kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra mebel Kalimalang: Pedagang mulai beralih ke mebel rotan (1)


Kamis, 05 Januari 2012 / 12:24 WIB
Sentra mebel Kalimalang: Pedagang mulai beralih ke mebel rotan (1)
ILUSTRASI. Bisa pilih, lelang 5 mobil dinas Grand Livina biru metalik, harga dasar Rp 45 juta. KONTAN/Muradi/27/09/2011


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Bagi warga Jakarta, kawasan Kalimalang, Jakarta Timur memang sohor dengan pusat kemacetan. Namun, mereka tetap kerap menyambanginya lantaran di sana juga menjadi sentra mebel dengan harga yang murah.

Pusat mebel itu tepat berada di pinggir Jalan Kalimalang Raya, akses menuju kota Bekasi. Jika Anda melakukan perjalanan dari arah Jakarta menuju Bekasi, dengan mudah Anda bisa menemukan lokasi ini.

Di sana, terdapat sekitar 15-an pedagang sekaligus sebagai perajin mebel yang menjajakan barang dagangannya. Mereka berjualan secara berkelompok. Namun, beberapa di antara mereka berdagang di lokasi terpisah, tak jauh dari kali.

Produk mebel yang mereka jual antara lain: meja, kursi, lemari, kusen, meja makan, tempat tidur, ranjang tidur bayi, hingga pigura. Mebel tersebut terbuat dari beraneka bahan baku, seperti: kayu jati belanda, meranti, kamper serta rotan.

Didi Djunaidi, salah satu perajin dan pemilik toko mebel Persada Karya bilang, pusat penjualan mebel Kalimalang sudah ada sejak 1980-an. Masa kejayaan bisnis mebel di lokasi ini terjadi setelah krisis ekonomi 1998 melanda Indonesia. "Setelah krisis ekonomi, pembeli banyak berdatangan kemari," katanya.

Kejayaan itu memudar memasuki tahun 2005, seiring dengan membaiknya ekonomi. Saat itu, mereka bertahan dengan menjual mebel berbahan kayu jati belanda, bekas sisa pelindung peti kemas. "Kami bertahan dengan menjual kayu jati belanda yang berharga murah," kata Didi.

Namun sejak dua tahun belakangan, peminat mebel dari kayu jati belanda juga mulai surut. Kondisi itu diperparah dengan naiknya harga bahan baku kayu jati belanda.

Kondisi tersebut berakibat pada penurunan omzet pedagang. Jika dalam sebulan pedagang mampu mengantongi omzet Rp 70 juta, kini omzet pedagang tinggal Rp 20 juta saja. Bahkan ada pedagang yang cuma mampu mengantongi omzet belasan juta saja. "Omzet paling parah akhir 2010," jelas Didi.

Namun, secercah harapan kini kini mulai tersembul. Banyak pembeli yang kini mulai melirik mebel rotan untuk memenuhi rumahnya.

Didi bilang, penjualan mebel rotan berlahan kembali naik naik setelah pemerintah mengeluarkan himbauan untuk memakai mebel rotan. "Untung, pemerintah mau mempromosikan mebel rotan ini," terang Didi. Jika tidak, Didi yakin usahanya akan terus menyusut.

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh Nurhayadi, perajin mebel dan juga pemilik toko Multiprima. Sejak dua tahun belakangan, omzetnya turun dari puluhan juta rupiah menjadi belasan juta rupiah saja per bulan. "Sekarang rata-rata omzet saya Rp 17 juta per bulan," terang Nurhayati.

Sama dengan Didi, belakangan Nurhayadi menopang bisnisnya dengan mebel kayu jati belanda. Kini, ia juga tengah berusaha beralih ke mebel rotan yang mulai banyak dicari pembeli. "Dari sisi laba, mebel rotan jauh lebih mengutungkan dari pada mebel kayu jati belanda," katanya.

Agar memiliki banyak ragam produk, Nurhayadi juga aktif memesan rotan dari para pemasok rotan di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura) terutama dari Cirebon. n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×