi masal, jadi jatuhnya harga lebih murah dibanding produksi sendiri," tuturnya.

Baik Sutisna maupun Ria sama-sama mengatakan jika menggunakan bahan kain sisa impor yang diambil dari pabrik konveksi di sekitar Bandung, Bogor, dan Tangerang. Biasanya harga kain dipatok kiloan, bukan meteran. Sebagian besar bahan kain tersebut dipasok dari pabrik yang berada di Bandung.

"Kebanyakan ambil kain dari pabrik-pabrik di Bandung. Tapi sekarang harga kain lagi mahal karena dollar naik. Jadi saya terpaksa menaikkan harga jual juga. Biasanya saya nggak pernah naikkan harga jual kalau harga kain naiknya nggak terlalu banyak," keluh Ria.

Ia mengungkapkan, harga kain kiloan sisa impor mengalami kenaikan yang cukup banyak. Dalam setahun terakhir, harga kain kiloan sisa impor tersebut naik sampai Rp 11.000 per kilogram (kg). Padahal dalam tiga tahun belakangan, Ria mengaku harga kain tidak pernah naik tajam.

"Biasanya harga naik hanya sekitar Rp 2.000 - Rp 3.000 per kilo. Itupun belum tentu setahun sekali. Jadi saya jarang menaikkan harga jual. Tahun ini sudah empat kali naik harganya, naik bertahap sampai Rp 11.000 per kilogram itu," tandasnya.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×