Reporter: Noverius Laoli, Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Setiap orang yang membangun rumah pasti membutuhkan kayu, baik untuk kusen pintu, kusen jendela, maupun rangka atap rumah. Karena banyak yang membutuhkan, bisnis kusen kayu ini masih diminati banyak orang.
Salah satu sentra kusen yang sampai sekarang masih bertahan ada di Bandung, Jawa Barat. Walau tidak sejaya dulu, sentra kusen ini masih menjadi tambatan hidup warga di daerah itu.
Lokasinya berada di Jalan Otista, Tegallega, Bandung Selatan. Letak persisnya berada di depan Monumen Bandung Lautan Api. Di tempat ini ada 22 toko yang menjajakan aneka kusen, seperti kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela, hingga bubut kayu.
Tidak hanya menjual, mereka juga membuat sendiri barang-barang tersebut. Jadi selain tempat berjualan, toko itu juga menjadi bengkel kerja. Nanang S, pemilik toko PK. Rukmintara Jaya Kusen menuturkan, sentra kusen ini sudah berdiri semenjak tahun 1970-an. "Saat itu lebih dari 30 toko berada di tempat ini," ujarnya.
Nanang sendiri telah menekuni usaha ini sejak tahun 1982 mengikuti jejak orangtua yang juga perajin kusen. Saat ini, ia fokus membuat kusen pintu, kusen jendela, dan bubut kayu.
Kusen buatannya dijual dengan harga bervariasi, tergantung jenis kayu, ukuran, dan kerumitan pembuatannya. Ada beberapa jenis kayu yang dipakainya, seperti kayu kamper Samarinda, kayu jati Jawa Barat, borneo, dan mahoni.
Untuk kusen jendela dijual mulai dari Rp 250.000-Rp 750.000 per pasang. Sementara kusen pintu mulai Rp 350.000-Rp 1,5 juta. Dalam sebulan, ia bisa meraup omzet Rp 50 juta dengan laba bersih 15%. "Pengeluaran terbesar banyak buat membiayai pekerja," ujar Nanang yang mempekerjakan lima karyawan ini.
Pemain lain, Didong Hidayat juga mengaku, sudah terjun ke bisnis kusen sejak tahun 1980-an. Ia juga meneruskan bisnis orangtuanya yang sebelumnya telah membuka toko pembuatan kusen tersebut pada tahun 1970-an.
Didong juga memproduksi kusen yang sama dengan Nanang. Berkat usahanya ini, Didong mengaku bisa meraup omzet mulai Rp 30 juta-Rp 40 juta per bulan, dengan laba bersih 15%.
Pedagang lainnya adalah Asep Sobandi yang sudah membuka toko sejak 1987. Bedanya, usaha ini bukan warisan orangtua. Saat ini, ia meraup omzet Rp 25 juta perbulan dengan laba 13%.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News