kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra lentera Cianjur: Minim modal dan kurang perhatian (2)


Jumat, 10 Juni 2011 / 15:30 WIB
Sentra lentera Cianjur: Minim modal dan kurang perhatian (2)
ILUSTRASI. ILUSTRASI; Kinerja cepat dan murah, berikut harga laptop Asus SSD terbaik September 2020


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Produk lampu hias Gentur, Cianjur, memang sudah sampai mancanegara. Namun, perajin lampu hias di sana tak paham bagaimana cara mengekspor lampu. Minimnya modal, pengetahuan, dan perhatian pemerintah setempat membuat mereka berkutat pada masalah internal.

Meski produknya sudah mendunia, industri kerajinan lampu hias di Gentur, Cianjur, rupanya belum begitu dikenal ketimbang sentra lain di wilayah dibandingkan dengan industri kerajinan lain di Provinsi Jawa Barat. Nama-nama seperti Paris Van Java di Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya seolah menenggelamkan Gentur.

Lantaran kalah sohor itu pula, berbagai kendala yang dialami oleh perajin lampu hias menjadi masalah internal. Beberapa masalah tersebut antara lain: pertama, minimnya modal yang perajin lampu hias miliki.

Sudah begitu, para perajin juga kesulitan membuka akses pinjaman ke bank atau lembaga keuangan lain. Dampaknya, meski produknya sudah dikenal di banyak negara, mereka sulit mengembang menjadi pengusaha besar.

Kedua, sumber daya manusia yang ada sekarang di Gentur membutuhkan peningkatan pengetahuan. Utamanya soal ide kreatif dan inovasi. Maklum, kebanyakan dari mereka mengandalkan pesanan dari konsumen.

Ketiga, infrastruktur menuju Gentur yang kurang memadai dengan jalan yang banyak berlubang dan genangan air di berbagai tempat menyulitkan perajin menjual produknya dan konsumen untuk datang membeli. Keempat, mereka juga membutuhkan bantuan berupa akses pemasaran yang lebih luas. Terakhir, minimnya dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Ade Sudjana, perajin lentera Gentur yang sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di bisnis ini, mengatakan bahwa hal yang paling ia butuhkan saat ini adalah modal usaha. Ia kesulitan mencari pinjaman lantaran syarat adanya jaminan. "Jaminan saya cuma keyakinan kalau bisnis ini akan berkembang. Pasar sentra ini bagus," ujarnya. Ini pula yang membuat usahanya lamban berkembang.

Ade yakin, bisnis lampu gantung gentur akan terus berkibar. Mengandalkan promosi dari pelanggan, lampu gentur sudah dikenal di luar negeri, mulai di Eropa, Timur-Tengah, Amerika Serikat. Untuk pasar lokal, satu perajin bisa mengirim lampu hias ke berbagai daerah, utamanya ke Bali dan Jakarta sebanyak 500 lentera.

Berbagai masalah yang dihadapi oleh perajin lampu gentur juga berdampak migrasi. Banyak perajin yang memutuskan hijrah ke lain tempat dan membuka usaha di sana. "Mereka berpindah ke Yogyakarta, Bali dan Jakarta dan membuka usaha yang sama," ujarnya.

Jika ini dibiarkan, Ade khawatir, warisan keterampilan membuat lampu, khususnya di Gentur, perlahan hilang dan berpindah ke tempat lain.

Dede Syarifuddin menambahkan, kebanyakan tenaga kerja di Gentur yang tamatan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) menyulitkan mereka untuk bisa mengeluarkan ide inovatif dalam berkreasi. Kebanyakan dari mereka hanya mengikuti motif lama atau pun hanya mengandalkan desain gambar pemesan.

Makanya, ia berharap ada bantuan dari pemerintah daerah setempat yang berkelanjutan, termasuk untuk mendongkrak pengetahuan mereka tentang menembus pasar ekspor. Lantaran mereka hanya memenuhi pesanan dari eksportir, keuntungan yang mereka dapatkan lebih kecil. "Keuntungan gede pasti diambil mereka," ujar Dede pasrah.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×