Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Walau sentra mebel di Jalan Oto Iskandar Dinata alias Otista, Jakarta sudah kondang sampai luar Jawa, bukan berarti para penjual bisa tidur tenang. Saat ini, mereka masih harap-harap cemas dengan keberlangsungan bisnisnya.
Maklum, kehadiran toko mebel di beberapa permukiman yang menawarkan produk lebih murah dan beragam, membuat orang tak sering lagi mengunjungi sentra mebel di Otista.
Aswan Tjendera, pemilik Prima Boald, mengatakan, sejak lima tahun terakhir, penjualannya terus merosot. Dulu, dia masih mendapat pesanan dalam jumlah besar, misalnya, dari PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk dan CV Nidia Karya Bengkulu.
Namun, saat ini, Aswan hanya dapat menjual produknya secara eceran saja. Pembeli dari luar kota juga tidak lagi membeli secara borongan. "Dulu omzet saya bisa lebih dari Rp 300 juta sebulan, sekarang cuma Rp 100 juta," keluhnya.
Menurut Aswan, sekarang, persaingan juga sangat ketat. Bahkan, ada perusahaan-perusahaan besar yang memonopoli penjualan mebel seperti supermarket yang khusus menjual mebel. "Mereka mendirikan toko dekat dengan permukiman penduduk," katanya.
Jika penjualan terus menurun, Aswan berencana banting setir, tidak lagi memproduksi dan menjual mebel. Soalnya, antara pemasukan dengan pengeluaran sudah tidak sebanding lagi. Pengeluarannya terus membengkak seiring kenaikan harga bahan baku mebel, semisal kayu dan rotan. Ditambah, belakangan makin sulit memperoleh bahan baku. Di satu sisi, ia tidak bisa mengerek harga jual terlalu tinggi. "Omzet saya turun sampai 70% saat ini," ungkap Aswan.
Nasib yang sama juga terjadi pada Yuli, pemilik Sumber Jaya. Ia juga mengeluhkan menjamurnya supermarket bahan bangunan yang menjual produk-produk mebel. Sehingga, banyak pelanggannya yang beralih ke sana.
Namun, Yuli tetap punya cara jitu untuk tetap mempertahankan pelanggannya supaya tidak lari dan menarik pembeli baru. "Untuk menarik perhatian konsumen, satu tahun terakhir kami tidak menaikkan harga jual mebel," ujarnya.
Yuli yang sudah mengelola toko mebel selama 30 tahun sempat merasakan masa kejayaan sentra mebel di Otista pada 1980 hingga 1990-an. Sebelum tahun 2000, pembeli mebel sangat ramai. Hampir setiap hari seluruh toko di sentra ini ada pembelinya. Namun, setelah itu sampai sekarang, pengunjungnya kian menurun. "Kalau dulu omzet saya mencapai Rp 400 juta, saat ini tinggal Rp 200 juta per bulan," imbuhnya.
Yuli bilang, saat ini, penjualan tokonya tidak menentu. Kadang pemasukan bisa sampai Rp 4 juta per hari, tapi kadang juga tidak ada sama sekali.
Rohmah Siswati, pemilik Plaza Mebel Cawang, mengungkapkan, penurunan jumlah pembeli di tokonya mulai terasa sejak tahun 2005. Sebelumnya, dia mampu mengantongi omzet hingga Rp 300 juta per bulan. Tapi sekarang tinggal separuhnya saja, Rp 150 juta per bulan. "Setiap tahun biasanya saya menaikkan harga 10% sampai 20%, namun untuk tahun 2011 tidak ada kenaikan, tahun ini kami masih melihat respons pasar," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News